jpnn.com - Bank Dunia menyatakan pihaknya prihatin dengan situasi terkini di Myanmar dan pengambilalihan kekuasaan oleh militer, serta memperingatkan bahwa kejadian itu dapat membuat kemunduran besar dalam transisi dan prospek pembangunan negara itu.
"Kami menaruh perhatian pada keselamatan dan keamanan rakyat Myanmar, termasuk staf dan rekan kami, serta merasa terganggu dengan pemutusan kanal komunikasi, baik di dalam Myanmar sendiri maupun dengan dunia luar," kata Bank Dunia, dalam sebuah pernyataan, Senin (1/2) malam.
BACA JUGA: Pernyataan Joe Biden Ini Ditujukan kepada Indonesia, Tiongkok dan Tetangga Myanmar Lainnya
Angkatan Darat Myanmar, Senin pagi waktu setempat, mengambil alih kekuasaan dan menyerahkannya kepada Jenderal Senior Min Aung Hlaing, serta memberlakukan status darurat selama satu tahun.
Pihak militer juga menahan para tokoh pemerintahan, dan menyebut aksi kudeta ini sebagai respons atas kecurangan pemilu yang digelar tahun lalu.
BACA JUGA: Sikap Joe Biden Sangat Tegas, Militer Myanmar Bakal Punya Masalah Besar
Bank Dunia mengatakan lembaganya telah menjadi mitra yang berkomitmen dalam mendukung proses transformasi Myanmar menjadi negara demokratis selama satu dekade terakhir, juga mendorong upaya negara itu untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan inklusi sosial.
"Kami tetap berkomitmen terhadap tujuan-tujuan tersebut. Kami selalu mendukung rakyat Myanmar," kata Bank Dunia.
BACA JUGA: Militer Myanmar Layak Dapat Sanksi dari DK PBB
Berdasarkan data Bank Dunia pada situs resminya, lembaga itu menyiapkan pinjaman sebesar USD 900 juta (Rp 12,6 triliun) untuk Myanmar pada 2020, dan USD 616 juta (Rp 8,6 triliun) pada 2017.
Bank Dunia menyebut telah ada kemajuan pada kesejahteraan sosial d Myanmar sejak reformasi pada 2011, dengan angka kemiskinan turun dari 48% pada 2005 menjadi 25 persen pada 2017.
Momen reformasi di Myanmar, menurut pandangan Bank Dunia, melambat setelah 2016, seiring dengan gagalnya pemerintahan sipil yang terpilih ketika itu mewujudkan visi ekonomi.
Namun Bank Dunia juga menyebut pemerintah Myanmar baru-baru ini mengadopsi rencana pembangunan berkelanjutan yang ambisius dan memperbaharui agenda reformasi ekonomi.
Menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Myanmar diperkirakan terjun bebas dari 6,8 persen di tahun sebelumnya menjadi hanya 0,5 persen saja. Masih menurut Bank Dunia, ekonomi bisa kontraksi sebesar 2,5 persen jika pandemi COVID-19 terus terjadi berkepanjangan. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil