jpnn.com - SURABAYA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) hingga kini belum menyalurkan kredit ke pabrik gula.
Namun, bank menyalurkan kredit kepada petani tebu binaan pabrik gula.
BACA JUGA: Lion Air Group Bakal Buka Rute Baru
Direktur Utama Bank Jatim R Soeroso menuturkan, pihaknya masih melihat tindakan yang akan diambil Pemprov Jatim dalam menyikapi isu penutupan pabrik gula.
Selain itu, perlu diteliti penyebab penutupan pabrik gula. Lahan pertanian tebu makin sempit karena alih fungsi atau ada faktor lain.
BACA JUGA: Asyiik! Koneksi WiFi di Terminal 3 Salah Satu yang Tercepat di Dunia
’’Pak Gubernur (Soekarwo, Red) memikirkan rakyatnya agar jangan sampai menganggur. Petani juga (ingin) rendemennya tidak turun. Kami sebagai bank milik pemerintah daerah dan agent of development pasti mendukung program itu, tapi harus memperhatikan prinsip perbankan, yakni prudent, bankable dan feasible,’’ jelasnya.
Sebelumnya, muncul kabar rencana penutupan pabrik gula pada 2017. Pabrik yang dikabarkan akan ditutup, antara lain, Pabrik Gula (PG) Rejosari, Kanigoro, dan Purwodadi di Madiun.
BACA JUGA: Harga Ayam di Tingkat Peternak Jeblok
Selain itu, PG Toelangan dan Watoetoelis di Sidorajo dikabarkan bakal ditutup. Pabrik lain yang menjadi sasaran adalah Pabrik Gula Meritjan di Kediri, PG Gondang Baru di Klaten, serta PG Pandji, Olean, dan Wringinanom di Situbondo.
Soeroso menyebutkan, penyaluran kredit bagi petani tebu hingga akhir September lalu sekitar Rp 50 miliar dengan bunga sepuluh persen per tahun.
Kredit itu cukup berkontribusi pada penyaluran kredit Bank Jatim yang memang bertumpu pada kredit mikro.
Kredit yang disalurkan kepada petani tebu tersebut adalah hasil kerja sama bank berkode saham BJTM itu dengan pabrik gula milik BUMN.
Daerah yang dituju untuk penyaluran kredit tersebut, antara lain, Kediri, Magetan, Tulungagung, Nganjuk, Sidoarjo, dan Mojokerto.
Hingga September 2016, pertumbuhan penyaluran kredit Bank Jatim sebesar 1,33 persen atau mencapai Rp 29,62 triliun.
Bank Jatim menargetkan angka itu terus tumbuh hingga mencapai Rp 31 triliun pada akhir tahun. Soeroso mengungkapkan, demand kredit sepanjang tahun berjalan sempat turun 5–10 persen. (rin/vir/c14/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Singapura Masih Andalkan Pelancong Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi