jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay angkat bicara terkait kicauan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut Presiden Jokowi meminta ventilator.
Trump menyatakan bersedia memenuhi permintaan tersebut, dalam rangka kerja sama penanggulangan pandemi virus corona jenis baru, COVID-19.
BACA JUGA: Perintah Terbaru Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud
Saleh Daulay mengapresiasi tawaran bantuan yang dijanjikan Donald Trump. Namun, menurutnya, perlu diperhatikan dan dicermati bahwa Amerika sendiri sangat memerlukan ventilator.
Sebab, John Hopkins University melaporkan jumlah positif virus corona di AS sampai saat ini sudah mencapai 938.154 orang.
BACA JUGA: Misteri Penampakan Kereta Khusus di Wosan, Milik Kim Jong-un?
Dengan korban meninggal dunia mencapai 53.755 orang atau seperempat dari total jumlah meninggal di seluruh dunia.
“Amerika saat ini menghadapi persoalan serius dengan Virus Corona. Ada banyak masalah yang perlu diselesaikan dan menjadi skala prioritas yang harus mereka tangani. Salah satunya soal pengadaan alat kesehatan, di mana salah satu yang sangat penting adalah ventilator," ujar Daulay dalam pesan tertulis, Minggu (26/4)
BACA JUGA: Guru Honorer Tak Mengajar Selama Pandemi Corona, Tidak Digaji dari Dana BOS
Anggota Komisi IX ini kemudian memaparkan fakta, bahwa Trump pada akhir Maret lalu pernah menyatakan tidak percaya tingginya kebutuhan ventilator di New York.
Gubernur New York Andrew Cuomo saat itu meminta pengadaan ventilator sebanyak 30 ribu unit.
Cuomo menilai pemerintah federal sangat lambat dalam memberikan respons terhadap pandemi yang melanda negeri Paman Sam tersebut.
“Itu baru kebutuhan di satu negara bagian. Di negara-negara bagian lain juga sangat membutuhkan alat yang sama. Itulah sebabnya, di awal April kemarin Presiden Trump meminta enam perusahaan besar memproduksi ventilator," ucapnya.
Keenam perusahaan itu masing-masing General Electric Co, Hill-Rom Holdings Inc, Medtronic Plc, Resmed Inc, Royal Philips N.V. dan Vyaire Medical Inc.
"Produksi ventilator di AS katanya lagi ditingkatkan dan dipercepat, tetapi beberapa waktu lalu, Presiden Trump sempat mengeritik Manager General Motor yang dinilai lambat memproduksi ventilator. Selain itu, produksinya di bawah dari jumlah yang dipesan," tuturnya.
Menurut mantan ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah ini, kritikan-kritikan Trump disampaikan secara terbuka. Antata lain lewat akun Twittermya @realDonaldTrump.
Lebih lanjut Daulay mengatakan, Indonesia dinilai tidak masalah meminta bantuan AS. Namun tidak boleh berhenti dengan hanya berharap kepada AS, mengingat kondisi di Negeri Paman Sam tersebut.
Daulay menyarankan Indonesia sebaiknya juga berupaya mencari ventilator dari negara lain. Sebab, sampai saat ini banyak negara membutuhkan dan sedang mencari ventilator.
“Kalau kesan yang saya tangkap dari pernyataan pejabat AS, Indonesia akan dibantu bersama beberapa negara Amerika Latin lainnya. Namun, negara-negara tersebut tetap membayar sesuai harga yang ditetapkan," katanya.
Daulay menilai hal tersebut wajar sebab produsen ventilator yang ada di AS merupakan perusahaan swasta yang tentu membutuhkan biaya operasional dan produksi.
“Kalau memang membeli, tidak ada salahnya juga mencari di negara lain. Mana yang paling cepat, itu yang didatangkan ke Indonesia. Sebab, kebutuhan ventilator ini memang sangat mendesak untuk penanganan pasien covid-19 di Indonesia. Itu diakui oleh kementerian kesehatan dalam rapat terakhir bersama komisi IX minggu lalu," pungkas Daulay. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang