jpnn.com, YOGYAKARTA - Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) menjadi provinsi dengan caleg DPR yang punya nama-nama beken antara lain Titiek Soeharto, Hanafi Rais, Katon Bagaskara, hingga Roy Suryo.
Sayang, kuatnya ketokohan bukan satu-satunya penjamin seorang caleg bisa meraup suara lebih banyak.
BACA JUGA: Jangan Curiga Terus, Belum Ada Temuan soal Petugas KPPS Meninggal Akibat Racun
Hal itu terlihat dari hasil rekapitulasi tingkat Provinsi DIJ. Caleg dengan suara tertinggi untuk mewakili DIJ di DPR RI justru tidak datang dari salah satu tokoh.
Perolehan suara terbanyak dipegang Esty Wijayanti. Dia merupakan seorang petahana yang mewakili PDIP dengan nomor urut 3. Esty memperoleh 176.306 suara.
BACA JUGA: Sudirman Said, Dua Waketum Gerindra & Putra Amien Rais Gagal Lolos ke DPR dari Jateng
Praktis, perolehan suara Esty berada di posisi paling atas jika dibandingkan dengan calon lainnya yang berlaga. Perolehan suara tersebut diikuti Hanafi Rais. Caleg perwakilan PAN dengan nomor urut 1 itu mendapatkan 171.316 suara.
BACA JUGA: FPI Akan Kerahkan Ribuan Pengacara, Begini Respons Brigjen Dedi
BACA JUGA: Awalnya Prabowo Klaim Menang 62 Persen, Sekarang jadi 54, Kenapa, Bang?
Posisi ketiga suara terbanyak didapat Idham Samawi. Mantan bupati Bantul itu merupakan caleg perwakilan PDIP nomor 1. Idham meraih 158.425 suara.
Jika dibandingkan dengan perolehan para tokoh, ketiga caleg di atas memiliki selisih yang cukup tinggi. Katon Bagaskara contohnya.
Mantan anggota Kla Project yang maju dari PDIP tersebut hanya mendapatkan 46.985 suara. Sementara itu, Roy Suryo mendapatkan 24.215 suara dan Titiek Soeharto hanya mendapatkan 26.159 suara.
Selama rekapitulasi, saksi hanya menanyakan tentang banyaknya DPK yang terdapat di Kabupaten Sleman. Jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya, kawasan tersebut memiliki jumlah DPK terbanyak. Yakni, sekitar 25 ribu pemilih.
Ketua KPU Yogyakarta Hamdan Kurniawan menjelaskan, fenomena itu terjadi karena saat ini Sleman menjadi kabupaten favorit bagi para pendatang. Terutama, mereka yang berencana menetap dalam kurun waktu cukup panjang di DIJ.
Selain itu, banyak sekali perguruan tinggi di Sleman. Hal itulah dua alasan utama jumlah DPK di kawasan tersebut berkali-kali lebih banyak ketimbang kawasan lainnya.
’’Entah karena pendidikan atau gimana, tapi daerah tersebut memang kerap menjadi jujukan banyak pihak untuk berpindah,’’ tuturnya.
Terutama pada 17 April lalu. Banyak warga yang baru memutuskan menetap atau berpindah ke Sleman. Mereka masih mengurus surat-surat penting kepindahan. Karena itu, banyak warga yang terpaksa memilih hanya dengan menggunakan KTP.
’’Di data kami hanya ada 700 ribuan pemilih di Sleman, tapi di sana ada sejuta lebih penduduk yang memilih dari Sleman,’’ beber Hamdan.
Tak pelak, kawasan tersebut memiliki jumlah pemilih lebih banyak jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota di sekitar DIJ. Hamdan memberikan contoh Kabupaten Gunungkidul. Kawasan tersebut merupakan daerah favorit kedua yang dipilih warga luar kota ketika hendak berpindah ke DIJ.
Namun, jumlah penduduknya pun tidak sebanyak perpindahan penduduk yang terjadi di Sleman. ’’Sedangkan di Sleman ini dinamikanya sangat tinggi,’’ imbuh Hamdan.
BACA JUGA: Awalnya Prabowo Klaim Menang 62 Persen, Sekarang jadi 54, Kenapa, Bang?
Selain permasalahan pemilih, saksi menanyakan keabsenan salah seorang saksi di C1 plano yang diberikan KPU setempat. Keberatan tersebut diajukan dari perwakilan paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga. Menurut mereka, ada terlalu banyak pembetulan di berita acara yang dilakukan KPU setempat.
’’Terkait dengan keberatan tersebut, sudah kami cantumkan ke formulir yang dibawa,’’ tambah Hamdan. (bin/c17/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oso Legawa Hanura Jeblok di Pileg, yang Penting Jokowi Menang Pilpres
Redaktur & Reporter : Soetomo