jpnn.com, JEMBRANA - Korban banjir bandang Sungai Biluk Poh, perbatasan Desa Penyaringan dan Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali belum mendapat bantuan dari pemerintah. Padahal, setelah kejadian sudah dilakukan pendataan korban dan kerusakan bangunan untuk mendapat bantuan perbaikan.
Namun hingga saat ini belum ada bantuan sehingga warga memperbaiki dengan biaya pribadi. Setelah lima bulan pasca-banjir bandang yang terjadi 22 Desember 2018, sejumlah kerusakan infrastruktur mulai diperbaiki.
BACA JUGA: Dua Sahabat itu Tenggelam Terbawa Arus Banjir
BACA JUGA: Berita Duka, Gede Artana Meninggal Dunia
Bangunan rumah, dapur dan tempat ibadah sebagian sudah mulai diperbaiki. Beberapa bangunan bekas terjangan banjir juga masih ada yang tidak diperbaiki karena warga tidak ada biaya perbaikan.
BACA JUGA: Penebangan Liar Penyebab Banjir Bandang di Sulteng
Bantuan perbaikan bangunan tersebut diharapkan warga korban bencana karena sejak banjir bandang melanda, perekonomian warga merosot. Usaha warga terpaksa tutup karena bangunan tempat usaha rusak, begitu juga rumah dan tempat ibadah rusak.
“Belum ada bantuan, padahal proposal sudah lama diserahkan,” kata Komang Suardana, 40, salah satu warga yang menjadi korban banjir bandang.
BACA JUGA: Oprit Jembatan Jebol Diterjang Banjir, Akses Jalan ke 17 Desa di Tanjung Sakti Terputus
Menurutnya, akibat banjir yang terjadi lima bulan lalu rumah rusak, dapur rusak parah dan tempat usahanya yang berada di pinggir Jalan Denpasar-Gilimanuk rusak.
Total kerugian yang terdata saat itu sekitar Rp 16 juta lebih. Hingga saat ini hanya sebagian yang diperbaiki karena tidak ada biaya. “Kalau ada bantuan, bisa saya perbaiki,” imbuhnya seperti dilansir Radar Bali (Jawa Pos Group).
Senada diungkapkan Made Ruti, warga yang juga berada korban banjir bandang. warga yang rumahnya yang berada di sisi utara jalan Denpasar- Gilimanuk ini terparah dibanding rumah lain.
Posisinya yang berada dekat dengan sungai, rumahnya tertimbun lumpur dan kayu gelondongan dari hutan.
Akibat kejadian tersebut, rumah rusak, pagar dan tempat ibadah rusak parah. Karena tidak ada bantuan dari pemerintah,
Ruti yang tinggal bersama istrinya Ni Nyoman Poni hanya memperbaiki rumahnya dengan uang pribadi dan bantuan dari relawan.
“Belum ada bantuan apa dari pemerintah,” ungkap warga Lingkungan Biluk Poh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring.
Setelah banjir bandang terjadi, rumah warga yang hilang total sebanyak tiga unit. Diantaranya, rumah milik Gusti Putu Slamet Arnawa, 59; Gusti Komang Suke Merta, 63, dan Ni Nyoman Eri, 79.
Tiga unit rumah warga yang hilang tersebut dibantu bedah rumah oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana mengatakan, bantuan perbaikan korban banjir bandang saat ini sedang proses.
Namun, untuk waktu pencairan bantuan masih belum bisa dipastikan. “Bantuan tetap akan diberikan, saat ini masih diproses di provinsi,” jelasnya.
Mantan Camat Pekutatan tersebut juga belum bisa memastikan nilai bantuan yang akan diterima para korban bencana.
Jumlah dan nilai bantuan akan ditentukan setelah proses verifikasi oleh pihak terkait agar bantuan memang tepat sasaran. “Nilainya tergantung kategori kerusakan,” ungkapnya.
Banjir bandang terjadi, Sabtu 22 Desember 2018 malam, puluhan rumah warga terendam material yang dibawa banjir, lumpur dan kayu-kayu gelondongan.
Warga yang rumahnya rusak berat, terpaksa mengungsi di posko pengungsian yang disediakan BPBD Jembrana di dua lokasi.
Puluhan rumah hancur dan 55 kepala keluarga dengan 196 jiwa menjadi korban, namun hanya beberapa KK yang mengungsi.(JPG/rb/bas/mus/JPR)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Bandang Terjang Dua Desa di Musi Banyuasin, 200 Rumah Terendam
Redaktur & Reporter : Friederich