jpnn.com - Baju Rajah Datuk Ahim menjadi salah satu gigihnya perjuangan rakyat Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Jambi, melawan agresi kedua Belanda tahun 1949.
FAIZARMAN – Tanjung Jabung Barat
BACA JUGA: Ibunda Putri Terisak: Cantiknya Kamu Nak, Cantik Sekali Kamu
MUSEUM Perjuangan Rakyat Jambi memiliki banyak koleksi benda bersejarah. Salah satunya Baju Rajah Datuk Ahim, yang merupakan bukti perjuangan rakyat Timur Provinsi Jambi mengusir Belanda yang mencoba melakukan penjajahan lewat angresi kedua.
Baju Rajah merupakan benda pusaka yang dimiliki Ibrahim Abdul Gani yang bergelar Datuk Ahim.
BACA JUGA: Tempat Pembuangan Kucing Liar, Kini 3 Bulan Raup Rp 400 Juta
Ia merupakan seorang Panglima Selempang Merah yang bertempur mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Desa Parit Deli Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).
Dalam pertempuran itu, rombongan yang dipimpin Datuk Ahim berhasil memukul mundur tentara Belanda.
BACA JUGA: Menjilat Matahari, Konser Perpisahan Yockie Suryo Prayogo
Datuk Ahim yang menggunakan senjata tradisional melayu selamat dari baku tembak para serdadu penjajah.
Dalam pertempuran sengit kala itu, Datuk Ahim menggunakan Baju Rajah untuk perlindungan dari serangan musuh.
Konon baju ini mempunyai ilmu hikmah yang mengandung kekuatan dan kekebalan bagi penggunanya.
Baju Rajah sendiri berjeniskan rompi dengan bertuliskan sekumpulan huruf arab di semua sisi. Di bagian depan tertulis lafadz Allah di dada kiri dan lafadz Muhammad di bagian dada sebelah kanan.
Helmiyati, Kasi Koleksi Mesum Perjuangan Rakyat Jambi mengatakan, Baju Rajah Datuk Ahim sudah menjadi milik museum. Baju ini miliki Datuk Ahim, merupakan Panglima Selempang Merah.
“Baju ini dipergunakan untuk kekebalan tubuh menghadapi penjajahan Belanda,” ujarnya.
Menurutnya, baju ini merupakan antipeluru, yang menyebabkan tembakkan para serdadu penjajah meleset. Sehingga baju ini disebut sebagai pelindung.
“Baju Rajah yang kita miliki asli. Kita ambil tahun 2014 dari ahli waris Datuk Ahim,” jelasnya.
Beberapa tulisan di baju rajah sejuah ini belum diterjemahkan pihak museum. Karena beberapa bagian terlihat kabur dan perlu dikaji.
“Tulisan di baju itu belum kita terjemahkan. Semuanya masih utuh,” ucapnya.
Kiprah perjuangan Datuk Ahim memang belum banyak diceritakan dan ditulis.
“Sejarah Datuk Ahim di Parit Deli belum lengkap. Rencannya pihak keluarga bersama museum akan menulis sejarah ini,” pungkasnya. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Cucu Muhammad Yasin Limpo, Mereka Adalah Petarung
Redaktur & Reporter : Soetomo