Bangun Negeri, Harus Tuntas soal Kepentingan Pribadi

Minggu, 24 Juni 2012 – 01:47 WIB

JAKARTA - Cendekiawan muda Anies Baswedan mengatakan bahwa generasi saat ini menanggung hutang para pendiri bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Karenanya, generasi saat ini harus selalu bersikap optimis demi mewujudkan cita-cita pendiri bangsa.

Hal itu disampaikan Anies saat berorasi pada acara Malam Kebudayaan dan Pentas Seni dalam rangka Perayaan Bulan Bung Karno di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6) malam. Rektor Universitas Paramadina mengatakan, Bung Karno dan Bung Hatta saat memproklamirkan kemerdekaan dihadapkan pada kondisi sulit karena tingkat kemiskinan tinggi dan pendidikan rakyat pun masih minim. Namun menurut Anies, kedua pendiri bangsa itu tetap bersikap optimis.

Meski demikian Anies juga menegaskan, ada syarat penting dalam mewujudkan kesejahteaan rakyat, yakni sifat pengabdian dan integritas pribadi. "Mereka (pendiri bangsa) adalah pemimpin berintegritas dan selesai dengan kepentingan dirinya," tuturnya.

Hadir dalam acara itu ribuan simpatisan PDI Perjuangan ataupun warga masyarakat pengagum Bung Karno. Selain itu beberapa tokoh seperti ketua Taruna Merah Putih Maruarar Sirait, calon gubernur DKI Joko Widodo, Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat (NasDem) Hary Tanoesudibjo dan ketua GP Anshor Nusron Wahid juga hadir dan menyampaikan orasinya.

Sayangnya, kata Anies, saat ini cara berpikir kolonial justru lebih menonjol. Akibatnya, orientasi pada pengembangan potensi sumber daya alam justru lebih mengemuka ketimbang pembangunan manusianya.

"Kita lebih tahu kekayaan alam ketimbang jumlah masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan dan kemiskinan. Itu harus dihentikan," ulasnya.

Sedangkan Nusron Wahid saat menyampaikan orasi budaya dalam acara itu menyatakan, lima sila Pancasila yang dirumuskan Bung Karno jika disarikan akan mengerucut pada tiga hal. Yaitu Ketuhanan yang berkemanusiaan, Persatuan Indonesia, serta demokrasi yang berkeadilan.

Sayangnya, kata Nusron, saat ini ada pihak yang berupaya memonopoli tafsir tentang Ketuhanan. "Hingga yang tak sepaham pun dianggap tak berhak hidup di negeri ini," ucapnya.

Dipaparkannya pula, dari sisi demokrasi yang berkeadilan ternyata masih ada ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin. Politisi muda Golkar itu menyebutkan, saat ini terdapat 79 juta warga yang hidup miskin dan hampir miskin. Mayoritas dari warga yang hidup miskin, sebut Nusron, berusia di bawah 45 tahun.

"Artinya yang miskin itu ternyata kelompok usia produktif. Ini bukan peluang tetapi menjadi ancaman," ulasnya.

Sementara Joko Widodo dalam orasinya mengaku banyak mendapat inspirasi dari ideologi Soekarno untuk diimplementasikan saat mengambil keputusan sebagai Wali Kota Solo. Pria yang akrab disapa dengan panggilan Jokowi itu mencontohkan upayanya mempertahankan pasar tradisional dan mempopulerkan mobil Esemka buatan siswa-siswa SMK.

Menurutnya, menggalakkan dan memperkuat industri di dalam negeri adalah upaya untuk mewujudkan Indonesia agar berdikari secara ekonomi. "Sampai sekarang Indonesia belum punya brand dan prinsipal mobil sendiri, artinya kita belum berdikari ekonomi seperti yang diajarkan Bung Karno," ucapnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Galang Koin untuk Gedung Baru KPK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler