Bakrie Bangun Pembangkit Listrik

Incar Pinjaman Jangka Panjang

Sabtu, 23 November 2013 – 10:18 WIB

jpnn.com - JAKARTA - PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) merambah bisnis pembangkit listrik dan akan menanam investasi senilai USD 2 miliar atau sekitar Rp 23,46 triliun. Bermitra dengan pemodal asing, induk dari mayoritas kelompok usaha Bakrie itu tengah mengincar pinjaman dengan tenor hingga 20 tahun.

 

Presiden Direktur BNBR Gafur Sulistyo Umar mengatakan, pembangkit listrik tersebut akan dibangun di bagian utara Cirebon, Jawa Barat, tak jauh dari Cirebon Power Plant. Kapasitasnya mencapai 2 x 660 megawatt. Bakrie akan menggarapnya melalui anak usaha PT Tanjung Jati Power Company.

BACA JUGA: Mandiri Terbitkan Efek Beragun Aset Rp 800 M

"Itu sudah masuk kembali dalam masterplan Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik Indonesia (RUPTL), rencana jangka panjang. Ini akan dibangun di Cirebon, pindah dari Tanjung Jati di Jawa Tengah," ujarnya dalam public expose BNBR di Bakrie Tower, Jakarta, kemarin.

BACA JUGA: Bakrie Terpental Lagi dari Orang Terkaya Forbes

Bobby, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa pendanaan atas proyek tersebut sedang diupayakan dari perbankan asing melalui kredit ekspor. Perseroan saat ini tengah menjajaki perbankan di Eropa, Korea, dan Jepang.  

"Semuanya untuk machinery sama equipment itu akan impor. Tapi kita akan optimalkan porsi lokal seperti konstruksi besi baja dan lainnya," sebutnya.

BACA JUGA: RI Adu Cepat dengan Thailand

Untuk merealisasikan pembangunan pembangkit, BNBR sudah menguasai lahan seluas sekitar 230 hektar. Dari total investasi senilai USD 2 miliar itu, menurut dia, sekitar 70 persen akan ditutup dari pinjaman perbankan asing. Besarnya pembiayaan dan butuh dana murah secara jangka panjang lebih memungkinkan diperoleh dari luar negeri.

"Di Indonesia ini ada kendala, perbankan di Indonesia sulit sekali ada pembiayaan lebih dari 10 tahun. Dan kita mencari pembiayaan yang sampai 20 tahun," ucapnya.

Sisa dana akan ditanggung bersama antara pihak Bakrie dengan mitra asingnya. "Kami sedang bicara investor asing, targetnya Januari 2014 sudah finalisasi. Kita akan bentuk joint venture. Karena tentu financingnya dari luar, tidak mungkin kita yang mayoritas," ungkapnya.

Lagipula Bakrie belum punya pengalaman untuk operating maintenance di bisnis ini karena belum pernah memiliki pembangkit listrik. "Jadi kita mesti punya partner yang punya pengalaman. Di sisi lain kita harus punya partner yang punya pengalaman untuk financing sedemikian besarnya," katanya.

Lalu dari mana uang Bakrie untuk ikut menyumbang modal dalam bisnis ini? Bobby mengaku sedang dalam proses divestasi salah satu anak usaha, PT Bakrie Pipe Industries (BPI), yang dalam laporan keuangan kuartal ketiga BNBR nilai asetnya sebesar Rp 2,5 triliun.

"Sudah dalam tahap akhir. Akhir tahun ini lah selesai dan tahun depan mulai bangun pembangkit listrik. Nah itu dana dari hasil divestasi tersebut kita harapkan untuk investasi di pembangkit listrik," tuturnya.

Direktur Keuangan BNBR Eddy Soeparno mengatakan pihaknya sedang berupaya mengurangi utang jangka pendek hingga Rp 3 triliun sampai tahun depan. Saat ini total utang jangka pendek perseroan senilai Rp 3,68 triliun dan jika ditambah repo maka total Rp 4,1 triliun.

Eddie meyakini pengurangan utang bisa mendukung ambisi pencatatan laba pada tahun depan. Hingga kuartal ketiga 2013 BNBR menderita rugi bersih Rp 750,28 miliar dan beban bunga serta keuangan yang harus ditanggung sekitar Rp 300,25 miliar. "Beban bunga dan keuangan diharapkan bisa turun separuhnya pada tahun depan," katanya. (gen/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tawarkan Kemudahan dan Fasilitas dengan Tiga Kartu Kredit Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler