Bank Enggan Cairkan Kredit, Industri Kertas Anjlok

Rabu, 03 Agustus 2016 – 10:51 WIB
Ilustrasi. Foto: Jawa Pos

jpnn.com - SURABAYA – Industri kertas di Jawa Timur mengalami penurunan hingga 8,79 persen pada semester pertama. Hal tersebut merupakan imbas lesunya permintaan kertas.

Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Jawa Timur Misbahul Huda mengakui bahwa pasar kertas di Jatim hingga akhir tahun diprediksi stagnan.

BACA JUGA: Telkom Makin Agresif Bangun Kampung UKM Digital

’’Kami bergantung pada usaha fotokopi, percetakan buku, dan media. Media sulit menjadi andalan. Sebab, rata-rata media cetak di Jatim memiliki pabrik kertas maupun percetakan sendiri,’’ katanya kemarin (2/8).

Penurunan kinerja pada semester pertama disebabkan moratorium penerapan Kurikulum 2013 (K-13). Karena itu, Huda menyambut pemberlakuan kembali K-13. ’’Setidaknya, hal itu bisa menahan laju penurunan permintaan kertas. Saat ini beberapa pabrik berproduksi,’’ ungkapnya.

BACA JUGA: Industri Logam Lesu, Pengusaha Terancam Gulung Tikar

Permintaan kertas terbagi menjadi dua jenis, yakni kertas cokelat untuk kemasan dan packaging serta kertas putih untuk fotokopi dan percetakan. Sekitar 65 persen permintaan pasar merupakan kertas putih.

Namun, tren industri kertas kini mulai bergeser ke kertas untuk kemasan makanan lebih spesifik seperti kertas minyak cokelat dan kertas tisu.

BACA JUGA: Harga Masih Tinggi, Emas Terus Diburu

Menurut dia, permintaan kertas minyak dan kertas tisu meningkat 10–20 persen tahun ini. Industri kertas mendiversifikasi produk untuk menyiasati lesunya permintaan dari sektor buku dan media cetak.

Meski moratorium K-13 sudah dicabut, Huda menilai masih banyak pabrik kertas yang sulit untuk memulai berproduksi. Salah satunya, industri kekurangan modal. Sebab, perbankan enggan mencairkan kredit.

’’Bank enggan meminjami modal. Sebab, dulu banyak utang yang tidak terbayar saat ada moratorium K-13,’’ terangnya.

Penurunan tarif listrik Rp 2 per kWh–Rp 3 per kWh dinilai tidak berpengaruh terhadap industri kertas. Alasannya, mayoritas industri kertas di Jatim memiliki power plant. Listrik krusial bagi industri kertas. Sebab, biayanya mencapai 18–20 persen dari harga pokok produksi. (vir/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terminal 3 Diharapkan Bisa Bersaing dengan Bandara Berkelas Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler