Bangga Menjadi Guru SMA 8 Jakarta: Memoar Wartawan dan Pendidik Bernama Suradi

Kamis, 03 Juni 2021 – 22:54 WIB
Suradi, M.Si menerbitkan buku berjudul “Bangga Menjadi Guru SMA 8 Jakarta: Sebuah Memoar”. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Setiap orang punya cerita dan kisahnya dalam profesi yang digelutinya. Kisah yang menarik dan inspiratif tentu akan bermanfaat bagi banyak orang apabila hal itu dituliskan dalam sebuah buku.

Hal itulah yang dilakukan dengan Suradi, M.Si dengan menerbitkan buku berjudul “Bangga Menjadi Guru SMA 8 Jakarta: Sebuah Memoar ” yang diberi pengantar oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, yang juga alumnus SMA 8 Jakarta tahun 1974.

BACA JUGA: Bertemu Ganip Warsito, Ganjar Pranowo: Saya Sudah Seperti Guru BP

Buku yang diterbitkan oleh Diomedia, Juni 2021 ini berkisah tentang pengalaman Suradi sebagai guru honorer di SMA 8 Jakarta selama sebelas tahun, 1989-2000. Selama rentang  waktu yang sangat panjang itu Suradi memang tidak berusaha untuk mengikuti tes sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) sehingga dapat menjadi guru tetap.

Pasalnya, penulis memang tidak ingin menjadi PNS dan sebaliknya ingin berkarier sebagai jurnalis.

BACA JUGA: Besar Juga ya Dendanya Akibat Menolak Wawancara dengan Wartawan

Dalam buku setebal 250 halaman ini, penulis mengulas perjalanan kisahnya dari murid SMA 8 Jakarta, kemudian kuliah di UI dan kembali ke sekolahnya sebagai guru honorer. Rencana hanya ingin mengajar selama satu tahun sambil menyelesaikan studi sarjananya, penulis akhirnya ‘keterusan’ mengajar hingga sebelas tahun.

Sempat jeda beberapa tahun setelah berhenti mengajar karena kesibukan yang tak dapat ditinggalkan lagi sebagai jurnalis, Suradi ‘balik lagi’ ke SMA 8 Jakarta, tetapi kali ini sebagai orang tua murid. Sebab dua putrinya diterima di SMA 8 Jakarta tahun 2013 dan 2014.

BACA JUGA: Inilah Perincian Formasi Tenaga Pendidik PPPK 2021 di Sangihe

Kembali ke sekolah sebagai orang tua siswa, naluri kepeduliannya terhadap sekolah tercinta kembali muncul.

Dia pun aktif sebagai perwakilan orang tua dan kemudian menjadi anggota Komite Sekolah, hingga saat ini.

Praktis, pergumulannya dengan sekolah berlangsung hampir 30 tahun.

Sebagai seorang guru dan pembina siswa, Suradi termasuk yang sangat dekat dan akrab dengan siswa.

Karena tidak ada perbedaan antara guru tetap dan guru honorer, penulis dipercaya membimbing banyak kegiatan di OSIS, terutama media sekolah yang di SMA 8 dinamakan media siswa (Mesis) dan juga kegiatan penelitian di seksi Science.

Dengan berbagai pendekatan yang inovatif pada siswa dan proses belajar mengajar yang ‘tak biasa’ Suradi muncul sebagai salah satu guru favorit.

Dia mampu mengubah paradigma pelajaran sejarah dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang diajarkannya, yang semula dianggap membosankan, menjadi mengasyikan.

Pengakuan sebanyak 15 murid dalam bagian testimoni menarik untuk dibaca. Para siswa itu mengakui bahwa dengan diajari oleh Suradi, pelajaran sejarah dan PSPB menyenangkan dan hingga kini, setelah lebih 25 tahun, mereka masih ingat secara detail bagaimana pola pengajaran yang diberikan Suradi.

Ubah Persepsi Siswa

Apa yang diceritakan Suradi dalam bagian ‘Menjadi Guru’ sungguh menarik, karena dia menceritakan secara detail bagaimana mencari alternatif-alternatif pembelajaran yang ujungnya menyenangkan siswa dan memberi pemahaman penting akan artinya sejarah.

Hal itu sejalan juga dengan pendapat Menteri Siti Nurbaya dalam pengantarnya. Menurut  Menteri Siti, penulis memoar ini bukan siapa-siapa.

Dia ‘orang biasa’ yang punya cita-cita besar mengubah persepsi siswa, bagaimana pelajaran sejarah itu membosankan menjadi sebaliknya, menyenangkan dan penting.

Menurut Siti Nurbaya, dengan gaya dan inovasinya dalam pembelajaran sejarah di era belum ada internet, dia mampu mengubah pandangan itu dan menjadikan pelajaran sejarah amat menyenangkan.

Realitas historis diangkat dengan cara yang menarik, yakni storytelling dan mengajar murid-muridnya untuk berpikir, berdiskusi, dan mencari informasi tambahan di luar buku pelajaran.

“Tidak ada istilah mencatat pelajaran dari buku, layaknya sistem belajar sejarah tahun 1990-an. Kekuatan storytelling dan pemahaman yang sangat kuat akan sejarah Indonesia dan dunia yang diramu dengan aktualitas yang terjadi, membuat subjek tentang sejarah menjadi ‘hidup’ di mata siswa,” ujar Siti Nurbaya dalam pengantar buku ini.

Kisah guru bernama Suradi ini menginspirasi banyak kalangan. Paling tidak penilaian itu datang dari Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta, Rita Hastuti.

Dalam sambutan di buku ini, dia mengatakan, memoar guru ini salah satu yang terbaik yang pernah dibaca. Mengapa? Menurut Kepala Sekolah ini, Pak Suradi punya pengalaman panjang dengan sekolah SMA 8 ini dan dituangkan mendalam secara detil dan dengan bahasa jurnalistik yang enak dibaca dan mengalir. Inilah pengalaman langka seorang guru yang juga jurnalis, dan penulis buku.

“Buku ini bukan sekadar memoar pribadi Pak Suradi, tetapi banyak cerita lain yang menarik, termasuk rentang panjang sejarah SMA 8 yang ditulis sangat lengkap tetapi tidak membosankan. Banyak informasi yang didapat dari buku ini,” kata Rita Hastuti.

Jadi, sudah selayaknya pembaca mencari dan membaca buku ini. Banyak hal yang bisa dipetik dari buku memoir yang tidak sekadar bicara soal guru, tetapi juga bagaimana mendidik anak-anak kita.(fri/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler