jpnn.com, BALI - Doktor Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan RI Hasto Kristiyanto menilai Bali berpotensi menjadi pusat kebudayaan Indonesia dan dunia.
Hasto mengajak Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar terus menggali dan mengembangkan pendekatan akademis dan empiris dalam menyusun suatu strategi kebudayaan bagi Indonesia dan dunia.
BACA JUGA: Pusat Kebudayaan Bali Rampung pada 2025, Trisakti Bung Karno Digelorakan
"Dengan berbagai bukti autentik seperti peninggalan lontar, karya seni, tari-tarian, hingga kebudayaan Bali dalam pengertian luas, saya meyakini bahwa di Bali ini tercermin akar kebudayaan Nusantara, suatu identitas kebudayaan yang lahir dari hasil dialektika budaya nusantara dengan peradaban dunia," kata Hasto saat menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul "Teguh Indonesia Berkepribadian," di Kampus Institut Seni Indonesia, Denpasar, Selasa (28/2).
Pria asal Yogyakarta itu menyebut kebudayaan bisa menjadi modal penting di dalam membangun kemajuan Indonesia Raya. Secara empiris hal ini telah dibuktikan di Jepang, Korea, Eropa, hingga Tiongkok.
BACA JUGA: Bali Titik Temu Peradaban Dunia, Dibanjiri Modernitas pun Tetap Kokoh pada Kultur
Hasto mengharapkan seluruh kampus seni di Indonesia berkolaborasi dan menyatu sehingga kelak dapat menjadi wujud kepemimpinan di bidang seni budaya Indonesia secara global.
"Saya membayangkan nantinya sebagai bagian dari kepemimpinan Indonesia bagi dunia, suatu saat dapat dibangun pusat kebudayaan dan Institut Seni Indonesia di New York, Amerika Serikat, dan di situlah gambaran kepemimpinan Indonesia di dunia pada bidang seni budaya," ucap Hasto.
BACA JUGA: Ini Daftar Lengkap Bintang Tamu Joyland Festival Bali 2023
Karena itu, Hasto menyebutkan ada beberapa hal yang bisa direkomendasikan terkait hal tersebut.
"Pertama, perlunya kajian akademis tentang seluruh muatan budaya Bali, dengan menggali seluruh karya sastra, falsafah, nilai, dan tradisi kebudayaan yang ada sebagai hasil dari dialektika peradaban, baik dari dalam negeri-nusantara maupun dalam titik temunya dengan peradaban dunia," kata Hasto.
Kedua, pentingnya untuk melihat secara kritis dengan mengembangkan kebudayaan sebagai sistem pengetahuan, termasuk menempatkan pentingnya kritik kultural.
Hasto mengutip pernyataan Ignas Kleden, kritik kebudayaan yang valid mempersoalkan nilai budaya dalam konteks kognitifnya, yang tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-historis.
"Ketiga, seluruh nilai yang terkandung dalam kebudayaan, menjadi desain penting di dalam merumuskan strategi kebudayaan Indonesia, agar seluruh proses modernisasi yang ada tetap berdiri kokoh pada identitas kebudayaan bangsa," ujar Hasto.
Keempat, kata Hasto, perlu revolusi mental untuk membangun rasa bangga pada kebudayaan nasional dan mengambil spirit yang terkandung di dalamnya bagi kemajuan Indonesia raya. Melalui nation and character building, kebudayaan membangun mentalitas pelopor dan pejuang yang begitu penting bagi kemajuan.
"Kelima bahwa upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta membangun ketahanan nasional dalam bidang kebudayaan, harus didasarkan pada ideologi Pancasila bercirikan kebudayaan bangsa," ujar Hasto.
Terhadap para wisudawan dan wisudawati ISI Denpasar, Hasto berpesan terus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penopang berkembangnya kebudayaan nasional yang berkemajuan, tetapi tetap kokoh pada identitas kebudayaan bangsa.
"Terus perkuat riset dan inovasi. Dari kebudayaan Bali ini jika digali secara mendalam, akan menjadi sumber pengetahuan yang khas Indonesia, dan sangat penting bagi desain kebijakan masa depan. Mari bangun kepemimpinan Indonesia di dunia pada bidang kebudayaan," pungkas Hasto. (Tan/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Fakta Menarik di Balik Jefri Nichol Perankan Karakter Ali Topan, Oh Ternyata
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga