ALL Germany Final di Liga Champions musim ini membuka mata banyak pihak. Sepakbola Jerman tengah melesat menuju titik tertinggi. Semua berawal dari kegagalan di Piala Dunia (PD) 1998 dan Piala Eropa 2000.
=======================
Oliver Bierhoff hanya tertunduk lesu di tengah lapangan ketika Timnas Jerman secara mengejutkan dikandaskan Kroasia tiga gol tanpa balas di babak perempat final Piala Dunia 1998. Kekecewaan Bierhoff kembali terulang di Piala Eropa 2000. Jerman duduk di posisi buncit fase grup tanpa sekalipun memetik kemenangan.
Masyarakat Jerman kecewa. DFB selaku induk sepakbola Jerman pun menjadi bulan-bulanan. Sadar bahwa ada yang salah, DFB langsung berbenah. Mereka memperbaiki tatanan kompetisi Liga Jerman.
Hal pertama yang dilakukan ialah membentuk DFL sebagai pengelola Liga Jerman pada 18 Desember 2000. Di Indonesia, peran DFL adalah seperti yang dilakukan PT LI dan PT LPIS. Pembenahan dimulai dari perbaikan tata kelola Liga Jerman alias Bundesliga. Salah satunya ialah tentang pembinaan pemain.
Ketika berlaga di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, Timnas Jerman diisi pemain yang sudah sangat senja. Salah satunya ialah kapten Lothar Matthaus yang sudah berusia 39 tahun. Otoritas sepakbola Jerman pun mengeluarkan kebijakan.
Setiap tim harus memaksimalkan youth development-nya. Cara itu dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi minimnya regenerasi yang terjadi di Timnas. Chief Executive Bundesliga Christian Seifert mengatakan, akademi merupakan syarat mutlak di sepakbola Jerman.
“Klub harus memiliki, memperbaiki dan memaksimalkan akademinya sebelum diberi lisensi untuk bertanding di kompetisi,” terang Seifert seperti dilansir Guardian pada 29 Maret lalu.
DFL pun menjalankan perannya dengan sangat baik. Terus memantau akademi klub sambil melakukan road show ke berbagai daerah, klub maupun sekolah untuk melakukan sosialisasi sembari mencari bibit-bibit bagus. Mereka juga membentuk unit pembinaan. Kapasitas pelatih pun diperhatikan dengan cara memberi coaching clinic tentang program latihan yang tepat.
“Wilayah kami adalah klub tunggal di Jerman. Setiap pemain professional memulai karirnya di klub kecil. Di sanalah dasar-dasar sepakbola diterapkan,” terang anggota DFB Christine Lehmann seperti dilansir Reuters.
Borussia Dortmund pernah kena semprot karena memiliki akademi yang tidak layak pada 2000 silam. Mereka akhirnya dipaksa membangun akademi baru.
Hasil dari semua perbaikan itu memang sesuai ekspektasi. Prestasi sepakbola Jerman sangat stabil. Pada Piala Dunia 2002, mereka menjadi runner up. Sementara pada Piala Dunia 2006 dan 2010 Jerman duduk di urutan ketiga. Di Piala Eropa 2008 mereka menjadi runner up. Empat tahun berselang, di Piala Eropa 2012, mereka juga melaju ke semifinal.
Para pemain muda pun bermunculan. Pada Piala Dunia 2010, sebanyak 19 pemain berasal dari kompetisi teratas. Sementara, empat sisanya berasal dari Divisi Dua.
“Dari 525 pemain yang ada di Bundesliga pada musim 2010/2011, sebanyak 275 di antaranya ditempa dari akademi junior,” kata Direktur Olahraga DFL Eckart Gutschmidt.
Bierhoff yang satu dekade silam merasakan kegetiran kini mulai tersenyum riang. “Ini merupakan buah dari perbaikan total yang kami lakukan sepuluh tahun silam. Kini kami tinggal memetik hasilnya,” tegas Bierhoff kepada Bild. (jos/jpnn)
=======================
Oliver Bierhoff hanya tertunduk lesu di tengah lapangan ketika Timnas Jerman secara mengejutkan dikandaskan Kroasia tiga gol tanpa balas di babak perempat final Piala Dunia 1998. Kekecewaan Bierhoff kembali terulang di Piala Eropa 2000. Jerman duduk di posisi buncit fase grup tanpa sekalipun memetik kemenangan.
Masyarakat Jerman kecewa. DFB selaku induk sepakbola Jerman pun menjadi bulan-bulanan. Sadar bahwa ada yang salah, DFB langsung berbenah. Mereka memperbaiki tatanan kompetisi Liga Jerman.
Hal pertama yang dilakukan ialah membentuk DFL sebagai pengelola Liga Jerman pada 18 Desember 2000. Di Indonesia, peran DFL adalah seperti yang dilakukan PT LI dan PT LPIS. Pembenahan dimulai dari perbaikan tata kelola Liga Jerman alias Bundesliga. Salah satunya ialah tentang pembinaan pemain.
Ketika berlaga di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, Timnas Jerman diisi pemain yang sudah sangat senja. Salah satunya ialah kapten Lothar Matthaus yang sudah berusia 39 tahun. Otoritas sepakbola Jerman pun mengeluarkan kebijakan.
Setiap tim harus memaksimalkan youth development-nya. Cara itu dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi minimnya regenerasi yang terjadi di Timnas. Chief Executive Bundesliga Christian Seifert mengatakan, akademi merupakan syarat mutlak di sepakbola Jerman.
“Klub harus memiliki, memperbaiki dan memaksimalkan akademinya sebelum diberi lisensi untuk bertanding di kompetisi,” terang Seifert seperti dilansir Guardian pada 29 Maret lalu.
DFL pun menjalankan perannya dengan sangat baik. Terus memantau akademi klub sambil melakukan road show ke berbagai daerah, klub maupun sekolah untuk melakukan sosialisasi sembari mencari bibit-bibit bagus. Mereka juga membentuk unit pembinaan. Kapasitas pelatih pun diperhatikan dengan cara memberi coaching clinic tentang program latihan yang tepat.
“Wilayah kami adalah klub tunggal di Jerman. Setiap pemain professional memulai karirnya di klub kecil. Di sanalah dasar-dasar sepakbola diterapkan,” terang anggota DFB Christine Lehmann seperti dilansir Reuters.
Borussia Dortmund pernah kena semprot karena memiliki akademi yang tidak layak pada 2000 silam. Mereka akhirnya dipaksa membangun akademi baru.
Hasil dari semua perbaikan itu memang sesuai ekspektasi. Prestasi sepakbola Jerman sangat stabil. Pada Piala Dunia 2002, mereka menjadi runner up. Sementara pada Piala Dunia 2006 dan 2010 Jerman duduk di urutan ketiga. Di Piala Eropa 2008 mereka menjadi runner up. Empat tahun berselang, di Piala Eropa 2012, mereka juga melaju ke semifinal.
Para pemain muda pun bermunculan. Pada Piala Dunia 2010, sebanyak 19 pemain berasal dari kompetisi teratas. Sementara, empat sisanya berasal dari Divisi Dua.
“Dari 525 pemain yang ada di Bundesliga pada musim 2010/2011, sebanyak 275 di antaranya ditempa dari akademi junior,” kata Direktur Olahraga DFL Eckart Gutschmidt.
Bierhoff yang satu dekade silam merasakan kegetiran kini mulai tersenyum riang. “Ini merupakan buah dari perbaikan total yang kami lakukan sepuluh tahun silam. Kini kami tinggal memetik hasilnya,” tegas Bierhoff kepada Bild. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jatuh Bangun Tim BPPT Mewujudkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)
Redaktur : Tim Redaksi