Juru Bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengemukakan, dari komunikasi terakhir para pembajak dengan pihak Malaysia, 11 WNI tersebut dalam keadaan selamat
BACA JUGA: Awak Kapal Gagalkan Aksi Bajak Laut Somalia
"Namun, posisinya belum bisa dipastikan," ujarnya di Jakarta, Rabu (17/12)Meski berada di cengkraman pembajak, hingga kini belum ada permintaan tebusan yang ditujukan kepada keluarga korban maupun pemerintah Indonesia
BACA JUGA: Dibui, Bos Mafia Gantung Diri
"Biasanya perompak itu minta tebusan berupa kapal," imbuh FaizasyahBACA JUGA: Insinyur Palsu Rawat Pesawat
Jumlah tebusan yang diminta bajak laut Somalia biasanya mencapai jutaan dolar ASAksi itu juga meningkatkan biaya asuransi kapal dan membuat negara lain harus mengirimkan angkatan laut menuju jalur pelayaran di negara Afrika tersebut.
Mengutip jaringan berita Associated Press, perompak Somalia itu membajak kapal penarik Malaysia beserta awaknya yang disewa perusahaan minyak Total dari Prancis dan sebuah kapal kargo Turki di Pantai Yaman, Selasa (16/12)Koordinator Bantuan Program Seafarers dari Kenya, Andrew Mwangura mengatakan, pembajakan berlangsung ketika kapal penarik tersebut menuju MalaysiaKapal kargo dengan panjang 100 meter milik perusahaan perkapalan yang berpusat di Istanbul juga telah dibajak
Belum ada informasi lebih lanjut dari kejadian ituNamun, disebutkan bahwa pelaku perompakan adalah orang-orang SomaliaJuru bicara dari perusahaan minyak Total di Paris, Prancis, membenarkan terjadinya pembajakan kapal milik salah satu subkontraktor yang bekerja sama dengan perusahaan merekaSebagian besar tawanan adalah orang Indonesia, tetapi kapal penarik bukan milik perusahaan minyak tersebut.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Deplu Teguh Wardoyo menjelaskan, Dubes Malaysia di Yaman, Abdul Samad Othman, telah meminta maaf kepada perwakilan Indonesia"Dubes Malaysia meminta maaf kepada Dubes RI di sana secara lisan, karena lupa memberi tahu kalau ABK adalah WNI," lanjutnya
Teguh menjelaskan, kapal itu milik Mas Indra Shipping Malaysian Sendirian Berhard yang berkedudukan di Port Klang"PT Muhibah memang merekrut ratusan WNI untuk pembangunan konstruksi perminyakan gas di Yaman," jelasnya
Resolusi PBB
Bersamaan dengan terlibatnya Indonesia dalam krisis di perairan Somalia, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mengesahkan operasi internasional pemberantasan bajak laut di Somalia untuk kali pertamaIndonesia turut mendukung secara aktif rancangan resolusi yang dibuat AS bersama Belgia, Prancis, Yunani, Liberia, dan Korea Selatan tersebut.
Resolusi bernomor 1.851 itu mengesahkan, selama setahun negara-negara yang terlibat dalam pemberantasan perompakan di lepas pantai Somalia untuk mengambil segala langkah yang diperlukan guna memberangus pembajakan serta perampokan di lautResolusi itu juga membenarkan operasi pemberantasan di daratan Somalia.Duta Besar RI untuk Markas Besar PBB Marty Natalegawa mengatakan, Indonesia meminta, untuk mengambil langkah di daratan harus disetujui pemerintah Somalia"Kita harus berhati-hati dan menegaskan harus ada persetujuan Somalia, dan tidak menciptakan korban di kalangan sipil," kata Marty
Setelah hal itu diyakinkan, Indonesia mendukung secara aktif resolusi tersebutMarty menegaskan, memberantas pembajakan dan perampokan bersenjata di lepas pantai Somalia, harus memperhatikan dan mematuhi hukum internasional, khususnya Konvensi Hukum Laut PBB (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS).
Pengambilan suara resolusi dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon, Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice, Menlu Rusia Sergei Lavrov, Menlu Inggris David Miliband, serta wakil Menlu China He YafeiDalam sidang itu juga disahkan resolusi mengenai perdamaian di Timur Tengah yang membahas soal Palestina(iw/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PM Baru Thailand Janji Rangkul Semua Kelompok
Redaktur : Tim Redaksi