jpnn.com, JAKARTA - Kisah Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bakal segera menjadi biopik. Sudah ada produser yang mengantongi restu dari keluarga Bang Ali untuk menggarap film tentang gubernur DKI era 1966-1977 itu.
Pada Kamis lalu (12/12), tiga produser masing-masing FX Rudy Gunawan, Ody Mulya Hidayat dan Imran Hasibuan menemui Boy Bernardi Sadikin yang notabene putra sulung Bang Ali. "Kami telah mendapat restu dari Boy Sadikin untuk memproduksi film biopik Bang Ali," kata Rudy melalui layanan pesan, Sabtu (14/12).
BACA JUGA: Setelah Ali Sadikin, Baru Ahok yang Mampu..Oh Ya?
Rencananya, biopik itu akan diberi titel Bang Ali The Movie. Imran Hasibuan menjelaskan, proses produksi Bang Ali The Movie akan dimulai awal 2020.
"Kami akan segera melakukan casting pemeran. Sudah ada beberapa aktor yang kami bidik untuk memerankan Ali Sadikin,” ujar Imran.
BACA JUGA: Ali Sadikin pun Tak Sudi Pulau Bersejarah itu Karam
Mantan wartawan yang akrab disapa dengan panggilan Ucok itu mengaku sudah mengantongi sejumlah nama sineas yang akan menyutradarai biopik Bang Ali. “Sudah ada beberapa kandidat sutradara,” ujarnya.
Lebih lanjut Imran mengatakan, Bang Ali merupakan sosok legendaris yang masih dikenang. Kisah Bang Ali dengan segala dinamikanya, kata Imran, bisa menjadi pembelajaran bagi kalangan milenial.
“Bang Ali sosok besar. Perjalanan hidupnya yang penuh warna sangat layak diangkat ke layar film,” ucap Imran.
Penulis biografi sejumlah tokoh kondang itu menjelaskan, Bung Karno menganggap Ali Sadikin sebagai sosok keras. Di era Presiden Soekarno pula Bang Ali yang berlatar belakang militer menjadi gubernur DKI.
Bang Ali memimpin wilayah ibu kota RI yang kala itu masih semrawut. Di era kepemimpinan Bang Ali pula Jakarta tumbuh menjadi kota moderen dan beradab.
Tokoh kelahiran 7 Juli 1927 itu menata Jakarta dengan berbagai kebijakan. Bang Ali menata kawasan permukiman dan pertokoan, melebarkan jalan, memperbanyak pasar, hingga melarang becak di kawasan tertentu.
Namun, Bang Ali juga memicu polemik dan kontroversi. Pria asal Sumedang, Jawa Barat itu mengizinkan bisnis hiburan malam, termasuk kasino dan prostitusi.
Hanya saja, Bang Ali menerapkan pajak tinggi untuk ‘bisnis maksiat’ di ibu kota kala itu. Tujuannya adalah menggenjot pemasukan bagi kas DKI Jakarta.
Jalan-jalan di Jakarta pun makin lebar dan bagus. Puskesmas juga bertambah.
Bang Ali juga memperbanyak tempat-tempat ibadah. Peninggalannya yang sampai kini masih bisa dinikmati adalah Taman Ismail Marzuki dan berbagai gelanggang remaja.
Namun, produser juga akan menyentuh sisi romantis Ali Sadikin. “Film ini juga akan mengisahkan romansa percintaan Bang Ali dengan Nani Sadikin, juga kehidupan rumah-tangga mereka bersama anak-anaknya,” tutur Imran.(ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni