JAKARTA - Strategi gali lubang tutup lubang kembali dilakukan perusahaan Grup Bakrie. Kali ini PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) membayar utang obligasi USD 150 juta dari pinjaman USD 199,9 juta. Dengan begitu, perusahaan sawit itu terhindar dari ancaman gagal bayar.
Direktur Utama UNSP Bambang Aria Wisena mengatakan perseroan memperoleh fasilitas pinjaman dari sejumlah kreditor dipimpin NDB Agent Limited. Namun, pinjaman baru tersebut memiliki tingkat bunga lebih tinggi. Pinjaman tersebut digunakan untuk membayar utang obligasi USD 150 juta yang jatuh tempo pada 15 Juli 2012. "Utang obligasi itu telah diselesaikan tepat waktu. Bunga pinjaman sekitar 12 persen," ujarnya kemarin.
Bunga itu lebih tinggi ketimbang bunga obligasi UNSP yang jatuh tempo. Kupon obligasi USD yang diterbitkan perseroan pada 2007 lalu hanya 10,87 persen. Sisa pinjaman setelah dikurangi untuk membayar utang obligasi akan digunakan untuk membayar pinjaman dari institusi keuangan dan modal kerja anak usaha.
Bambang mengatakan, tingginya bunga pinjaman imbas dari merosotnya rating UNSP. Seperti diwartakan, lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang jangka panjang UNSP dari CCC+ menjadi CC. Meski begitu, manajemen segera me-refinancing pinjaman tersebut dengan pinjaman baru yang bunganya lebih rendah. "Kami harap dengan dilunasinya utang obligasi, rating kami bisa kembali naik," harapnya.
Rating UNSP saat penerbitan obligasi pada 2007 adalah B+. Dengan membaiknya rating, ia berharap bisa memperoleh dana segar baru dengan bunga yang lebih rendah. Salah satu opsi sumber pendanaan adalah kembali menerbitkan obligasi. Nilainya bisa lebih besar dari pinjaman baru yang ditarik dari NDB. (gen/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terangkat Investor Domestik
Redaktur : Tim Redaksi