Bamsoet tak Maju Ketum Golkar Lawan Airlangga setelah Jadi Ketua MPR

Sabtu, 12 Oktober 2019 – 21:58 WIB
Bambang Soesatyo alias Bamsoet. Foto: M. Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mantan politikus Partai Golongan Karya, Fadel Muhammad, menceritakan kronologi Bambang Soesatyo alias Bamsoet bisa menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 

Fadel pun memastikan bahwa Bambang Soesatyo tidak akan maju sebagai calon ketua umum (ketum) dalam Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar pada Desember 2019, setelah menjadi ketua MPR.

BACA JUGA: Bamsoet Pastikan Kasus Penusukan Wiranto Tidak Menggangu Agenda Pelantikan Presiden

Berbicara lewat sambungan telepon saat diskusi "Peta Politik Usai "Pesta" di Parlemen" Sabtu (12/10), di Jakarta, Fadel menceritakan ketika proses pembentukan pimpinan DPR, MPR, dan DPD, Golkar memang sudah meminta kalau boleh sebagai partai perolehan kursi nomor dua di parlemen menjadi ketua MPR. 

Ia melanjutkan, saat pertemuan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, beberapa waktu lalu, terbentuk pemikiran baru sebaiknya kursi ketua MPR diberikan kepada partai di luar koalisi Jokowi - Ma'ruf Amin. Karena itu, kata Fadel, pilihannya adalah Partai Gerindra.

BACA JUGA: Bamsoet: Terapkan Nilai-Nilai Luhur Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Fadel menuturkan, proses pembicaraan saat negosiasi jelang pemilihan ketua MPR pun alot. Mantan gubernur Gorontalo itu mengaku juga diminta 136 anggota DPD maju menjadi ketua MPR. Sehingga ada tiga calon kala itu: Bambang, Fadel, dan Ahmad Muzani dari Fraksi Partai Gerindra. 

Nah, Fadel kemudian mendapat kabar dari politikus PDI Perjuangan Ahmad Basarah, bahwa Megawati memberikan dukungan ke Golkar.

BACA JUGA: Dukungan Bamsoet Muluskan Langkah Airlangga Jadi Ketum Golkar

Wakil ketua MPR itu kemudian mengecek ke Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat (PD). 

Hasilnya sama, mereka mengarah mendukung PG. Fadel pun berpikir kalau maju sendirian, pasti akan kalah dalam voting. Karena itu, dia memutuskan mundur selangkah, namun meminta lima poin dari DPD diakomodasi. Sebagai catatan, poin itu sudah dibacakan Bambang saat memimpin Sidang Paripurna MPR pascaterpilih menjadi ketua. 

Akhirnya, Fadel dan DPD pun memilih bergabung mendukung Bambang. 

Sekitar pukul 20.40, Kamis (3/10), atau malam pemiilihan, setelah Muzani berbicara kepada Prabowo, kemudian mantan Danjen Kopassus TNI AD itu berkomunikasi dengan Megawati, Partai Gerindra baru menentukan sikap mendukung Bambang. Voting tidak terjadi, sehingga MPR bisa musyawarah mufakat memilih ketua. 

Fadel pun mengamati ada kesepakatan bahwa legislator yang karib disapa Bamsoet itu tidak akan maju menjadi ketum Golkar melawan Airlangga Hartarto pada Munas Desember 2019, setelah diusung dan menjadi ketua MPR. 

"Saya mengamati demikian adanya. Saya tidak ikut di dalam tetapi saya amati dari luar," ungkap Fadel.

"Kalau Pak Bambang diberikan kesempatan Partai Golkar menjadi ketua MPR, yang semula adalah Aziz Syamsudin yang sekarang wakil ketua DPR, maka Bambang tidak akan maju pada Desember nanti dalam Munas Partai Golkar," lanjut Fadel.  

Hanya saja Fadel menyatakan bahwa kesepakatan itu merupakan kesepakatan tidak tertulis. "Gentlemens agreement. Yang saya dengar begitu," kata Fadel dari sambungan telepon. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler