jpnn.com, JAKARTA - Aksi Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menjewer pelatih biliar Khoiruddin Aritonang alias Coki Aritonang menuai polemik.
Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga menyatakan Edy Rahmayadi seharusnya tidak mempermalukan bawahannya di depan publik.
BACA JUGA: 6 Fakta Edy Rahmayadi Menjewer dan Mengata-ngatai Coki Aritonang, Baca Nomor 5
"Hal itu selain tidak etis, juga dapat menjatuhkan moral bawahan," kata Jamiluddin kepada JPNN.com, Rabu (29/12).
Dia menyebutkan tindakan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menjewer pelatih biliar Coki Aritonang tidak layak dicontoh oleh pemimpin lain.
BACA JUGA: Seusai Dijewer Edy Rahmayadi, Coki Aritonang Bersumpah Demi Allah
"Tindakan pemimpin seperti itu sangat tidak cocok di era keterbukaan, khususnya di negara demokrasi," lanjut mantan dekan FIKOM IISIP Jakarta itu.
Akademisi Universitas Esa Unggul itu juga menyebutkan gaya kepemimpin di Indonesia harus menyesuaikan dengan sistem politik yang berlaku.
BACA JUGA: Ini Jawaban Edy Rahmayadi saat Ditanya Mengapa Menjewer Coki Aritonang
"Gaya kepemimpinan di era tertutup atau otoriter sudah seharusnya ditanggalkan," tegas Jamiluddin.
Sebelumnya, pelatih biliar Khoiruddin Aritonang alias Coki Aritonang kesal setelah dijewer oleh Edy Rahmayadi di depan orang banyak.
Edy Rahmayadi menjewer Coki saat penyerahan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di ajang PON XX Papua, di Aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas gubernur Sumut, Senin (27/12).
Mantan Pangkostrad itu juga mengusir Coki dari lokasi acara. (mcr8/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Kenny Kurnia Putra