Bamsoet Beri Peringatan Dini kepada Pak Jokowi tentang Hal Ini

Rabu, 10 Agustus 2022 – 15:19 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo membahas kondisi ekonomi di tengah ketidakpastian global. Foto: Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan Indonesia bersama komunitas global harus mengantisipasi dampak buruk lanjutan dari konflik Rusia dengan Ukraina serta memuncaknya ketegangan antara Tiongkok dengan Taiwan. 

Dua konflik itu akan memperburuk kinerja perekonomian dunia dan Indonesia. Menurut ketua umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini, kecenderungan dinamika global saat ini benar-benar tidak kondusif. 

BACA JUGA: Antisipasi Krisis Ekonomi Global, Bamsoet: Ini Perlu Dipersiapkan dari Sekarang

‘’Konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina masih berlangsung. Pada aspek ekonomi global, ekses dari konflik ini nyata karena memicu lonjakan harga energi dan beberapa komoditas bahan pangan,’’ ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menjelaskan masyarakat di Eropa mengeluh karena minimnya pasokan dan mahalnya harga gas. Masyarakat Indonesia sudah merasakan ekses dari konflik Rusia-Ukraina itu ketika pemerintah melalui Pertamina terpaksa harus mengatur lagi mekanisme jual beli bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

BACA JUGA: Dianggap Berpihak kepada Irjen Ferdy Sambo, Bamsoet Dilaporkan ke MKD

Membengkaknya nilai belanja impor BBM yang disubsidi memaksa pemerintah mengatur ulang jual beli agar BBM bersubsidi tepat sasaran. 

Tahun ini, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mengalokasikan Rp 520 triliun untuk subsidi energi, meliputi BBM, LPG, dan listrik.

BACA JUGA: Bahas Performa Persib Bandung, Ridwan Kamil: Seperti Malam Gelap!

Ketika ekses lanjutan dari konflik Rusia-Ukraina terus dihitung dan coba diantisipasi, faktor memuncaknya ketegangan Tiongkok dengan Taiwan harus diperhitungkan dan diantisipasi.  

Kedua negara sudah unjuk kekuatan persenjataan masing-masing. Masyarakat Taiwan sudah memperkirakan keadaan terburuk. Tempat parkir, pusat belanja, dan stasiun bawah tanah di Taiwan telah dipersiapkan sebagai tempat perlindungan dari serangan udara.

Wajar jika para pemimpin negara dan lembaga-lembaga multilateral menyuarakan kecemasan. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi menyuarakan kekhawatiran itu. 

Senin (8/8) giliran Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengingatkan bahwa ketegangan Tiongkok dengan Taiwan bisa berkepanjangan karena faktor keterlibatan Amerika Serikat (AS). 

Pemimpin Singapura itu mencemaskan potensi salah penghitungan saat Tiongkok dan Taiwan saling unjuk kekuatan persenjataan.

Presiden Jokowi maupun perdana menteri Singapura memperingatkan bahwa situasi global yang tidak kondusif seperti sekarang ini berlanjut hingga 2023. 

‘’Artinya, dunia menyongsong resesi karena ketidakpastian yang tereskalasi dan berlarut-larut. Momentum pemulihan ekonomi global dari kerusakan akibat dua tahun lebih pandemi Covid-19 terlewatkan karena konflik yang melibatkan sejumlah negara,’’ ucap Bamsoet.

Menurut dia, Indonesia dan banyak negara lain harus mengandalkan sumber daya yang tersedia, perekonomian nasional harus dikelola dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan ekses dari resesi global itu. 

Situasinya memang menuntut kehati-hatian dan kearifan agar resesi global tidak menimbulkan kesulitan bagi semua elemen masyarakat.

‘’Masyarakat Indonesia patut bersyukur karena perekonomian nasional masih tumbuh impresif di tengah ketidakpastian saat ini,’’ ujarnya. 

Per kuartal I 2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen. Para ekonom pemerintah memperkirakan kuartal II 2022 tetap tumbuh di atas 5 persen. 

Menguatnya konsumsi rumah tangga, meningkatnya mobilitas masyarakat,pertumbuhan ekspor, serta efektivitas pengendalian Covid-19 menjadi faktor penggerak pertumbuhan. 

Nilai ekspor Indonesia 2021 mencapai USD 88,29 miliar, naik 43,56 persen dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan yang impresif itu hendaknya tidak membuat masyarakat lengah. Dinamika global tahun mendatang belum tentu lebih baik dari tahun ini. 

Pemerintah terus membarui perhitungan atas APBN tahun 2023 dan berharap ada tambahan kekuatan untuk menambah dana bagi program jaring pengaman sosial yang diwujudkan dengan subsidi BBM, LPG, dan listrik.

‘’Stress test APBN 2023 itu pun hendaknya dipahami semua elemen bangsa untuk bersiap menghadapi situasi dunia yang semakin tidak menentu pada 2023 mendatang, utamanya saat menyikapi mahalnya harga komoditas pangan dan harga BBM,’’ kata Bamsoet.

Dia menyatakan, awal April 2022, Energy Information Administration (EIA) memperkirakan harga minyak mentah Brent sepanjang 2022 ini bisa mencapai USD 98 per barel, jauh di atas asumsi APBN 2022 yang USD 63 per barel.

‘’Jika kenaikan harga minyak dunia makin tinggi, kemampuan fiskal yang memang sudah cukup terbatas untuk menyediakan tambahan subsidi guna meredam laju inflasi menjadi makin berat,’’ ujarnya. 

Untuk mengantisipasi kemungkinan itu, pemerintah perlu mempertimbangkan perubahan skema pemberian subsidi energi. Misalnya, kalau selama ini subsidi berbasis pada komoditas dan bersifat terbuka, diubah menjadi subsidi langsung kepada kelompok masyarakat yang tidak mampu.  

Acuannya adalah laporan BPS yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin per September 2021 sekitar 26,5 juta orang.

Memang, mengacu pada hasil survei Bloomberg, tingkat risiko resesi Indonesia relatif kecil, hanya 3 persen. Meski risiko yang dihadapi Indonesia relatif kecil, antisipasi potensi krisis ekonomi tetap perlu dipersiapkan sejak dini.

Ketidakpastian global saat ini diperparah oleh dampak buruk atau ekses perubahan iklim. Beberapa negara sudah menerapkan kebijakan yang protektif di sektor pangan dan energi. 

Sektor pertanian tanaman pangan dalam negeri hendaknya segera diperkuat dengan kebijakan yang mengarah pada peningkatan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada impor. Misalnya, meningkatkan luas tanam sorgum di dalam negeri. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler