jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Turki (Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement/IT-CEPA) bisa segera diselesaikan pada tahun ini.
Hal itu sebagai tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Erdogan pada Juli 2017 di Turki, dalam meningkatkan perdagangan Indonesia-Turki.
BACA JUGA: Indonesia dan Turki Sepakati Percepatan Penyelesaian Perundingan IT-CEPA
Presiden menargertkan peningkata hingga USD 10 miliar pada 2023.
"Hingga September 2020, nilai perdagangan Indonesia-Turki mencapai sekitar USD 958.400. Sebelumnya, di tahun 2019, nilai perdagangan kedua negara mencapai USD 1,6 miliar," kata Bamsoet di Jakarta, Kamis (29/4).
BACA JUGA: Bamsoet Minta Polri, Kemenkominfo dan OJK Tindak Tegas Fintech Ilegal
Menurutnya, sejak 2015 Indonesia selalu menikmati surplus perdagangan. Pada 2019, surplusnya bahkan mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun. Melalui IT-CEPA, salah satu poin penting yang akan berlaku yakni penghilangan bea masuk untuk ekspor dan impor beberapa komoditas dari kedua negara.
"Diharapkan surplus Indonesia semakin meningkat," ujar Bamsoet usai menerima Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal, di Jakarta, Kamis (29/4/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan melalui IT-CEPA Indonesia akan tetap menjadi mitra strategis bagi Turki dalam menjangkau pasar ASEAN yang memiliki market penduduk mencapai 625 juta jiwa atau 8,8 persen penduduk dunia.
Sebaliknya, Indonesia juga tetap menjadikan Turki sebagai negara kunci dalam menjangkau pasar Timur Tengah dan Eropa.
Selama ini, lanjut Bamsoet, ekspor unggulan Indonesia ke Turki antara lain produk berbahan baku karet alam, minyak hewani dan nabati, serat tekstil buatan tangan, pita buatan tangan, serat tekstil, karet, dan produk karet.
"Ekspor utama Turki ke Indonesia antara lain produk berbahan besi dan baja non-paduan, tembakau dan produk tembakau, produk kimia organik, karpet, serat tekstil dan produknya, serta sereal dan produk sereal," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga menyoroti progres penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah Turki. Pada pertengahan April 2021, dari sekitar 83,6 juta penduduk, Turki telah menyuntikkan lebih dari 20 juta dosis vaksin Covid-19 ke warganya.
Jumlah warga yang sudah menerima dosis pertama mencapai 12 juta orang, termasuk Presiden Erdogan yang telah disuntik vaksin Sinovac pada 15 Januari 2021.
"Data Worldometers mencatat, per 28 April 2021, jumlah warga Turki yang terkena Covid-19 mencapai sekitar 4,7 juta jiwa, tertinggi ke-6 dunia setelah Amerika Serikat, India, Brazil, Perancis, dan Rusia," sorot Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan pada 16 April 2021, kasus harian di Turki mencapai puncaknya, sekitar 63 ribu warga terkena Covid-19. Hal itu mampu memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Menurutnya, sekitar dua minggu lalu pemerintah Turki memberlakukan jam malam mulai Pukul 19.00 hingga 05.00. Mulai 29 April hingga 17 Mei 2021, ditingkatkan dengan menerapkan lockdown.
"Sama halnya seperti Indonesia dan negara dunia lainnya, Turki juga masih berperang menghentikan penyebaran virus Covid-19. Sebagai sahabat, kami berharap Turki bisa segera keluar dari pandemi Covid-19, begitupun dengan Indonesia. Sehingga people to people contact melalui perjalanan wisata dan pendidikan antar penduduk kedua negara bisa kembali menggeliat," kata Bamsoet. (jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia