Bangun Stasiun Sukaresmi, PT KAI Kucurkan Rp130 Miliar

Senin, 13 Mei 2013 – 07:15 WIB
BOGOR – Setelah lama hanya dijadikan wacana, pembangunan Stasiun Sukaresmi akhirnya jadi kenyataan. Bulan ini pembangunannya akan dimulai. Itu setelah PT KAI dan Pemkot Bogor menken perjanjian kerja sama pembangunan Stasiun Sukaresmi, di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanahsareal.

“Selasa (14/5) kami akan melakukan rapat teknis di Bandung. Semuanya akan dibicarakan, bagaimana memulai pembangunan. Tapi bulan ini pembangunan akan berjalan,” kata Kepala Dinas Lalu Lintas Angkutan dan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Suharto kepada Radar Bogor (Grup JPNN), kemarin.

Menurut dia, pembangunannya sudah dibagi-bagi, mana yang menjadi tanggung jawab PT KAI dan untuk Pemkot Bogor. PT KAI, jelas untuk pembangunan peron, stabling hingga pembebasan lahan yang belum sepenuhnya dilakukan.

Sedangkan pemkot, mengurus mengenai perizinan, baik site plan jalan, tanah, underpass, Amdal lalin dan fase terintegrasi moda. “Semua sudah ada bagian-bagiannya, tinggal berjalan beriringan agar pertemuan dari pembangunan bisa sesuai dengan apa yang diinginkan,” ujarnya.

Suharto menjelaskan, lahan seluruhnya yang harus dibebaskan seluas 4,3 hektare. Pemkot sudah membebaskan lahan seluas 1,4 hektare, sisanya menjadi tanggung jawab PT KAI.

Pemkot Bogor, kata dia, sedang merumuskan tahap awal pembangunan stasiun tersebut. Rumusan itu untuk menentukan proyek mana yang akan dibangun terlebih dahulu. “Sekarang sedang dirumuskan, apakah yang akan dibangun parkiran, jalan atau underpass,” terangnya.

Dia mengatakan, stasiun ini bertujuan mengurangi penumpukan penumpang di Stasiun Bogor yang kerap terjadi. Namun, dengan adanya stasiun ini, diharapkan bisa mengurangi beban tersebut, karena berdampak kepada kepadatan arus lalu lintas di pusat kota.

Sementara itu, Humas PT KAIDalops I Sukendar Mulya menambahkan, untuk progres pembangunan Stasiun Sukaresmi terus dilakukan. Artinya, proses menuju kenyataan segera terwujud. “Ya mudah-mudahan dalam waktu dekat dan tidak terlalu lama bisa dilaksanakan, karena semua menginginkan secepatnya,” kata Sukendar.

Terpisah, EVP Aset PT KAI Septa T Ramadin menambahkan, PT KAI menyediakan anggaran sebesar Rp130 miliar.

Sementara itu, 4.000 penumpang memilih Commuter Line. KRL ekonomi secara bertahap, ternyata, berimbas pada peningkatan jumlah penumpang Commuter Line (CL) di Stasiun Bogor.

Itu terlihat dari jumlah penumpang yang menunggu di peron pemberangkatan CL, lebih banyak dibandingkan penumpang di peron 7 yang akan naik kereta ekonomi.

Kepadatan calon penumpang kereta ekonomi tidak terlihat di jalur 6 dan 7 untuk menunggu KRL ekonomi pertama pukul 08:41 yang sudah dibatalkan.

Pada pukul 08:00 hanya terlihat 7-10 calon penumpang di peron 7, yang menunggu kereta ekonomi pertama yang baru akan diberangkatkan pukul 09:10.

Sementara sisanya, sebagian besar memilih naik KRL CL yang sudah siap di jalur 2, 3 dan 4. Peralihan penumpang KRL ekonomi ke KRL CL terlihat cukup signifikan di setiap gerbongnya, baik untuk tujuan Bogor-Jakarta Kota maupun Bogor-Tanah Abang.

“Sementara ini tetap naik kereta ekonomi, sampai ada pemberlakuan secara keseluruhan, jadi mau tidak mau harus nunggu," ujar Rusmin (35), salah satu penumpang kereta ekonomi.

Sementara itu, Nila Sari (26), karyawan swata asal Ciomas, mengaku terpaksa beralih ke KRL CL, meski harus merogoh kocek Rp9.000.

"Biasanya saya naik KRL ekonomi saat pergi kerja. Karena jam 08:43 sudah dibatalkan, terpaksa naik CL. Kalau tidak saya terlambat sampai kantor," ungkap wanita yang bekerja di Pasar Minggu ini.

Terpisah, Kepala Stasiun Bogor Iwan Rianto mengatakan bahwa ada peralihan pengguna jasa kereta ekonomi ke kereta CL setiap harinya. "Bila dihitung setidaknya ada sekitar 4.000 penumpang yang beralih ke commuter line,” jelasnya.

Iwan menuturkan, untuk menggantikan jadwal kereta ekonomi yang ditarik, Stasiun Bogor menambah lima jadwal KRL CL.

Menjelang penghapusan rangkaian kereta ekonomi awal Juni nanti, pengamanan di setiap stasiun akan ditingkatkan. Hal tersebut dalam upaya pencegahan terjadinya penolakan dari pengguna jasa kereta ekonomi.

Asisten Operasional Polri, Inspektur Jenderal Badrodin Haiti mengatakan personel kepolisian akan disiapkan di setiap stasiun yang berpotensi konflik.

“Untuk area Jabotabek kami siapkan sekitar 100 personel, sehingga tidak ada nantinya gejolak sosial,” katanya, kemarin.

Dia juga mengatakan bahwa nantinya dalam pengamanan akan dibantu oleh unsur keamanan lain, seperti Brimob, Marinir dan pengamanan dari PT KAI (Polsuska).

Stasiun Bogor sendiri telah menarik satu rangkaian kereta ekonomi mulai Selasa (7/5) kemarin. Sehingga, dari jumlah semula 7 rangkaian kereta, dengan jumlah 21 perjalanan, saat ini hanya ada 6 rangkaian kereta dengan 19 perjalanan.(bac/c)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjualan Semen Gresik di Jabotabek Meningkat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler