Bakrie Urungkan Niat Jual VIVA

Kamis, 07 Maret 2013 – 05:50 WIB
JAKARTA - Polemik panjang mengenai opsi penjualan saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), untuk melunasi utang-utang kerajaan bisnis grup Bakrie mulai menemui titik terang. Komisaris Utama VIVA Anindya Novyan Bakrie memilih untuk menyelamatkan bisnis yang kinerjanya paling moncer dibandingkan lini bisnis lainnya.

Seperti dikabarkan, grup usaha Bakrie bakal melego mayoritas sahamnya di PT Visi Media Asia (VIVA), dalam usahanya untuk mengumpulkan dana guna membeli kembali aset besarnya yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dari Bumi Plc. "Kami tidak pernah memberi komentar atas gosip. Sampai sekarang, kita melihat (akusisi VIVA) masih gosip," ungkap Anindya Bakrie di kantor KADIN, Rabu (6/3).

Berdasarkan pernyataan sumber di pasar kepada Jawa Pos, sejatinya transaksi jual beli saham mayoritas VIVA oleh investor tengah berlangsung. Ada dua pemegang saham yang siap melego kepemilikannya di VIVA. Yang pertama adalah PT Bakrie Global Ventura yang kini memiliki saham sebesar 71,59 persen.

Dan yang kedua adalah PT Trinugraha Thohir dengan persentase saham sebesar 4,46 persen. Bahkan, untuk melancarkan proses ini, Grup Bakrie telah menunjuk Credit Suisse guna mengatur divestasi 51 persen saham VIVA.

Kandidat terkuat pembeli mayoritas saham tersebut dikabarkan adalah Hary Tanoesoedibjo, tampuk pimpinan MNC Group. Mengingat, akhir-akhir ini pria yang kerap disapa Hary Tanoe tersebut makin merajalela dalam pembelian asset dan saham milik Grup Bakrie. Sebut saja proyek tol dan properti PT Bakrie Development Tbk, serta pembelian sebagian saham Bumi Plc.

Investor kedua yang melirik VIVA adalah bos TransCorp Chairul Tanjung yang menawarkan pembelian saham VIVA mencapai Rp 14 triliun. Kemudian, investor ketiga yang juga membidik VIVA adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk, yang merupakan induk perusahaan SCTV dan Indosiar.

Anindya mengakui korporasinya sebagai perusahaan publik tak dapat terhindar dari rumor pasar. Namun, ia menilai, pertimbangan untuk menghindari aksi korporasi dengan menjual VIVA, adalah kinerja perusahaan yang akselerasinya cukup tinggi dibandingkan bisnis yang sekarang ia kendalikan.

"Kami pastikan, VIVA sangat prospektif ke depannya. Pertumbuhan revenue sepanjang Januari hingga Februari 2013 saja mencapai 35-40 persen. Itu pun hanya revenue. Ebitda-nya jauh lebih tinggi,"jelasnya.

Kendati demikian, Anindya tak memungkiri adanya suatu sinergi dengan media lain, mengingat era media yang masuk dalam digital dan konvergensi. Sehingga, kerjasama antar media dan perusahaan telekomunikasi akan terus ditingkatkan, baik dengan perusahaan satu grup seperti Bakrie Telecom (BTEL) atau bahkan media lain atau operator lain.

"Karena dalam pertumbuhan seperti ini, saya rasa kolaborasi yang paling bagus. Tapi sampai saat ini tidak ada yang signifikan yang harus disampaikan atau disampaikan," paparnya. (gal/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Telkomsel Harus Laporkan Kurator Pemalak

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler