SEBUAH polling menempatkan Michael Laudrup di posisi teratas calon pelatih Real Madrid. Reputasi sebagai pemain bisa jadi modal, tapi tekanan klub besar akan jadi kendala.
Banyak yang meyakini, sebagai pemain, begitu terdepak dari Real Madrid, the only way is down. Karir pemain tersebut tak akan pernah sama lagi karena satu-satunya jalan yang tersedia adalah jalanan yang menurun.
Tapi, rupanya keyakinan itu tak cuma berlaku di kalangan pemain. "Jika Anda tidak pernah menangani Real Madrid, Anda akan memiliki gap dalam jenjang karir kepelatihan Anda," kata Jose Mourinho hanya sehari setelah mengantarkan Inter Milan memenangi Liga Champions pada 22 Mei 2010 di Santiago Bernabeu.
Anda tahu cerita sesudahnya. Lima hari kemudian Mourinho mendarat di Santiago Bernabeu untuk menangani klub pengoleksi sembilan gelar Liga Champions itu.
Dengan kata lain, tak ada pemain atau pelatih yang bisa bilang tidak begitu Real Madrid melamar mereka. Itulah yang kini dihadapi Michael Laudrup, pelatih yang baru saja membawa Swansea memenangi Piala Liga, trofi mayor pertama klub asal Wales itu selama satu abad lebih eksistensinya.
Ketertarikan Real kepada mantan pemainnya itu tak lagi sekadar rumor seiring kian gerahnya suasana kamar ganti Los Merengues"julukan Real Madrid"di bawah Mourinho belakangan. Sebuah jajak pendapat yang diadakan sebuah media Spanyol menempatkan Laudrup di posisi teratas calon pelatih yang paling diinginkan Madridistas musim depan.
Swansea, klub kecil yang baru dua musim ini mencicipi atmosfer Premier League Inggris, pun sadar mereka tak akan bisa menandingi tawaran Real Madrid agar sang pelatih bertahan. Jadi, satu-satunya jalan adalah mengikhlaskannya.
"Laudrup layak atas semua pujian yang diterimanya. Jangan pernah lupa dia pernah menjadi pemain Real Madrid. Dia adalah figur besar dan ketika kesempatan muncul, sulit bagi Swansea menahannya," tutur Angel Rangel, bek Swansea asal Spanyol, kepada Reuters.
Reputasinya sebagai mantan pemain Real Madrid, pernah menangani klub asal Madrid lainnya, Getafe, dan kenyang pengalaman membela dua klub terbesar Spanyol (Barcelona dan Real Madrid) semasa bermain bakal jadi modal berharga Laudrup. Dia bisa menaklukkan ego para pemain Real dengan latar belakang sebagai pemain yang gemerlap itu.
Semua tahu, di balik segala kejeniusannya, Mourinho tak punya background sebagai pemain seperti Laudrup. Di banyak klub, ini mungkin bukan handicap.
Tapi, tidak demikian halnya dengan di Real Madrid. Sebagai catatan, di musim lalu, Sergio Ramos pernah mengritik Mourinho yang tak tahu bagaimana situasi yang dialami pemain dalam kondisi terdesak di lapangan saat keduanya berdebat sengit di ruang ganti.
Untuk menghindari konflik serupa, rival Real di Spanyol, seperti Barcelona dan Atletico Madrid, kerap memberi kepercayaan kepada mantan alumnus mereka atau setidaknya mantan pemain dengan jejak karir gemilang. Barca " sebutan Barcelona " menunjuk Josep "Pep" Guardiola setelah berpisah dengan Frank Rijkaard pada musim panas 2008.
Hasilnya, Pep membawa Barca bergemilang gelar selama empat tahun. Tito Vilanova yang menggantikan Guardiola juga sanggup mempertahankan Barca sebagai tim terbaik dunia.
Sedangkan Atletico merekrut mantan bintangnya, Diego Simeone. Ditunjuk di pertengahan kompetisi, tepatnya Desember 2011, pria Argentina itu sukses mempersembahkan gelar Europa League di akhir musim. Atletico musim ini juga mampu menembus final Copa del Rey.
Yang bakal menjadi ganjalan Laudrup menangani Real adalah suara-suara yang menginginkan agar Los Merengues lebih memberi kepercayaan kepada pelatih asli Spanyol.
"Jika Anda melihat sosok Michael Laudrup sebagai pemain dan pelatih, Anda bisa membandingkannya dengan Johan (Cruyff) dan orang tak akan peduli dari mana asalnya," kata John Toshack, pelatih kondang asal Wales yang pernah menukangi Real (1989-1990) itu seperti dilansir Daily Mail.
Tantangan lainnya tentu saja tekanan. Sepanjang karir kepelatihannya, kakak Brian Laudrup itu tak pernah menangani klub besar yang dituntut untuk selalu juara tiap musim.
Real Madrid bukan Getafe, Mallorca, atau Swansea yang sudah cukup puas finis di zona Europa League. Bahkan sekadar juara di cup competition pun mungkin tak cukup. Bisakah Laudrup mengatasi pressure itu? (Dani Nur Subagyo/ttg)
Banyak yang meyakini, sebagai pemain, begitu terdepak dari Real Madrid, the only way is down. Karir pemain tersebut tak akan pernah sama lagi karena satu-satunya jalan yang tersedia adalah jalanan yang menurun.
Tapi, rupanya keyakinan itu tak cuma berlaku di kalangan pemain. "Jika Anda tidak pernah menangani Real Madrid, Anda akan memiliki gap dalam jenjang karir kepelatihan Anda," kata Jose Mourinho hanya sehari setelah mengantarkan Inter Milan memenangi Liga Champions pada 22 Mei 2010 di Santiago Bernabeu.
Anda tahu cerita sesudahnya. Lima hari kemudian Mourinho mendarat di Santiago Bernabeu untuk menangani klub pengoleksi sembilan gelar Liga Champions itu.
Dengan kata lain, tak ada pemain atau pelatih yang bisa bilang tidak begitu Real Madrid melamar mereka. Itulah yang kini dihadapi Michael Laudrup, pelatih yang baru saja membawa Swansea memenangi Piala Liga, trofi mayor pertama klub asal Wales itu selama satu abad lebih eksistensinya.
Ketertarikan Real kepada mantan pemainnya itu tak lagi sekadar rumor seiring kian gerahnya suasana kamar ganti Los Merengues"julukan Real Madrid"di bawah Mourinho belakangan. Sebuah jajak pendapat yang diadakan sebuah media Spanyol menempatkan Laudrup di posisi teratas calon pelatih yang paling diinginkan Madridistas musim depan.
Swansea, klub kecil yang baru dua musim ini mencicipi atmosfer Premier League Inggris, pun sadar mereka tak akan bisa menandingi tawaran Real Madrid agar sang pelatih bertahan. Jadi, satu-satunya jalan adalah mengikhlaskannya.
"Laudrup layak atas semua pujian yang diterimanya. Jangan pernah lupa dia pernah menjadi pemain Real Madrid. Dia adalah figur besar dan ketika kesempatan muncul, sulit bagi Swansea menahannya," tutur Angel Rangel, bek Swansea asal Spanyol, kepada Reuters.
Reputasinya sebagai mantan pemain Real Madrid, pernah menangani klub asal Madrid lainnya, Getafe, dan kenyang pengalaman membela dua klub terbesar Spanyol (Barcelona dan Real Madrid) semasa bermain bakal jadi modal berharga Laudrup. Dia bisa menaklukkan ego para pemain Real dengan latar belakang sebagai pemain yang gemerlap itu.
Semua tahu, di balik segala kejeniusannya, Mourinho tak punya background sebagai pemain seperti Laudrup. Di banyak klub, ini mungkin bukan handicap.
Tapi, tidak demikian halnya dengan di Real Madrid. Sebagai catatan, di musim lalu, Sergio Ramos pernah mengritik Mourinho yang tak tahu bagaimana situasi yang dialami pemain dalam kondisi terdesak di lapangan saat keduanya berdebat sengit di ruang ganti.
Untuk menghindari konflik serupa, rival Real di Spanyol, seperti Barcelona dan Atletico Madrid, kerap memberi kepercayaan kepada mantan alumnus mereka atau setidaknya mantan pemain dengan jejak karir gemilang. Barca " sebutan Barcelona " menunjuk Josep "Pep" Guardiola setelah berpisah dengan Frank Rijkaard pada musim panas 2008.
Hasilnya, Pep membawa Barca bergemilang gelar selama empat tahun. Tito Vilanova yang menggantikan Guardiola juga sanggup mempertahankan Barca sebagai tim terbaik dunia.
Sedangkan Atletico merekrut mantan bintangnya, Diego Simeone. Ditunjuk di pertengahan kompetisi, tepatnya Desember 2011, pria Argentina itu sukses mempersembahkan gelar Europa League di akhir musim. Atletico musim ini juga mampu menembus final Copa del Rey.
Yang bakal menjadi ganjalan Laudrup menangani Real adalah suara-suara yang menginginkan agar Los Merengues lebih memberi kepercayaan kepada pelatih asli Spanyol.
"Jika Anda melihat sosok Michael Laudrup sebagai pemain dan pelatih, Anda bisa membandingkannya dengan Johan (Cruyff) dan orang tak akan peduli dari mana asalnya," kata John Toshack, pelatih kondang asal Wales yang pernah menukangi Real (1989-1990) itu seperti dilansir Daily Mail.
Tantangan lainnya tentu saja tekanan. Sepanjang karir kepelatihannya, kakak Brian Laudrup itu tak pernah menangani klub besar yang dituntut untuk selalu juara tiap musim.
Real Madrid bukan Getafe, Mallorca, atau Swansea yang sudah cukup puas finis di zona Europa League. Bahkan sekadar juara di cup competition pun mungkin tak cukup. Bisakah Laudrup mengatasi pressure itu? (Dani Nur Subagyo/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jamu Persija, Persib Sementara Unggul Satu Gol
Redaktur : Tim Redaksi