MATARAM-Penutupan Bandara Selaparang, tidak hanya menghilangkan sebagian pendapatan asli daerah (PAD) Kota Mataram. Beberapa usaha yang dijalankan warga di sekitar bandara dan jalur menuju bandara juga terkena imbasnya. Salah satunya usaha penjualan ikan air tawar di kawasan Sayang-Sayang.
Salah satu pemilik usaha penjualan ikan air tawar, Bahrun mengungkapkan, ketika Bandara Selaparang masih beroperasi, penjualan ikan bisa menembus Rp 18-19 juta per hari. ‘’Sekarang bisa dapat Rp 4 juta saja sudah beruntung,” katanya, kemarin.
Menurutnya, ketika bandara ini masih beroperasi, banyak pengantar haji atau TKI yang singgah membeli ikan. ‘’Satu orang bisa membeli dua sampai tiga kilo, sangat menguntungkan,’’ katanya.
Saat itu, lanjutnya, banyak hotel yang membeli ikannya. Bahkan, dalam sehari, pihak hotel datang dua kali untuk membeli. ‘’Warung-warung juga banyak yang memesan,’’ katanya.
Meski demikian, dia tetap bertahan pada bisnis penjualan ikan segar yang sudah digelutinya selama 12 tahun ini. ‘’Sekarang pembeli yang datang biasanya dari Sumbawa dan Bima. Ada yang dikirim dan ada yang untuk konsumsi sendiri,’’ ungkapnya.
Selain faktor penutupan bandara, kata dia, merosotnya jumlah pembeli juga disebabkan semakin banyaknya usaha yang sama. Saat ini, Bahrun menjual beberapa jenis ikan air tawar, seperti Nila, Gurami, Bawal, dan Lele. ‘’Harganya bervariasi, jarang terjadi kenaikan,” katanya.
Nila dijual Rp 22-25 ribu per kilogramnya, Gurami Rp 45 ribu, Lele Rp 20 ribu, dan Bawal Rp 23 ribu. ‘’Harga ikan air tawar saat ini stabil,’’ ujarnya.(cr-fai)
Salah satu pemilik usaha penjualan ikan air tawar, Bahrun mengungkapkan, ketika Bandara Selaparang masih beroperasi, penjualan ikan bisa menembus Rp 18-19 juta per hari. ‘’Sekarang bisa dapat Rp 4 juta saja sudah beruntung,” katanya, kemarin.
Menurutnya, ketika bandara ini masih beroperasi, banyak pengantar haji atau TKI yang singgah membeli ikan. ‘’Satu orang bisa membeli dua sampai tiga kilo, sangat menguntungkan,’’ katanya.
Saat itu, lanjutnya, banyak hotel yang membeli ikannya. Bahkan, dalam sehari, pihak hotel datang dua kali untuk membeli. ‘’Warung-warung juga banyak yang memesan,’’ katanya.
Meski demikian, dia tetap bertahan pada bisnis penjualan ikan segar yang sudah digelutinya selama 12 tahun ini. ‘’Sekarang pembeli yang datang biasanya dari Sumbawa dan Bima. Ada yang dikirim dan ada yang untuk konsumsi sendiri,’’ ungkapnya.
Selain faktor penutupan bandara, kata dia, merosotnya jumlah pembeli juga disebabkan semakin banyaknya usaha yang sama. Saat ini, Bahrun menjual beberapa jenis ikan air tawar, seperti Nila, Gurami, Bawal, dan Lele. ‘’Harganya bervariasi, jarang terjadi kenaikan,” katanya.
Nila dijual Rp 22-25 ribu per kilogramnya, Gurami Rp 45 ribu, Lele Rp 20 ribu, dan Bawal Rp 23 ribu. ‘’Harga ikan air tawar saat ini stabil,’’ ujarnya.(cr-fai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pedagang Minta Kepastian Harga Kios
Redaktur : Tim Redaksi