jpnn.com, JAKARTA - Bakal calon Ketua Umum Golkar Bambang Soesatyo mengimbau semua kader dan elemen partainya bersatu demi Golkar yang lebih baik, termasuk mewujudkan demokratisasi tata kelola partai.
Bamsoet, panggilan Wakil Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar itu, meminta kader bertekad dan berani mengakhiri model kepemimpinan bersifat mengintimidasi. "Karut-marut pengelolaan partai Golkar tampak telanjang ketika semua elemen partai bersiap menyongsong pelaksanaan musyawarah nasional (Munas) tahun 2019 ini. Benar-benar sarat friksi, dan semuanya sudah menjadi pengetahuan publik," tuturnya.
BACA JUGA: Golkar Rawan Terpecah, Konsolidasi Jokowi Terancam Sia-sia
Menurut Bamsoet, retak dalam tubuh Partai Golkar bermuara pada perilaku kepemimpinan intimidatif yang belum bisa dieliminasi. "Dalam konteks demokratisasi tata kelola partai, Golkar praktis stagnan. Dan, kalau dihadapkan pada perubahan dan kemajuan zaman, Golkar lebih tepat disebut terus melangkah mundur. Partai ini selalu dicengkeram oleh kepemimpinan intimidatif yang menjadi potensi kegagalan demokratisasi tata kelola," katanya.
Nah, menuju Munas Partai Golkar di Jakarta, 3–6 Desember ini, Bamsoet memberikan catatan penting yang patut digarisbawahi para kader. "Pertama, baik sekarang maupun nantinya, Golkar tidak boleh menjadi faktor penghambat konsolidasi demokrasi Indonesia. Kedua, agar mampu menjadi penggerak demokrasi, Golkar harus menuntaskan demokratisasi tata kelola partai. Dan, agar demokratisasi tata kelola itu bisa berjalan, kepemimpinan intimidatif di tubuh partai harus segera dieliminasi," ujarnya.
BACA JUGA: KPK Bakal Pelototi Munas Golkar
Ketiga, imbuh Bamsoet, Golkar tidak boleh memberi beban atau masalah kepada pemerintah. Jika setelah Munas Partai Golkar masih pecah lagi, sama artinya itu memberi masalah kepada pemerintah. Sebab, pemerintah pada akhirnya hanya bisa mengakui satu DPP Partai Golkar. Tidak mungkin pemerintah atau presiden dipaksa harus mendengarkan dua DPP Partai Golkar.
"Satu lagi, yang tak kalah pentingnya adalah keharusan Golkar dan parpol lainnya untuk segera beradaptasi dengan perubahan zaman. Golkar harus berdandan sedemikian rupa agar tampak menarik dalam pandangan generasi milenial. Dan, pada waktunya nanti, Golkar pun harus memperkenalkan profilnya kepada generasi Z yang dalam beberapa tahun ke depan akan memiliki hak memilih dan dipilih. Golkar tentu harus mencari rumusan atau strategi baru agar bisa merekrut mereka sebagai kader maupun sekadar sebagai simpatisan," kata Bamsoet.
BACA JUGA: Tanpa Tata Cara Pemilihan Ketum, Munas Golkar Rentan Kehilangan Legitimasi
Menurut politikus yang juga Ketua MPR Ini, pendekatan kepada kedua kelompok generasi itu tak cukup hanya dengan mengandalkan propaganda atau komunikasi satu-dua arah. Gambaran tentang bagaimana tata kelola parpol pun pasti menjadi perhatian utama kedua kelompok generasi itu.
"Kepada kedua kelompok generasi ini, Golkar harus mengawali pendekatannya dengan perbaikan citra. Bagaimana pun, rangkaian pemberitaan seputar konflik internal selama periode persiapan menuju Munas 2019 menjadi promosi yang tidak menguntungkan Golkar. Gambaran dan kesan tentang kepemimpinan intimidatif itu begitu kuat," pungkas pria berusia 57 tahun itu. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek