Banjir Lahar Ancam Sejumlah Sungai

Senin, 30 Agustus 2010 – 08:45 WIB

MEDAN -- Letusan Gunung Sinabung di Kecamatan Naman Terang, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (29/8) dini hari, ternyata mempunyai efek lain, di samping hujan debu vulkanik yang bisa menimbulkan Inspeksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa). 
 
"Ada efek sekunder dari letusan Gunung Sinabung ini, yaitu banjir lahar yang sewaktu-waktu bisa muncul pada sejumlah sungai yang mempunyai hulu dari kawasan tersebut," ucap Kepala Tim Vulkanologi asal Bandung, Surono dari lokasi kejadian, Minggu sore. 
 
Menurut Surono, kemungkinan munculnya ancaman banjir lahar pada sejumlah sungai yang memiliki hulu ke Gunung Sinabung, semakin menguat di saat curah hujan tinggi seperti saat ini
 
Banjir lahar pada sungai tidak akan memunculkan ancaman yang cukup serius, apabila DAS (daerah aliran sungai) tersebut tidak dihuni manusia

BACA JUGA: Asap Sinabung Ganggu Penerbangan

"Jadi, yang perlu waspada bukan sungainya, melainkan orang yang tinggal di DAS," ungkap Surono

 
Hal senada dibenarkan Kepala Dinas Energi dan Pertambangan Sumut, Untungta Kaban

BACA JUGA: Pengungsi Mulai Diserang ISPA dan Diare

Dijelaskannya, aktivitas Gunung Sinabung yang semakin aktif, dan bahkan sudah memuntahkan lahar panas,  perlu disikapi lebih ekstra hati-hati

 
"Apapun makluk hidup yang berada dalam radius 6 km dari puncak/kawah gunung, harus disterilkan atau dievakuasi

BACA JUGA: Pengungsi Mengamuk, Bupati Panik

Dan hal ini sudah dilakukan kepada seluruh warga dari 12 desa di empat kecamatan," kata Kaban.  
 
Di samping itu, lanjut Kaban, hasil mufakat antara Tim Vulkanologi Bandung, Pemkab Karo, Satloklak PBB Sumut, Satlak  Karo, dinas kesehatan, dan pihak lainya,  juga dianjurkan kepada warga untuk memakai masker, apabila hujan debu semakin tebal"Tak hanya itu, sumber-sumber air bersih, baik di luar maupun di dalam rumah, agar ditutup, sehingga terhindar dari debu vulkanik," katanya. 

Sementara, penelitian oleh tim vulkanologi dari Bandung, Jawa Barat untuk mengetahui tipe aktivitas vulkanik Gunung Sinabung, Sumatera Utara, masih belum membuahkan hasilTim yang bekerja sejak Sabtu (28/9) sampai Minggu (29/8) sore di lokasi letusan, belum juga bisa memutuskan tipe apa Gunung Sinabung tersebut
 
"Tim Vulkanologi dari Bandung yang dipimpin Surono masih belum bisa memutuskan tipe apa Gunung Sinabung tersebut," ucap Kepala Dinas Energi dan Pertambangan Sumut, Untungta KabanDijelaskan Kaban, tim yang dipimpin Surono hanya bisa menyimpulkan bahwa terkait aktivitas membahayakan dari Gunung Sinabung, maka warga dianjurkan untuk mengikuti arahan yang dikeluarkan Pemkab Karo, Satlak Karo, dan Satkorlak Sumut
 
"Arahan dari Tim Vulkanologi, Bandung belum adaHal ini terjadi akibat aktivitas dan sifat letusan Gunung Sinabung belum bisa diketahui," jelas Kaban
Gunung Sinabung yang berada pada ketinggian 2.415 meter di atas permukaan laut (mdpl), diketahui meletus terakhir kali sekitar tahun 1600, atau 400 tahun yang lalu
 
Sejak saat itu, gunung ini tak pernah menampakkan gejala akan aktif, kecuali pada Jumat (27/8) malam sekitar pukul 18.00, dan mencapai puncaknya pada Minggu (29/8) dini hari pukul 00.10.  Letusan Gunung Sinabung di tengah malam saat itu terdengar hingga radius 10 kilometerBahkan debu vulkaniknya sampai ke angkasa Kota Medan yang jaraknya sekitar 150 kilometer dari lokasi letusan

Sebelumnya  Gunung Sinabung disebut merupakan gunung api tipe B yang dikategorikan tidak berbahaya, setelah sejak tahun 1.600 tak pernah aktif.  Begitu pun, gunung ini kerap mengepulkan asap dari dalam kawahnya (fumaro) bercampur bau belerang (manifestasi sulfatara)
 
Di Sumut, selain Gunung Sinabung yang terletak sekitar 30 km dari Kota Berastagi itu, ada lagi Gunung Sorik Marapi dengan tipe A, Gunung Sibayak tipe B, dan Gunung Pusuk Buhit tipe C"Dari empat gunung api di Sumut, semula hanya Gunung Sorik Merapi yang perlu dipantau secara terus menerusNamun, setelah letusan kemarin, Gunung Sinabung juga perlu diwaspadaim," katanya(ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sinabung Meletus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler