Bank Dunia Biangnya Krisis

Rabu, 15 Oktober 2008 – 14:28 WIB
JAKARTA-Utang dari Bank Dunia untuk membiayai industri ekstraktif seperti batu bara , minyak dan gas merupakan faktor utama penyebab krisis finansial yang melanda dunia saat iniHal tersebut dinyatakan oleh Koalisi Anti Utang dalam siaran persnya yang diterima JPNN.

Juru bicara KAU Yuyun Harmono mengatakan, Bank dunia adalah pemberi utang terbesar untuk industri ekstraktif

BACA JUGA: Pemerintah Selamatkan Bakrie

Menurut catatan KAU sejak tahun 1992 lebih dari 133 paket utang dengan total mencapai US$28 Milyar
Selama 3 dekade Institusi

‘’Keuangan Internasional menjadikan utang sebagai alat untuk mengintervensi kebijakan negara selatan termasuk Indonesia yang mendorong liberalisasi keuangan, ekstraksi kekayaan alam dan konsentarasi kekayaan pada segelintir orang serta penghisapan ekonomi negara selatan oleh negara utara dan perusahaan transnasional

BACA JUGA: APBN 2009, Dolar AS Dipatok Rp 9400

Hal tersebut telah mendorong pola pembangunan neoliberal yang menyebabkan terjadinya krisis finansial dan pangan,’’katanya.

Extractive Industries Review (EIR), yang merupakan komisi evaluasi independen dari aktivitas-aktivitas Bank Dunia di sektor ekstraktif, merekomendasikan bahwa Bank Dunia harus segera menghentikan utang untuk program-program batubara dan keluar dari proyek-proyek utang untuk minyak pada tahun 2008
Akan tetapi, justru utang Bank Dunia untuk proyek-proyek minyak meningkat hingga 93% dari US$450 Juta ke US$869 Juta dari tahun keuangan 2005 ke 2006.

Sedangkan pada tahun 2008 utang Bank Dunia untuk minyak dan gas naik sebesar 97% dari tahun 2007, dengan total sebesar $3 Milyar

BACA JUGA: Realisasi Buyback Baru Capai Rp 8 Miliar

Untuk pembiayaan batu bara saja jumlah utang tersebut naik 256% dari tahun 2007di Indonesia, utang Bank Dunia lewat IFC untuk PTAdaro Energy Tbk sebesar $25 Juta mendorong penggunaan batu bara sebagai sumber energi yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

Dengan track record seperti itu Skema utang baru Bank Dunia untuk perubahan Iklim (climate investment fund) yang mencapai US$ 5 Milyar tidak lebih dari upaya untuk memanfaatkan krisis iklim demi keuntungan Bank Dunia.

Oleh karena itu dalam rangkaian Pekan Aksi Global Melawan Utang dan Lembaga Keuangan International (Global Week of Action Against Debt and IFIs) pada tanggal 13-18 Oktober 2008 yang dilaksanakan serentak diseluruh dunia, mendesak pengahapusan utang yang tidak sah (illegitimate debt) Bank Dunia yang menyebabkan terjadinya krisis Iklim dan menolak skema utang baru Bank Dunia untuk perubahan iklim (Climate insvestment fund). (wid)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjualan Avanza Tembus 270 Ribu Unit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler