jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi, Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank Bengkulu Ikhwanul Okti beserta Komisaris Utama Independen Bank Bengkulu Ridwan Nurazi telah menandatangani Nota Kesepahaman untuk bersinergi dalam rangka pengembangan usaha kedua belah pihak.
Sinergi yang akan dilakukan tidak terbatas pada penggunaan infrastruktur bersama khususnya teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, likuiditas, pembiayaan bahkan permodalan mengingat Bank Bengkulu saat ini berada pada kelompok KBMI 1 dengan modal inti sebesar Rp 1 trilliun per September 2021.
BACA JUGA: BJB Gandeng ACT Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Semeru
Penandatanganan tersebut merupakan bentuk impelentasi dari pengelompokan perusahaan perbankan dari sebelumnnya Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) menjadi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI.
Pengelompokan ini berlaku untuk seluruh bank umum, Kantor Cabang Bank Luar Negeri (KCBLN) serta bank umum syariah.
BACA JUGA: Peringati Hakordia 2021, Bank BJB Berkomitmen Berantas Korupsi
Perubahan kategorisasi tersebut diatur dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 /POJK.03/2021 tentang Bank Umum yang dirilis pada Agustus 2021 lalu dan sebelumnya telah disahkan pada 30 Juli 2021.
Meski terdapat perubahan, OJK menjamin bahwa kategorisasi yang baru tidak akan membebani perbankan dalam menjalankan usahanya, bahkan membuka peluang bagi perbankan untuk saling berbagi infrastruktur untuk menciptakan perbankan yang lebih kuat dan efisien.
BACA JUGA: Sukses Mendominasi ISSOM 2021, RANZ Motorsport Dapat Dukungan Bank BJB
"Adanya POJK 12 ini dapat mempermudah perbankan dalam mengembangkan bisnisnya, baik untuk melakukan transformasi dan akselerasi digitalisasi maupun sinergi perbankan yang dapat meningkatkan efisiensi bagi operasional perbankan," beber Yuddy.
Kedua bank ini tersebut diketahui memiliki kinerja yang baik.
Bank bjb hingga September 2021 memiliki total aset hampir Rp 160 trilliun, laba bersih sebesar Rp 1,4 trilliun dan tingkat NPL 1,3 persen.
Bank Bengkulu memiliki total aset sebesar Rp 8,6 trilliun, laba bersih sebesar Rp 73 milliar dan tingkat NPL 0,88 persen.
Sinergi kedua bank itu akan memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah pihak BPD tersebut.
Bank bjb sangat terbuka untuk kolaborasi, tidak terbatas pada Bank Bengkulu.
"Tidak menutup kemungkinan bank bjb akan bersinergi dengan BPD yang lainnya juga dalam waktu dekat, tentunya sinergi yang dilakukan haruslah memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah pihak, jadi dalam kerangka pengembangan bisnis bersama," jelas Yuddy.
Bank bjb merupakan BPD terbesar di Indonesia dengan infrastruktur yang bisa dimanfatkan oleh BPD bersam-sama.
Yuddy mencontohkan untuk infrastruktur IT saat ini bank bjb sudah memiliki produk produk digital seperti DIGI dan DigiCash bank bjb, (QRIS), bjb e-Tax, Social Fund Transfer untuk penyaluran dana Bantuan, Cash Management System, dan Loan Onboarding untuk pengajuan kredit melalui aplikasi.
Lalu bjb University yang merupakan Corporate University bank bjb pun dapat dipergunakan untuk pengembangan SDM bersama.
"BPD yang bersinergi tentunya dapat memanfaatkan hal-hal tersebut secara bersama-sama untuk efisiensi," kata dia.
Yuddy mengatakan dengan sinergi tersebut kemampuan pembiayaan akan meningkat, karena bank bjb memiliki modal yang jauh lebih besar dan mampu menyerap kebutuhan kredit dengan nilai yang lebih besar.
"Misalkan, untuk pembangunan infrastruktur daerah maupun project strategis yang ada di wilayah Bengkulu, sehingga dapat dilakukan pembiayaan bersama. Tidak perlu kepada perbankan lain, hal ini sejalan dengan penguatan peran BPD sebagai agen pembangunan daerah," jelas Yuddy. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia