Bali Itu Masa Lalu, Labuan Bajo Masa Kini dan Sumba Adalah Masa Depan

Parade 1.001 kuda sandelwood dan festival tenun ikat di Pulau Sumba

Minggu, 09 Juli 2017 – 00:55 WIB
Parade Kuda Sandlewood. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Parade 1.001 kuda sandelwood dan festival tenun ikat di Pulau Sumba memasuki etape III di Kabupaten Sumba Barat. Kegiatan ini sebagai upaya rebranding wisata Pulau Sumba.

Bupati Sumba Barat, Agustinus Niga Dapawole saat pembukaan Parade 1.001 Kuda Sandelwood di Sumba Barat, Sabtu (8/7) mengatakan Bali adalah masa lalu, Labuan Bajo adalah masa kini dan Sumba adalah masa depan.

BACA JUGA: Festival 1001 Kuda Sumba Diundur Jadi 3-10 Juli 2017

Bupati Niga Dapawole juga menyampaikan terima kasih karena event ini terselenggara dengan baik oleh Pemerintah Provinsi NTT. Perhatian masyarakat, terutama wisatawan saat ini tertuju ke Pulau Sumba.

“Kita berharap melalui kegiatan ini nama Sumba terus mencuat sebagai salah satu destinasi wisata favorit. Tidak hanya di lingkup domestik, namun juga mancanegara,” kata Bupati Niga Dapawole seperti dilansir Timor Leste (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Bangun Sumba Untuk Indonesia Raya

Ia menjelaskan Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat ini memiliki arti penting dan bermakna strategis dalam upaya menjaga, melestarikan dan sekaligus mempromosikan budaya Sumba pada level nasional maupun internasional.

Dikatakannya, Pulau Sumba memiliki simbol-simbol adat dan budaya daerah yang patut dilestarikan dan dipamerkan sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan. Sumba juga sangat terkenal dengan tenun ikat dan motif-motifnya yang unik dan khas serta salah satu ikon yang mendunia yaitu tempat bermukimnya ribuan ekor kuda sandelwood.

Oleh karena itu, event ini ini diharapkan dapat mendorong pengembangan obyek wisata dan percepatan pembangunan infrastruktur di daratan Sumba.

Wakil Gubernur NTT, Benny A. Litelnoni saat membuka dan melepas Parade 1.001 Kuda Sandelwood serta Festival Tenun Ikat di Lapangan Manda Elu Kota Waikabubak, mengatakan untuk membangun pariwisata di Kabupaten Sumba Barat perlu adanya dukungan dari semua pihak. Yang lebih penting lagi adalah harus gencar melakukan promosi dan juga mempersiapkan infrastruktur yang baik.

Wagub Litelnoni mengatakan berbicara tentang pariwisata tidak seperti menjual kacang goreng di pasar. Karena itu harus bisa meramu secara baik pengelolaannya. Masyarakat Kabupaten Sumba Barat dituntut memberikan keramahan agar wisatawan menjadi betah. Masyarakat juga harus dapat memberikan informasi yang baik kepada wisatawan.

Ketua Panitia yang juga Asisten I Setda Kabupaten Sumba Barat, Ibrahim Kedu Jawa mengatakan jumlah peserta Parade Kuda Sandelwood terdiri dari Kota Waikabubak membawa 65 ekor kuda, Kecamatan Loli 65 ekor kuda, Wanokaha 50 ekor kuda, Lamboya 40 ekor kuda, Tana Righu 20 ekor kuda dan Lamboya Barat 10 ekor kuda. Sedangkan peserta Festival Tenun Ikat berasal dari Kota Waikabubak dan Loli sebanyak 100 orang dan Lamboya 71 orang.

Event ini menyita perhatian ribuan masyarakat setempat. Tak ketinggalan wisatawan lokal maupun mancanegara. Pasalnya, ini adalah event pertama parade kuda sandelwood dan fetival tenun ikat yang digelar Pemerintah Provinsi NTT.

Turut hadir pada acara tersebut Ketua Komisi I DPRD Provinsi NTT, Kasintus P. Ebu Tho, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi NTT, Alexander Sena, Forkompimda Kabupaten Sumba Barat, Kadis Perhubungan Provinsi NTT, Richard Djami, Kepala Biro Humas Setda Provinsi NTT, Semuel D. Pakereng dan sejumah pejabat lingkup Pemkab Sumba Barat.(JPG/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler