jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai pandemi Covid-19 tak hanya sekadar masalah kesehatan dan ekonomi masyarakat dunia saja. Melainkan juga tentang perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Tiongkok terhadap negara-negara dunia.
Berakhirnya Perang Dunia II melahirkan Perang Dingin antara blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat melawan blok Komunis yang dipimpin Uni Soviet dan negara-negara satelitnya.
BACA JUGA: ICMI Apresiasi Kinerja Kementan di Tengah Pandemi Covid-19
Perang dingin berakhir, melahirkan Perang Dagang yang memanas sejak tahun 2018, ditandai kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memerintahkan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) menerapkan bea masuk sebesar USD 50 miliar terhadap barang-barang Tiongkok.
“Pandemi Covid-19 makin meruncingkan Perang Dagang Amerika - Tiongkok. Bahkan sampai berimbas keluarnya Amerika dari keanggotaan Badan Kesehatan Dunia (WHO) efektif per 6 Juli 2021. Amerika juga menghentikan sumbangan ke WHO yang mencapai USD 500 juta per tahun. Amerika menilai WHO telah menjadi 'boneka' Tiongkok karena tak cekatan menyampaikan informasi real penyebaran virus Covid-19 di awal kemunculan di Wuhan, Tiongkok,” ujar Bamsoet saat memberikan sambutan dalam Musyawarah Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dilakukan secara virtual, dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Kamis (23/7/20)20.
BACA JUGA: Bamsoet: Ayo Bangun Karakter Anak Melalui Empat Pilar MPR RI
Turut hadir Wakil Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua Umum ICMI Prof. Jimly Asshiddiqie, Sekretaris Jenderal ICMI Jafar Hafsah, dan Rektor Institut Pertanian Bogor Prof. Arif Satria.
Mantan Ketua DPR RI ini menambahkan, pandemi Covid-19 juga menunjukkan pergeseran kekuatan pengaruh dari Barat ke Timur. Ditandai dengan gencarnya Tiongkok memberikan jutaan persediaan kelengkapan medis untuk membantu berbagai negara dunia mengendalikan penyebaran Covid-19.
BACA JUGA: RUU HIP Diubah Menjadi RUU BPIP, Syarief Hasan: Jangan Pakai Jalan Pintas
Dari mulai negara-negara Asia, Afrika, hingga Amerika Latin, mendapatkan banyak bantuan dari Tiongkok.
“Pandemi Covid-19 juga telah menunjukkan kualitas kepemimpinan di berbagai negara. Ada yang mendapatkan pujian, ada juga yang menjadi bulan-bulanan. Bahkan pandemi Covid-19 juga telah melahirkan para pemimpin baru yang berhasil mencuri perhatian rakyat, sepeti Gubernur Tokyo Yuriko Koike hingga Gubernur New York Andrew Cuomo," tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini berharap, pandemi Covid-19 juga akan melahirkan banyak calon pemimpin baru dari ICMI, baik di daerah maupun ditataran nasional yang mampu melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan disemua tingkatan. Karena itu sangat penting untuk melihat pandemi Covid-19 tak hanya sekadar musibah, melainkan sebagai tantangan.
“Karena pandemi Covid-19, Presiden Joko Widodo mulai menggenjot berbagai produktivitas barang dan jasa dalam negeri. Di antaranya dengan melarang impor barang konsumtif yang masuk melalui e-Commerce, melarang impor Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dan Alat Pelindung Diri (APD), masker, serta berbagai penunjang kesehatan lainnya. Berbagai kebijakan ini wujud nyata keberpihakan pemerintah terhadap kedaulatan nasional," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan, melalui penguatan kedaulatan nasional, Indonesia akan makin disegani berbagai negara dunia sehingga tak sekadar menjadi pemandu sorak di tengah persaingan Amerika Serikat dengan Tiongkok.
“Walaupun masih dalam awal masa kemerdekaan, Presiden Soekarno mampu membawa Indonesia tak larut dalam Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur. Melalui Pancasila yang dikenalkan ke berbagai negara Asia dan Afrika, Presiden Soekarno mampu membuat group baru, Gerakan Non-Blok, yang menjadi kekuatan ketiga diantara Blok Barat dan Blok Timur. Ke depan harus lahir Soekarno baru, yang mampu mengangkat harkat, derajat, dan martabat Indonesia," pungkas Bamsoet.(jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi