Anak Cucu Muhammad Yasin Limpo, Mereka Adalah Petarung

Selasa, 06 Februari 2018 – 00:05 WIB
Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan wakilnya Agus Arifin Nu’mang memaksimalkan potensi SDA untuk kemajuan Sulsel. Foto: IDHAM AMA/FAJAR FOR KALTIM POST

jpnn.com - Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, Muhammad Yasin Limpo adalah sosok pemimpin yang mengayomi rakyat dan mendarah daging kepada anak sampai cucu. Sebuah nama keluarga yang dikenal sebagai petarung politik.

Haji Muhammad Daeng Yasin Limpo adalah pejuang di Sulawesi Selatan. Lahir di Gowa, 17 Juni 1924, dia mengangkat senjata pada masa revolusi.

BACA JUGA: Terbesar 2018, DIPA Makassar Rp 14 Triliun

Yasin bergerilya bersama Kelaskaran Lipang Bajeng sebelum bergabung dengan militer. Pangkat terakhirnya adalah kolonel TNI (purnawirawan) dengan penghargaan Bintang Gerilya dari pemerintah.

Selepas revolusi, Yasin adalah sosok yang sangat disegani hingga akhir karier militer. Pernah menjadi guru sekolah Muhammadiyah, Yasin dikenal cerdas.

BACA JUGA: Densus Bekuk Teroris yang Ingin Bunuh Gubernur Yasin Limpo

Dia turut mendirikan Pramuka dan mendedikasikan diri selama kurang lebih 30 tahun. Yasin lantas dikenal sebagai Bapak Pandu Sulawesi Selatan.

Memiliki pengaruh yang luas, Yasin Limpo mendirikan Partai Golkar di Sulawesi Selatan. Kancah politik dan pemerintahannya berjalan mulus. Dia pernah menjabat bupati Maros pada 1962. Sebenarnya, Yasin juga ingin memimpin Sulawesi Selatan.

BACA JUGA: Dituding Tega Tolak Pengungsi Rohingya, Ini Reaksi Gubernur Sulsel

Namun, Orde Baru saat itu mengatur bahwa jabatan gubernur ditunjuk presiden. Yasin Limpo tutup usia pada 85 tahun, 4 Agustus 2009.

Dari Yasin Limpo pula, kepemimpinan ditularkan kepada keluarga. Sejak menjadi pejabat militer hingga bupati, Yasin selalu mengajak anak-anaknya ikut dalam pertemuan bersama bawahan, para tokoh, maupun masyarakat. Seluruh anggota keluarga yang ikut Pramuka turut belajar pidato tanpa teks dari Yasin Limpo.

Tidak heran ketika keluarga besar Yasin menduduki berbagai posisi penting di Sulsel. Sebagian menyebutnya dinasti politik.

"Kami memang diberikan ruang dan diperlihatkan untuk belajar. Dari pagi, siang, malam, bapak selalu bertemu orang. Saya mendengarkan yang beliau bicarakan," tutur anak keduanya, Syahrul Yasin Limpo. Syahrul adalah gubernur Sulsel sekarang.

Kini di dalam rumah di Jalan Haji Bau, Makassar, keluarga besar Yasin Limpo berkumpul sebulan sekali. Proses berdemokrasi dibangun lewat diskusi.

"Kami punya peraturan yaitu tidak boleh ada yang melarang. Semisal kakak saya (Tenri) mau maju jadi bupati Gowa bertarung bersama keponakannya (Adnan), tidak boleh ada yang melarang. Kalau tidak setuju, boleh," ujar Syahrul.

Ketika anggota keluarga hendak maju sebagai anggota legislatif atau kepala daerah, Syahrul mengatakan, tidak meminta izin atau restu kepada anggota keluarga yang lain. Bukan kebiasaan keluarga seperti itu.

"Jadi, maju dulu baru minta izin," ujarnya lalu melanjutkan, "Jika ada yang kalah, kami rapat lagi untuk memberi semangat."

Tante vs Keponakan

Pada Pilkada Kabupaten Gowa 2015, berlangsung pertarungan antara keluarga Yasin Limpo. Adnan Purichta Ichsan adalah cucu HM Yasin Limpo, anak dari Ichsan Yasin Limpo.

Adnan melawan Tenri Olle Yasin Limpo, anak sulung Yasin Limpo alias kakak dari Syahrul dan Ichsan. Adnan tak lain keponakan Tenri.

Berdasarkan perhitungan akhir KPUD Gowa di 22 kecamatan, pasangan Adnan-Abdul Rauf Malaganni Karaeng Kio mengumpulkan 151.234 suara atau 41,56 persen. Tantenya, Tenri, yang berpasangan dengan Hairil Muin, hanya meraup 95.136 suara.

"Ketika mengetahui bahwa saya unggul, saya menemui tante. Saya salam hormat dan cium tangan beliau," tutur Adnan kepada Kaltim Post pekan lalu. "Saya tetap menghormati beliau sebagai tante dan bagian dari keluarga besar Yasin Limpo."

Pelajaran pidato dari sang kakek juga diikuti Adnan. Bupati Gowa itu mengatakan, banyak wejangan kakeknya tetap dia pakai, seperti halnya Syahrul.

"Contohnya, jika kau ingin mencapai pulau harapan di balik fatamorgana, harus berani melepaskan perahu dari dermaga. Jangan pernah takut gelombang dan ombak besar. Kata tenggelam itu hanya dari Allah," tutur Adnan lagi.

Doktrin seperti itu menjadi motivasinya. "Contoh doktrin lain yaitu jangan pernah takut dibenci penguasa. Umur penguasa hanya 5–10 tahun. Takutlah dibenci oleh rakyat karena rakyat sampai generasi berikutnya masih bisa memusuhi kita," terangnya.

Yasin Limpo tak sendirian membentuk keluarga besar petarung politik yang sangat dikenal di Sulsel. Istrinya, Hj Nurhayati Yasin Limpo, tak kalah berpengaruh.

Perempuan kelahiran Parepare, 31 Agustus 1935, itu turut meniti karier di dunia politik. Sebagai kader organisasi Aisyiah, Nurhayati adalah anggota DPRD Sulsel selama tiga periode. Dia juga menjadi anggota DPR RI periode 1999–2004.

"Ibu saya lebih soft, tidak meledak-ledak. Dia banyak mengajarkan kesantunan dan menggunakan hati. Ayah saya mengajarkan perjuangan, konsistensi, dan daya juang. Dua-duanya sangat berpengaruh," terang Syahrul menceritakan kedua orangtuanya.

Nurhayati sekarang adalah orang yang paling dituakan di keluarga. Ketika Adnan Purictha diumumkan memenangi pilkada Kabupaten Gowa lewat versi hitung cepat, Nurhayati adalah yang pertama ditemui Adnan. Dia mencium tangan sang nenek dan mengucapkan terima kasih.

Dinasti Politik

Keberadaan keluarga Yasin Limpo di politik maupun pemerintahan Sulawesi Selatan sangat mengakar. Keturunan HM Yasin Limpo menempati jabatan-jabatan strategis. Bagi sebagian orang, trah Limpo dituding sebagai bentuk dinasti politik.

Yasin Limpo dan Nurhayati memiliki empat anak laki-laki dan tiga perempuan. Anak pertama adalah Tenri Olle Yasin Limpo yang menjabat wakil ketua DPW NasDem Sulsel.

Syahrul Yasin Limpo sebagai anak kedua adalah gubernur Sulsel. Tenri Angka Yasin Limpo, anak ketiga, adalah seorang pengusaha.

Anak-anak berikutnya adalah Dewi Yasin Limpo, mantan anggota DPR RI dan Ichsan Yasin Limpo pernah menjabat bupati Gowa dan calon gubernur Sulsel 2018–2023.

Nama berikutnya adalah Haris Yasin Limpo sebagai direktur utama PDAM Makassar serta Irman Yasin Limpo yang menjadi kepala Dinas Pendidikan Sulsel.

Dari garis keturunan kedua, Indira Chunda Titha adalah anak Syahrul. Dia menjadi anggota DPR RI. Kemudian Akbar Danu Indarta Marwan, anak Tenri Olle, menjadi anggota DPRD Gowa.

Andi Pahlevi adalah anak Tenri Angka yang juga anggota DPRD Makassar. Sedangkan Adnan Puchrita Yasin Limpo adalah bupati Gowa. Dia anak dari Ichsan Yasin Limpo.

Trah yang begitu besar tidak disangkal Syahrul. Namun, dia membantah jika disebut dinasti politik. Mereka yang duduk di pemerintahan saat ini, kata dia, memiliki kapasitas dan telah melalui proses demokrasi. "

Tidak ada dinasti dalam demokrasi. Dinasti itu ketika saya menurunkan kekuasaan kepada anak. Ini kan tidak, lewat pemilihan. Lewat pilkada," ungkap Syahrul.

Anggapan miring tentang dinasti kekuasaan, menurut Syahrul, diakui tidak lepas dari dirinya maupun anggota keluarga. Hal itu juga menjadi senjata lawan-lawan politik keluarga Yasin Limpo.

Namun, sebenarnya, selama mampu dan memiliki kapasitas, setiap orang dapat dipilih di alam demokrasi.

"Kami anggap ini fitrah. Kami kan tidak minta dilahirkan di keluarga dari mana," ujarnya.

Syahrul mengakui, nama keluarga Yasin Limpo sempat tercoreng karena Dewi Yasin Limpo menjadi target operasi tangkap tangan (OTT) pada 2015.

Namun, dia menyerahkan persoalan itu sepenuhnya kepada proses hukum. Mengenai keluarga yang berpolitik, lanjut dia, tidak hanya di Sulawesi Selatan. "Bahkan di Amerika Serikat, ada keluarga Kennedy dan Bush," ujarnya.

Lagi pula, Syahrul menegaskan, almarhum ayahnya tidak memaksa anak dan cucunya terjun ke dunia politik. Hal serupa diungkapkan Adnan.

Tidak semua cucu Yasin Limpo menjadi politikus. "Saya bersepupu, lima terjun ke politik dan sisanya pengusaha," ujarnya.

Berkantor di Mana Saja

Syahrul Yasin Limpo adalah sosok paling sukses dari trah Yasin Limpo. Sebagai orang nomor satu di Sulsel selama dua periode, Syahrul tidak pernah ambil pusing mengenai gaya kepemimpinan. Dia tidak memiliki tokoh panutan dari luar selain ayahnya.

Syahrul mengatakan, pemimpin sekarang sangat jauh berbeda dengan masa lalu. Seorang pemimpin diukur dari kinerja. Tak boleh ada jadwal kerja karena 24 jam harus melayani masyarakat.

"Bagi saya, datang ke kantor tidak terlalu penting. Berkantor itu bisa di rumah, mobil, bahkan warung kopi. Berbeda dengan pegawai yang memang harus ke kantor," ujarnya.

Terlalu banyak bekerja di luar diakui Syahrul membuatnya sering tidak mempunyai waktu untuk keluarga. Dia kadang sampai lupa pulang ke rumah sehingga jarang bertemu anak-anak.

"Untungnya mereka sudah terbiasa semenjak saya lurah, camat, dan bupati," ujarnya.

Hal yang lain dari Syahrul adalah cepat mengambil keputusan. Tugas pemerintahan sangat banyak. Langkah memutuskan sesuatu harus cepat. Sikap itu juga ditekankan kepada seluruh aparat di bawahnya, mulai kepala dinas hingga tingkat terendah.

"Tak kalah penting adalah adil dan bijaksana. Tidak boleh ada like dan dislike. Bagi kepala dinas, mereka saya evaluasi selama enam bulan. Kalau tidak bagus, ganti. Saya selalu tanda tangani evaluasi mereka. Kalau enggak bisa kerja, bikin rugi negara saja," tambahnya.

Seluruh program pembangunan di Sulsel kini mengacu 3M1B. Kepanjangan 3M1B adalah tiga kali semakin maju, semakin mandiri, dan semakin modern dengan kebersamaan. Visi itulah yang menjadi pelecut semangat seluruh instansi pemerintah bekerja dan melayani masyarakat.

Jika upaya tersebut ada, lanjut gubernur, hadirlah pemerintahan yang dapat dipercaya dan senantiasa berpihak kepada rakyat. Pemerintah tidak hanya meladeni dirinya sendiri.

"Dari pemerintahan yang baik, akan mengundang ruang bagi pebisnis, investor, produsen, dan trader untuk daerah. Kami berikan mereka ruang, jangan sampai ada beban bagi. Jangan sampai merasa bahwa merekalah yang membutuhkan kita," tambah pria yang berencana melanjutkan S-3 Administrasi Negara setelah jabatannya berakhir.

Dalam mengurus izin di Sulawesi Selatan, Syahrul menegaskan, pemerintahannya tidak main-main. Izin tidak boleh keluar dalam hitungan hari atau jam.

"Terlalu mahal kalau hitungan jam apalagi hari. Jadi harus hitungan menit. Walaupun 120 menit, tapi harus ada hitungannya," ujarnya.

Dari pemerintahan yang baik pula, kepatuhan aparat dan masyarakat bisa hadir. Pada akhirnya, tercipta suasana kondusif dan ketaatan hukum. (tom/fel/k8)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Syahrul Yasin Limpo Gubernur Paling Inovatif


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler