jpnn.com - BALI - Ingat film Eat Pray and Love yang dibintangi Julia Roberts? Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Elizabeth Gilbert itu sedikit banyak sudah berkontribusi mengangkat Bali ke dunia.
Julia Roberts mendongkrak nama Pulau Dewata yang dieksplorasi oleh film bergenre cinta itu. Eksotisme dan keindahan Bali pun semakin mendunia.
BACA JUGA: Ibunda Nagita Sakit Gara-Gara Dengar Kabar Raffi Selingkuh?
Contoh lain film yang ikut mengangkat keindahan alam adalah Lord of The Rings. Film besutan sutradara Peter Jackson itu sukses mengangkat popularitas keindahan alam New Zealand.
Sedangkan di kancah film nasional ada Laskar Pelangi. Film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata itu sukses melambungkan nama Belitung di peta pariwisata tanah nair.
BACA JUGA: Dianggap Menghina Mubaligh, Manajer SID Dikecam HMI
Film dan pariwisata merupakan dua sisi mata uang yang saling menguatkan. Oleh karena itu, pentingnya film untuk pariwisata Indonesia bakal digenjot habis-habisan oleh komunitas film yang rencananya akan menggelar acara di Bali.
Di pulau yang menjadi pintu masuk 40 persen dari jumlah total wisatawan mancanegara ke Indonesia itu akan dihelat Bali International Film Festival (Balinale) pada 24-30 September 2016 mendatang. ”Ini merupakan memasuki tahun kesepuluh. Acara direncanakan akan mengambil tempat di Bioskop Cinemaxx terbaru yang terletak di Lippo Mall Kuta, Kuta, Kabupaten Badung, Bali,” ujar Deborah Gabinetti, founder sekaligus direktur Balinale
BACA JUGA: Si Seksi ini Sempat Ditawari Gabung ke Padepokan Aa Gatot
Lebih lanjut Deborah mengatakan, akan ada berbagai macam film yang diputar. Di antara film-film tersebut nantinya akan dipilih mana yang keluar sebagai pemenang.
Film-film tersebut berasal dari berbagai negara di belahan dunia. Sineas Indonesia juga termasuk yang mengikui ajang bergengsi tersebut.
”Balinale menjanjikan film-film yang menunjukkan dan memaparkan kekayaan dan keberagaman manusia, tempat, budaya, dan keyakinan. Para pembuat film dan artis berkesempatan untuk bertemu dan berdiskusi,” bebernya.
Deborah menambahkan, panitia siap menghadirkan lebih dari 100 judul film yang berasal dari 31 negara.Tahun ini, imbuhnya, Balinale mengusung tema ‘No Boundaries’ yang diartikan sebagai tidak adanya batasan dalam menuangkan segala bentuk kreativitas dan ekspresi ke dalam sebuah film.
Beberapa judul film yang akan ambil bagian dalam Balinale termasuk yang masuk dalam kategori Asian Premier. Antara lain Early Winter (Kanada/Australia), Rigoberta Menchu: Daughter of The Maya (AS), Mr. Gaga (Israel), Elle (Prancis) dan Hunt for the Wilderpeople (Selandia Baru).
Tak ketinggalan, sejumlah judul film Indonesia unggulan seperti A Copy of My Mind, My Stupid Boss, The Promise dan Negeri Van Oranje juga akan ditayangkan.
Beberapa sneak peak trailer film-film Indonesia yang akan tayang juga dipastikan bakal disuguhkan di Balinale. Di antaranya adalah Perfect Dreams yang dibintangi Ferry Salim dan Wulan Guritno, serta Firegate, film besutan sutradara Rizal Mantovani yang dibintangi Julie Estelle, Dwi Sasono dan Reza Rahadian.
Deborah mengungkapkan bahwa ajang ini sangat bermanfaat untuk menjalin networking dengan para film maker dan produser film seluruh dunia. “Kami tentu saja mempromosikan Indonesia kepada mereka agar mereka tertarik untuk melakukan produksi film di Indonesia. Beberapa dari mereka sangat antusias untuk menjadikan Indonesia sebagai lokasi syuting film,” ujarnya.
Balinale 2016 ternyata mendapatkan respon positif dari para produser dan filmmaker seluruh dunia. Terbukti, jumlah film yang mendaftar tahun ini pun meningkat, mencapai 355 film yang berasal dari 55 negara.
“Yang terpenting adalah membawa mereka (filmmaker dan produser internasional, red) ke Indonesia dulu. Setelah mereka melihat Indonesia seperti apa, industri filmnya seperti apa, semoga mereka tertarik untuk mengeksplor Indonesia lebih banyak lagi sebagai lokasi syuting,” kata Deborah.
Selain itu, Deborah mengatakan, panitia akan menyiapkan layar lebar di depan gedung agar masyarakat umum bisa berpartisipasi atau menikmati sajian film yang diputar di dalam studio. Dengan adanya layar lebar diharapkan film bisa dinikmati juga oleh masyarakat lokal dan wisatawan yang tidak punya kesempatan untuk menikmatinya di dalam studio.
”Balinale sudah diakui secara internasional dalam hal kualitas dan keragaman programnya. Balinale memuat semua genre film, diantaranya ada independen, fiksi, dokumenter, film panjang, film pendek, dan fitur,” katanya.
Selama ini, Balinale juga aktif berpartisipasi dan memberikan kontribusi untuk kegiatan industri film lainnya. Misalnya Asia Pacific Screen Awards (Brisbane, Australia), ASEAN International Film Festival & Awards (Kuching, Malaysia), Asian Film Commissions Network (20 member countries), dan American Film Showcase and Sundance Institute’s Film Forward.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyambut positif pelaksanaan Balinalle Film Festival 2016 itu. Event ini akan semakin memperkuat Bali dan Indonesia sebagai destinasi untuk membuat film kelas dunia.
Film adalah produk dari ekonomi kreatif yang terus berkembang dan makin pesar. Kini film ditangani okeh Bekraf atau Badan Ekonomi Kreatif.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buah Hati Adi Nugroho dan Donita sudah Berbakat Akting
Redaktur : Tim Redaksi