Singapura Masih Andalkan Pelancong Indonesia

Senin, 17 Oktober 2016 – 09:37 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - SINGAPURA – Industri perhotelan Singapura kembali menggenjot pasar wisatawan mancanegara.

Setelah tahun lalu dirundung masalah perlambatan ekonomi dan depresiasi nilai tukar, pariwisata negara tersebut mulai optimistis.

BACA JUGA: Dua Tahun Jokowi-JK, Simak Angka-angka Ini

Tentu saja Indonesia merupakan salah satu market yang dinilai prospektif.

”Tamu dari Indonesia yang datang ke hotel termasuk dalam lima besar yang berkontribusi,” kata General Manager Ibis Styles Singapore on MacPherson Shamila Rolfe kemarin (16/10).

BACA JUGA: Harga Ayam Turun Tajam

Dia mengatakan, tahun lalu efek yang paling memengaruhi minat orang Indonesia untuk pergi ke Singapura adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura (SGD).

Singapore Tourism Board (STB) mencatat, tahun lalu warga Indonesia yang berkunjung ke Singapura mencapai 2,7 juta orang atau turun sepuluh persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Daftar Mobil Daihatsu yang Paling Laris

Di sisi lain, kunjungan wisman dari Tiongkok, Taiwan, Korea Selatan, dan India justru meningkat. Namun, kunjungan wisman dari negara-negara tersebut tak cukup mampu mendongkrak tingkat pembelanjaan.

Buktinya, nilai pembelanjaan wisman malah turun 6,8 persen.

 ”Kami tahu, orang Indonesia sebenarnya tidak suka hotel yang mewah. Mereka lebih memilih hotel yang lebih murah untuk menghemat uangnya supaya bisa belanja di Singapura,” ungkap Shamila.

STB tahun ini memprediksi penerimaan dari sektor pariwisata tumbuh stagnan atau paling bagus dua persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Yakni, SGD 22 miliar hingga SGD 24 miliar.

Shamila menuturkan, tahun lalu okupansi hotel di Singapura yang rata-rata bisa mencapai 90 persen turun menjadi 80 persen. Hotel Ibis Styles Singapore on MacPherson baru dibuka pada April 2016.

Pada bulan pertama pembukaan, okupansi tercatat sebesar 50 persen. Hingga September, tingkat keterisiannya naik perlahan hingga bisa di atas 60 persen.

”Tahun ini target kami 80 persen. Sebenarnya angka 90 persen saja sudah termasuk rendah untuk ukuran okupansi di Singapura. Tapi, dua tahun belakangan kan ada perubahan karena masalah ekonomi global,” lanjut dia. (sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Transaksi Perdagangan Antarpulau Tembus Rp 804 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler