jpnn.com, JEMBRANA - Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo kembali meninjau untuk kedua kalinya lokasi yang rencananya akan diajukan kepada Gubernur Bali untuk pembangunan Sirkuit Formula 1 (F1) di daerah Jembrana, Bali Barat.
Atas seizin Gubernur Bali, bekerja sama dengan investor dari dalam dan luar negeri, memanfaatkan lahan seluas 150-200 hektare milik pemerintah Provinsi Bali yang dikelola Perusahaan Daerah Perkebunan Sangiang.
BACA JUGA: Kutuk Kekerasan Israel terhadap Warga Sipil Palestina, Bamsoet Minta PBB Bertindak
“Selain mengembangan sport automotif tourism di Jembrana serta Bali Barat pada umumnya, pembangunan Sirkuit F1 juga untuk mewujudkan keinginan almarhum Taufiq Kiemas, yang sempat mendukung agar Bali bisa memiliki sirkuit F1," ujar Bamsoet usai meninjau lahan pembangunan Sirkuit F1 di Jembrana, Bali, Minggu (16/5/21).
Menurut Bamsoet, pembangunan Sirkuit F1 ini untuk mencegah devisa kita lari ke Malaysia dan Singapura.
BACA JUGA: Bamsoet Terima Ucapan Idulfitri dari Ketua Parlemen Singapura
“Keinginan almarhum Taufiq Kiemas tersebut sama halnya dengan keinginan kita semua,” ujar Bamsoet.
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, pembangunan Sirkuit F1 di Jembrana sangat strategis, Mengingat saat ini akan ada proyek pembangunan tol Denpasar - Gilimanuk, yang bisa memangkas waktu tempuh dari Denpasar ke Jembrana, menjadi sekitar satu jam.
Memudahkan pengangkutan logistik keperluan balap, maupun memudahkan pergerakan turis yang ingin menyaksikan kejuaraan balap.
"Keberadaan Sirkuit F1 di daerah Jembrana juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan pariwisata di kawasan Bali Barat,” ujar Bamsoet.
Menurut dia, kebaradan Sirkuit ini juga menjadikan turis yang datang ke Bali tidak hanya singgah di Kuta maupun Ubud saja melainkan juga menyebar ke berbagai destinasi wisata lainnya hingga ke Bali bagian Barat seperti Jembrana dan sekitarnya.
“Sekaligus menaikkan muruah Indonesia di berbagai negara ASEAN maupun Asia lainnya. Mengingat negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam sudah memiliki sirkuit F1,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menerangkan, setiap pagelaran F1 di Singapura, Singapore Tourism Board (STB) selalu menargetkan sedikitnya lima ribu penonton dari Indonesia.
Sementara Corporation Communication Officer Sirkuit Sepang, Malaysia mencatat, dari kisaran 130 ribu penonton F1 di Malaysia, 6 ribu diantaranya berasal dari Indonesia.
"Daripada masyarakat Indonesia harus repot ke negara lain, lebih baik kita siapkan pagelaran F1 di dalam negeri. Sehingga perputaran uangnya tidak lari ke luar negeri," terang Bamsoet.
Ketua Umum IMI (Ikatan Motor Indonesia) ini menambahkan, penyelenggaraan F1 di berbagai negara bisa mendatangkan keuntungan hingga triliunan rupiah.
Sebagai contoh, perusahaan akuntan global PricewaterhouseCoopers memperkirakan Azerbaijan mendapatkan keuntungan ekonomi mencapai 506 juta dolar AS atau sekitar Rp 7 triliun selama empat tahun menyelenggarakan F1.
Menteri Senior Perdagangan dan Perindustrian Singapura mengumumkan, di tahun pertamanya menggelar Formula 1 pada tahun 2018, Singapura diperkirakan mencatat keuntungan mencapai 168 juta dollar Singapura atau sekitar 1,3 triliun rupiah.
“Hingga kini, rata-rata pendapatan Singapura dari F1, per tahunnya mencapai 140 hingga 150 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 1,5 triliun lebih," pungkas Bamsoet.(jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi