jpnn.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pengelolaan sarana dan prasarana di Taman Ismail Marzuki (TIM) oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni Jakarta Propertindo (Jakpro) agar memiliki kelenturan penganggaran.
Hal itu, kata mantan Menteri Pendidikan tersebut, karena karya seni dan kegiatan seni itu sangat sulit sekali untuk dikelola dengan pendekatan birokratik seperti harus mengikuti prosedur operasional standar (SOP) yang tetap yakni prosedur pengadaan.
BACA JUGA: Seniman TIM Masih Menolak Revitalisasi ala Gubernur Anies
"Di pemerintahan itu, beli mik saja harus ikuti prosedur pengadaan, ada satuan umumnya. Seni yang penuh kreativitas dan inovasi kan tidak bisa seperti itu. Karenanya kami tugaskan ini pada format badan usaha supaya punya kelenturan fleksibilitas tapi tetap akuntabel karena BUMD juga akan diperiksa oleh badan pemeriksa," kata Anies di Kompleks DPR RI, Jakarta, Kamis.
TIM sendiri, kata Anies, saat ini sedang dalam tahap revitalisasi dengan tujuan jadi tempat panggung seni budaya bagi seniman dan budayawan Indonesia di gelanggang dunia. "Rancangannya, termasuk fasilitasnya setara dengan pusat budaya dan kesenian terbaik dunia. Kami ingin agar karya anak bangsa bisa mendunia," kata Anies.
BACA JUGA: Revitalisasi Ditolak, Anies Sebut Kekhawatiran Seniman TIM Imajiner
Anies pun berjanji bahwa TIM tidak akan menjadi kawasan komersial, meski pengelola sarananya merupakan BUMD.
"Pemerintah itu miliki dua tangan dalam melayani masyarakat, kalau pusat itu ada kementerian, badan, lembaga sebagai tangan pertama dan BUMN sebagai tangan kedua. Pun demikian di daerah yakni SKPD dan BUMD, keduanya bukan untuk mencari keuntungan tapi memainkan peran pembangunan. Beda dengan swasta maka harus cari keuntungan," ucapnya.
BACA JUGA: Tim Jakarta Bergerak Ajak Korban Banjir Gugat Anies Baswedan
Meski ada hotel atau tempat menginap, Anies tetap menekankan itu bukanlah untuk tujuan komersialisasi. Dia beralasan, hotel tersebut dimaksudkan sebagai fasilitas untuk para seniman menginap.
"Dalam menggelar kegiatan di Jakarta, tentu para seniman perlu tempat menginap, tinggal pilihannya mau di dalam TIM atau di luar, kami lihat ini sebagai ekosistem sehingga seniman bisa berinteraksi terus 24 jam. Itu sebabnya kita buat wisma seni untuk seniman. Nanti mereka tinggal di situ, berinteraksi lengkap," katanya.
Sebelumnya, puluhan seniman dari Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki mendatangi Gedung DPR RI, untuk menyampaikan aspirasinya menolak komersialisasi TIM oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Senin (17/2) kepada Komisi X DPR RI karena sebelumnya ada rencana pembangunan hotel.
Salah satu seniman TIM Radhar Panca Dahana mengatakan, sekitar 40 orang seniman TIM hadir bertemu dengan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi untuk menggelar rapat dengar pendapat.
"Kabar #saveTIM, (16/2). Akhirnya, Forum Seniman Peduli TIM, diterima oleh Komisi X DPR-RI, Dede Yusuf, dkk yang membidangi urusan kebudayaan. Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara para seniman dengan para wakil rakyat itu dijadwalkan berlangsung mulai pukul 11.00 s.d. 13.00," kata Radhar melalui keterangan tertulisnya, Senin (17/2). (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil