Bamsoet Tak Yakin Presiden Ambil Kebijakan tidak Pro Rakyat

Kamis, 29 November 2018 – 21:47 WIB
Joko Widodo. Foto: Setpres

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana membatalkan rencana relaksasi daftar negatif investasi (DNI) untuk sektor usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) dari paket kebijakan ekonomi 16. 

Bamsoet mengaku awalnya tidak yakin bahwa apa yang diputuskan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution itu diumumkan publik di dalam paket kebijakan ekonomi 16 itu berisikan DNI yang mengancam keberadaan UMKM.  

BACA JUGA: Istana Sebut Rencana Reuni Akbar 212 Bikin Takut

Namun, kata dia, hal ini kemudian diperkuat dari masukan HIPMI dan KADIN. Kemudian, lanjur Bamsoet, saat memimpin  sidang paripurna DPR, yang pertama kali menginterupsi soal DNI yang berpotensi mematikan ekonomi kecil atau UMKM itu adalah Partai Gerindra.

Bamsoet awalnya berpikir wajar Gerindra sebagai partai non-pemerintah mencari celah untuk menyerang eksekutif. Menurut dia, memang itu bisa jadi peluang oposisi untuk mengkritisi pemerintah.  

BACA JUGA: RUU Jabatan Hakim Dipastikan Selesai Masa Sidang Berikutnya

Namun, Bamsoet kaget ketika itu ada interupsi dari anggota Komisi XI DPR Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, yang notabene orang dekat Presiden Jokowi. Bahkan, kata dia, Maruarar berkata lebih keras dari Partai Gerindra. Kemudian, ada pula interupsi dari anggota Komisi XI DPR Fraksi Partai Golkar Misbakhun.

Menurut Bamsoet, seharusnya ke depan ada keseragaman langkah di antara para menteri dan presiden. Dia menjelaskan, semua orang tahu bahwa visi misi presiden jelas pro UMKM. 

BACA JUGA: Jokowi dan Alex Noerdin Bakal Merumput Bareng Ronaldinho

Karena itu, dia mengingatkan, jangan sampai kebijakan yang diambil oleh menteri bertentangan dengan keinginan presiden.

“Itu yang pertama saya tidak yakinnya kemarin diambil, karena ini sudah dekat pemilu ini pasti akan mengurangi suara presiden, mengganggu elektabilitas presiden. Saya tidak yakin presiden akan mengambil putusan itu, dan akhirnya terbukti memang tidak jadi dan dibatalkan itu,” kata Bambang dalam diskusi bertajuk  'Tunda Relaksasi Pelepasan Daftar Negatif Investasi (DNI), Jokowi Pro UMKM?'” di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (29/11).

Selain itu, Bamsoet juga mengaku mendapat banyak keluhan dari masyarakat maupun pengusaha-pengusaha terkait kebijakan keuangan atau ekonomi, terutama pajak. Dia mengaku tidak tahu apa agenda tersembunyi atau hidden agenda yang sedang dikendalikan atau dijalankan para menteri ini.

“Semua kebijakan atau men-downgrade, memojokkan, atau apa mengganggu, yang jelas presiden sedang mencalonkan kembali,” katanya.

Dia menambahkan, walaupun dirinya berasal dari Partai Golkar, Ketua Umum HIPMI Bahlil dari juga dari Partai Golkar, dan Maruarar dari PDI Perjuangan, sebagai pendukung pemerintah, pihaknya pengin pemerintahan ini sukss. 

“Tapi, kalau kita lihat berbagai kebijakan ini sangat mengganggu,” ungkap Bamsoet.

Dia mengatakan, tugasnya di DPR adalah menyuarakan suara masyarakat. Selain itu, ujar dia, presiden juga mau mendengarkan masukan dari para pengusaha, termasuk aspirasi yang disampaikan dalam paripurna DPR.  

“Saya sebagai juru bicara parlemen menyuarakan, setelah paripurna bahwa sikap DPR jelas kami minta kebijakan itu ditinjau kembali atau perlu dibatalkan mumpung belum terlambat. Ternyata,  memang kemarin presiden menyampaikan kepada kami di Solo draf itu belum sampai ke mejanya,” ujarnya.

Artinya  menteri  mengumumkan sesuatu yang presiden belum setuju. Karena itu, Bamsoet mengimbau agar satukan langkah, sikap, di dalam pemerintahan agar kebijakan yang lahir dari Istana tidak membuat bingung masyarakat.

“Saya pribadi dari Golkar sebagai partai pendukung pemerintah tentu tidak menginginkan pemerintah ini gagal. Kami  ingin pemerintah ini sukses, menyejahterahkan masyarakat ,” katanya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Tegaskan Rest Area Harus Diramaikan UMKM


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler