jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengharapkan partisipasi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Malaysia (PPI Malaysia) untuk berperan aktif menyampaikan narasi kebangsaan dalam rangka menumbuh-kembangkan semangat nasionalisme, membangun karakter dan wawasan kebangsaan.
"Saya meyakini narasi kebangsaan tersebut akan membuahkan hasil yang optimal jika dimanifestasikan dalam karya nyata, tidak berkutat pada pusaran wacana dan retorika semata," ujar Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia di Malaysia (PPI Malaysia), secara virtual dari Jakarta, Sabtu (7/8/21).
BACA JUGA: Bamsoet Optimistis Herd Immunity Bisa Tercapai Tahun Ini
Forum itu juga diikuti oleh Anggota DPD RI/MPR RI Jimly Ashiddiqqie, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Mokhammad Farid Ma'ruf, Dosen Fakultas Bahasa dan Komunikasi UPSI Malaysia Makmur Haji Harun dan peserta Webinar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, baik dari kalangan mahasiswa Indonesia, diaspora, akademisi dan masyarakat Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia yang akan memperingati 76 tahun usia kemerdekaan telah mengalami pasang-surut dan dinamika sejarah. Beragam tantangan telah dihadapi dan berkali-kali komitmen kebangsaan diuji dan ditempa. Tantangan itu terasa begitu nyata di tengah realita keberagaman dan kemajemukan sebagai sebuah bangsa.
BACA JUGA: Seorang Perempuan Berjilbab Mengaku Terlibat Donasi Rp 2 T Keluarga Akidi Tio, Simak Pengakuannya
Bamsoet juga mengingatkan bahwa hasil survei CSIS mencatat masih ada sekitar 10 persen generasi milenial yang setuju mengganti Pancasila dengan ideologi lain.
Survei Komunitas Pancasila Muda yang dirilis pada akhir Mei 2020 juga mencatat ada sekitar 19,5 persen generasi muda menganggap bahwa Pancasila tidak relevan bagi kehidupan. Bahkan, sebagian responden berpandangan Pancasila hanyalah istilah yang tidak benar-benar dipahami maknanya.
BACA JUGA: Dinar Candy Stres, Nekat Berbikini di Jalan, Reza: Periksakan Saja Kondisi Mentalnya
"Secara statistik, angka-angka tersebut terlihat minoritas. Namun jika tidak disikapi dengan hati-hati dan bijaksana, akan menjadi duri dalam daging dalam pembangunan wawasan kebangsaan. Bahkan dapat menjadi bom waktu yang dapat meledak ketika mendapatkan momentum," tutur Bamsoet.
Mantan ketua DPR itu menyebut semakin derasnya arus globalisasi yang menawarkan gaya hidup dan berbagai paham yang tidak selaras dengan jati diri keindonesiaan, memunculkan kekhawatiran bahwa semangat kebangsaan di kalangan generasi muda akan semakin memudar.
Kemudian tergeser oleh sikap hidup hedonis, individualis, egois, dan pragmatis, yang terlanjur dianggap sebagai sebuah modernitas. Nah, di sinilah Bamsoet meminta partisipasi PPI agar menyampaikan narasi kebangsaan dalam rangka menumbuh-kembangkan semangat nasionalisme, serta memperkuat wawasan kebangsaan.
Wakil ketua umum Golkar itu mengatakan, setelah 76 tahun merdeka, Indonesia mulai menjejakkan kaki menyongsong era Indonesia Emas 2045. Namun, kata Bamsoet, ada pertanyaan kolektif yang harus dijawab ketika usia kemerdekaan genap mencapai satu abad pada tahun 2045 nanti, yakni, sejauh apa capaian bangsa dalam mewujudkan visi kebangsaan dan cita-cita Indonesia Merdeka, sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi?
"Pertanyaan ini juga relevan untuk kita kemukakan kepada generasi muda bangsa kita, karena generasi muda saat ini, adalah generasi yang akan mengambil alih estafet kepemimpinan nasional di era Indonesia Emas 2045," tandas Bamsoet.
Dia lantas menyampaikan bahwa data Sensus Penduduk 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2021, tercatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,2 juta jiwa. Sebanyak 70,72 persen penduduk merupakan usia produktif, di mana hampir 69 persennya, atau sekitar 131,6 juta jiwa adalah sumber daya manusia potensial yang berusia antara 15 hingga 44 tahun.
BPS juga memperkirakan pada saat usia kemerdekaan Indonesia genap satu abad pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 319 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persennya, atau sebanyak 223 juta jiwa adalah kelompok usia produktif.
"Artinya, pada era Indonesia Emas nanti, kita masih akan menikmati periode puncak bonus demografi. Saat ini adalah yang tepat bagi kita menyiapkan generasi muda bangsa untuk menyongsong era Indonesia Emas," pungkas Bamsoet. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam