Data pembanding itu dibutuhkan untuk dicocokkan dengan data postmortem atau setelah kematian. "Kalau postmortem-nya kita sudah siap," ujarnya. Otopsi normal pada dua jasad itu memakan waktu sekitar 6 hingga 8 jam.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irjen (purn) Ansyad Mbai menyebut kelompok Farhan yang melakukan teror di Solo itu terkait dengan kelompok yang digulung Densus 88 di Bali Maret lalu. "Ini semua saling mengait," jelasnya kepada wartawan di Jakarta kemarin.
Kelompok Farhan itu juga terhubung dengan jaringan pencari dana yang dipimpin Rizki Gunawan (sudah ditangkap pada Mei 2012 ) dan Mawan (hacker, ditangkap di Bandung, 30 Agustus 2012). Kelompok Rizki adalah spesialis pencari dana untuk aksi-aksinya.
Dalam dakwaan jaksa, Rizki juga dinilai terlibat mendanai aksi pengeboman Gereja Kepunton, Solo, September 2011. Nah, kelompok Farhan ini diduga juga menjadi sel pendukung Pino alias Hayat yang mencari perlindungan ke Solo saat dikejar-kejar dari Cirebon. Pino adalah teman M. Syarif, pengebom Mapolresta Cirebon.
Menurut Ansyad, Farhan baru pulang dari Filipina Selatan pada Juni 2010. "Dia membawa senjata dari sana. Ini yang digunakan untuk aksi-aksi teror seperti di Bali dan Solo ini," katanya.
Secara terpisah, seorang analis tim antiteror menduga, motif Farhan adalah balas dendam karena ayah tirinya yang disebut sebagai Abu Umar ditangkap dan sudah divonis sepuluh tahun penjara. "Ini merupakan dendam keluarga bercampur dengan ideologi yang memang radikal. Kami (polisi) dianggap setan yang harus dibasmi," tandasnya.
Sumber itu mem-forward SMS yang didapatnya dari tim intelijen di lapangan kepada Jawa Pos. Isinya, Alhamdulillah. Takbir. Satu thaghut 88 berhasil ditembak mati. Takbir.
SMS itu beredar di kalangan terbatas. "Ini bukti bahwa mereka punya pendukung, komunitas yang sangat solid, dan ideologinya bisa bertahan terus," ucapnya.
Ayah kandung Farhan meninggal saat dia masih MTs di Solo. Farhan lalu hidup di Nunukan. Saat itulah Abu Umar menikahi ibunya dan menjadi ayah tirinya.
Dalam sidang di PN Jakarta Barat, Abu Umar alias Muhammad Ichwan bersama Priyatmo alias Mamo dan Taufik Hidayat alias Abu Wildan terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan permufakatan jahat dengan memiliki senjata api ilegal untuk melakukan tindakan terorisme.
Abu Umar yang juga dikenali sebagai Indra Kusuma alias Andi Yunus alias Nico Salman ditangkap pada Juli 2011 di Depok. Dia juga dicari polisi sejak 1999 karena terlibat percobaan pembunuhan terhadap mantan Menteri Pertahanan Matori Abdul Djalil.
Saat ini Abu Umar ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. Jawa Pos berupaya mewawancarai Abu Umar melalui beberapa orang dekatnya. Namun, masih ditolak. "Beliau masih belum percaya dengan media karena isinya semuanya propolisi," kata penghubung itu kemarin.
Dari dia, diketahui bahwa Abu Umar baru saja menjalani operasi usus buntu pada 31 Juli lalu. "Sekarang kondisinya sudah membaik," tambah penghubung tersebut.
Dia mengaku tidak tahu apakah polisi sudah menghubungi Abu Umar soal anak tirinya yang tertembak. "Afwan (maaf), komunikasinya juga terbatas sekali karena memang masih dalam pengawasan Densus dan BNPT," katanya.(rdl/c10/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Diminta Petakan Daerah Rawan Konflik
Redaktur : Tim Redaksi