Balitbang Kementan: Eucalyptus Berhasil pada Uji Klinis SARS-CoV-2

Rabu, 05 Mei 2021 – 20:49 WIB
Balitbang Kementan melakukan ekspose hasil uji lanjutan terhadap eucalyptus. Sebelumnya, eucalyptus telah melalui tahap uji awal secara in vitro dengan virus gamma dan beta corona. Foto: Kementan.

jpnn.com, BOGOR - Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbang Kementan) melakukan ekspose hasil uji lanjutan terhadap eucalyptus.

Sebelumnya, eucalyptus telah melalui tahap uji awal secara in vitro dengan virus gamma dan beta corona.

BACA JUGA: Kementan: Mitra Industri yang Produksi dan Menjual Inovasi Berbasis Eucalyptus

Kali ini, Balitbangtan menyampaikan hasil pengujian in vitro terhadap virus SARS-CoV-2, pengujian toksisitas pada hewan model, dan uji klinis pada manusia yang dilakukan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

“Hasilnya sangat menggembirakan, zat aktif Eucalyptol dapat menjadi pilihan pengobatan yang potensial, karena berdasarkan hasil uji molekuler docking mampu mengikat Mpro pada virus SARS CoV-2 sehingga sulit bereplikasi,” kata Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner NLP Indi Dharmayanti dalam talkshow “Satu Tahun Penelitian Eucalyptus”, di Puslitbang Perkebunan, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/5).

BACA JUGA: Yuni Shara Merasa Lebih Aman Memakai Kalung Eucalyptus

Indi menjelaskan selama setahun terakhir ini bersama tim penelitinya melakukan riset lanjutan terhadap eucalyptus mulai dari uji in vitro, toksisitas, hingga uji klinis, dengan menggunakan virus SARS CoV-2 atau dikenal Covid-19.

Tim yang terdiri dari peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Balai Besar Pascapanen Pertanian dan BBP Mekanisasi Pertanian, telah melakukan riset gabungan dengan melibatkan akademisi dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

BACA JUGA: Tommy Kurniawan Cerita Gunakan Kalung Eucalyptus

Menurut Indi, hasilnya sangat membanggakan dan menjadi harapan bagi pengobatan Covid 19 di masa mendatang.

Dia menjelaskan pengujian tersebut secara umum menunjukkan bahwa bahan tunggal maupun formula eucalyptus Balitbangtan yang diuji dapat menurunkan jumlah partikel dan daya hidup virus SARS-CoV 2. Selain itu, mengurangi kerusakan sel akibat infeksi SARS-CoV-2 secara in vitro.

Hasil penelitian tersebut dinilai berdasarkan peningkatan CT Value uji realtime PCR/rRT-PCR, peningkatan nilai Optical Density uji MTT, dan mencegah munculnya cytophatic effect (CPE) pada kultur sel.

Uji toksisitas per-inhalasi pada mencit tidak menunjukkan perubahan klinis, patologi dan histopatologi pada mencit yang diuji.

Sementara pada uji klinis, manifestasi klinis yang didapatkan, rata-rata durasi gejala pada kelompok yang diberikan eucalyptus lebih baik terutama pada gejala batuk, pilek dan anosmia.

Demikian juga pada Nilai Neutrophil-Lymphocyte Ratio/NLR mengalami penurunan dan menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik.

Begitu pula pada gambaran radiologi, secara umum mengalami perbaikan termasuk 5 pasien yang tergolong moderat pneumonia mengalami perbaikan setelah mendapatkan terapi eucalyptus.

“Meskipun berdasarkan uji klinis produk ini dapat membantu mengurangi gejala klinis yang dirasakan penderita Covid-19, namun penerapan protokol kesehatan dan pelaksanaan vaksinasi tetap menjadi pilihan utama dalam mencegah penularan Covid-19,” kata Indi.

Uji Klinis Berhasil

Ketua Tim Riset Eucalyptus Fakultas Kedokteran Unhas Arif Santoso mengatakan bahwa pihaknya harus melakukan terapi ke pasien Covid-19 yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Unhas bekerja sama dengan Balitbangtan ingin membuktikan bahwa apa yang terjadi pada pengujian in vitro, uji hewan dan uji laboratorium, kemudian diterjemahkan ke pasien.

“Kami menggunakan metode ilmiah yang standar, memang hasilnya baik. Posisinya, eucalyptus sebagai adjuvan artinya obat tambahan,” kata dia

Jadi, lanjut Arif, pasien mendapat obat yang seharusnya dan eucalyptus. Hasilnya, kata dia menjelaskan, lebih baik dibandingkan tanpa eucalyptus.

“Itu yang kami dapatkan. Ke depan, kami akan meneliti dalam jumlah sampel yang lebih sehingga bisa kita aplikasikan secara luas ke masyarakat,” terangnya.

Sebelumnya, Berdasarkan studi terkait aktivitas antivirus senyawa 1,8-cineole pada SARS-CoV-2 melalui uji molecular docking yang dilakukan oleh Sharma & Kaur pada tahun 2020, memperlihatkan bahwa Main protease (Mpro) / chymotrypsin seperti protease (3CLpro) dari COVID-19, menjadi target potensial penghambatan replikasi Coronavirus.

Senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eucalyptol, adalah komponen utama dari minyak atsiri yang ditemukan dalam daun eucalyptus.

Senyawa 1,8-cineole dalam eucalyptus memiliki kemampuan dalam menetralisir virus, anti inflamasi dan antimikroba.

Kepala Badan Litbang Pertanian Fadjry Djufry menyebutkan pihaknya telah menguji 60 jenis bahan herbal, seperti minyak atsiri, serbuk dan daging buah yang dilaporkan mempunyai kemampuan menetralisir virus.

Dari hasil pengujian, eukalyptus memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan bahan herbal lainnya.

Saat ini Balitbangtan telah mengembangkan beberapa prototipe produk berbasis eucalyptus seperti Roll On, Inhaler, Balsem dan Kalung Aromatherapy.

Produk eucalyptus yang dikembangkan menggunakan formula yang telah diuji secara in vitro di Laboratorium BSL-3 BBalitvet. (*/jpnn)

 

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler