TASIK – Meningkatnya curah hujan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya beberapa bulan ke belakang, mulai berdampak dengan meningkatnya kesehatan masyarakat seperti serangan nyamuk Aedes Aegypti.
Data yang dihimpun Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes), hingga Februari tercatat sebanyak 40 kasus demam bedarah dengue (DBD).
Dari data itu satu diantaranya merenggut nyawa seorang balita, Agung (3), warga Kecamatan Cineam. Hal itu ditegaskan Kepala Bidang (Kabid) P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tasikmalaya H Sudana Machmud SIp Mkes kepada Radar (Grup JPNN), Kamis (7/2).
Kata dia, meningkatnya serangan DBD dimulai pada awal Januari. Saat itu pihaknya mendapatkan laporan dari Kecamatan Sukarame terkait serangan DBD. Dari laporan itu, ternyata serangan DBD menyebar ke beberapa wilayah seperti Cineam, Jamanis, Singaparna, Parungponteng dan Rajapolah.
“Laporan DBD yang paling tinggi dimulai dari akhir Januari. Yang paling banyak laporan adalah Cineam sebanyak 20 kasus serta seorang meninggal dunia,” bebernya.
Meninggalnya balita yang diserang DBD, kata dia, diduga perawatan yang diberikan kepadannya terlambat. Karena daya tahan tubuh balita sangat berbeda dengan orang dewasa. “Penyakit DBD mengakibatkan dehidrasi dan nafsu makan berkurang,” katanya.
Kronologis meninggalnya balita, tambah dia, awalnya Agung diperiksa di Puskesmas Cineam. Kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Jasa Kartini (RSJK). Akan tetapi pihak RSJK tak sanggup menanganinya. Kemudian Agung dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Karena di RSHS penuh, balita itu dirujuk lagi ke Rumah Sakit Santosa Bandung. “Agung akhirnya meninggal di sana,” tambahnya.
Pihaknya mengaku sudah melakukan upaya untuk meminimalkan penyebaran DBD dengan melakukan penyemprotan. Dimana ada beberapa wilayah yang sudah masuk level endemis seperti Cineam, Sukarame dan Singaparna. “Untuk wilayah yang endemis harus sering disemprot. Wilayah yang masuk endemis adalah daerah yang padat penduduk serta kondisi lingkunganya kumuh,” jelasnya.
Di tempat berbeda, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Cineam Atang Sumardi, membenarkan adanya serangan DBD hingga menyebabkan seorang balita meninggal dunia. “Untuk obat-obatan DBD di puskesmas sudah tersedia,” katanya. (mg3)
Data yang dihimpun Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes), hingga Februari tercatat sebanyak 40 kasus demam bedarah dengue (DBD).
Dari data itu satu diantaranya merenggut nyawa seorang balita, Agung (3), warga Kecamatan Cineam. Hal itu ditegaskan Kepala Bidang (Kabid) P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tasikmalaya H Sudana Machmud SIp Mkes kepada Radar (Grup JPNN), Kamis (7/2).
Kata dia, meningkatnya serangan DBD dimulai pada awal Januari. Saat itu pihaknya mendapatkan laporan dari Kecamatan Sukarame terkait serangan DBD. Dari laporan itu, ternyata serangan DBD menyebar ke beberapa wilayah seperti Cineam, Jamanis, Singaparna, Parungponteng dan Rajapolah.
“Laporan DBD yang paling tinggi dimulai dari akhir Januari. Yang paling banyak laporan adalah Cineam sebanyak 20 kasus serta seorang meninggal dunia,” bebernya.
Meninggalnya balita yang diserang DBD, kata dia, diduga perawatan yang diberikan kepadannya terlambat. Karena daya tahan tubuh balita sangat berbeda dengan orang dewasa. “Penyakit DBD mengakibatkan dehidrasi dan nafsu makan berkurang,” katanya.
Kronologis meninggalnya balita, tambah dia, awalnya Agung diperiksa di Puskesmas Cineam. Kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Jasa Kartini (RSJK). Akan tetapi pihak RSJK tak sanggup menanganinya. Kemudian Agung dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Karena di RSHS penuh, balita itu dirujuk lagi ke Rumah Sakit Santosa Bandung. “Agung akhirnya meninggal di sana,” tambahnya.
Pihaknya mengaku sudah melakukan upaya untuk meminimalkan penyebaran DBD dengan melakukan penyemprotan. Dimana ada beberapa wilayah yang sudah masuk level endemis seperti Cineam, Sukarame dan Singaparna. “Untuk wilayah yang endemis harus sering disemprot. Wilayah yang masuk endemis adalah daerah yang padat penduduk serta kondisi lingkunganya kumuh,” jelasnya.
Di tempat berbeda, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Cineam Atang Sumardi, membenarkan adanya serangan DBD hingga menyebabkan seorang balita meninggal dunia. “Untuk obat-obatan DBD di puskesmas sudah tersedia,” katanya. (mg3)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Longsor Hantam Pesantren, Satu Santri Tewas
Redaktur : Tim Redaksi