jpnn.com - GIPORLOS – Mendistribusikan bantuan pangan dan air bersih kepada ribuan korban badai Yolanda (Haiyan) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kemarin (16/11), proses distribusi bantuan masih terkendala armada logistik dan akses jalan. Sedangkan teknologi medis Jepang memberikan banyak manfaat di lokasi darurat.
Helikopter-helikopter milik militer Amerika Serikat (AS) masih sibuk berputar-putar di langit Kota Tacloban, Provinsi Leyte. Armada udara yang bertolak dari USS George Washington itu tidak berhenti mendistribusikan bantuan pangan dan air minum kepada warga yang terisolasi. Pipa saluran bantuan pun sudah mulai terbentuk di darat untuk mendistribusikan obat-obatan dan makanan.
BACA JUGA: Ikhwanul Muslimin Melunak, Siap Bernegosiasi
’’Kami sangat gembira, meskipun (bantuan) ini belum merata,’’ kata Maria Elvie Depelco, salah seorang penduduk Kota Giporlos di Provinsi Samar Timur. Giporlos yang berpenduduk sekitar 12.000 jiwa tersebut terletak tak jauh dari Kota Guiuan dan sama-sama menjadi kawasan pertama yang terempas Yolanda. Kemarin helikopter Seahawk mendarat di Giporlos dan membagikan bantuan pangan, air minum, dan obat-obatan.
Di Guiuan, helikopter-helikopter AS bergantian mendarat untuk menurunkan bantuan kepada warga setempat. Sebuah lapangan terbang kuno milik militer Filipina kembali berfungsi sebagai bandara. Sejak bersandar di perairan Filipina Kamis lalu (14/11), USS George Washington sudah mendistribusikan 118 ton bantuan pangan, air minum, dan selimut atau tenda.
BACA JUGA: Korupsi, Kroni Mantan Presiden Brasil Dieksekusi
Hari ini Red Cross and Medecins Sans Frontieres (Doctors Without Borders) berencana mengoperasikan klinik medis bergerak di Tacloban. Dengan demikian, mereka bisa menjangkau warga yang sakit dan terlalu lemah untuk berjalan ke klinik darurat yang saat ini hanya berada di bandara. Apalagi, klinik darurat itu sempat kehabisan obat-obat penting dan terpaksa menolak pasien.
’’Kawasan ini sangat membutuhkan bantuan. Warga sama sekali tidak punya apa-apa lagi. Uang tidak berarti di sini,’’ kata Patrick Fuller, jubir Palang Merah Asia-Pasifik. Selain pangan, warga memang sangat membutuhkan bantuan medis atau obat-obatan. Para korban selamat yang awalnya sehat mulai sakit-sakitan karena bantuan pangan dan air bersih baru tiba Jumat lalu (15/11).
BACA JUGA: Bikin Polusi Suara, Pianis Spanyol Diadili
Warga yang terpaksa bertahan di luar rumah karena sebagian besar gedung dan permukiman rata dengan tanah pun mulai sakit. Apalagi, mereka yang sempat terpapar atau bersentuhan dengan mayat-mayat korban Yolanda yang selama beberapa hari tergeletak begitu saja di berbagai ruas jalan. Karena itu, pemerintah Filipina menyambut baik rencana Doctors Without Borders soal klinik bergerak.
Sementara itu, tim medis Jepang yang kemarin tiba di lokasi bencana langsung bergerak cepat. Mengusung teknologi nirkabel, mereka langsung melakukan pemeriksaan medis. Memanfaatkan tablet-tablet komputer, tim medis Negeri Sakura itu sukses membangun mesin X-ray di lokasi bencana. Itu merupakan teknologi medis darurat pertama yang dipraktikkan di luar Jepang.
Teknologi canggih yang tercipta pascagempa bumi dan tsunami 2011 tersebut memungkinkan para dokter memeriksa organ dalam pasien di lokasi bencana. ’’Sistem seperti inilah yang dibutuhkan di lokasi bencana,’’ ujar Joji Tomioka, koordinator Japan Medical Team for Disaster Relief. Total, 26 pekerja medis termasuk dokter, perawat, teknisi medis, kardiolog, dan apoteker terlibat dalam tim.
Di klinik darurat yang dilengkapi pendingin ruangan tersebut, tim medis Jepang sanggup memeriksa sedikitnya 200 pasien setiap hari. Sebab, mereka memanfaatkan teknologi canggih yang tidak hanya menghemat waktu, tapi juga menyajikan diagnosis yang jauh lebih akurat. Kabarnya, Yolanda yang menerjang kawasan tengah Filipina itu membuat 13 juta warga harus menanggung dampaknya.
Sementara itu, tim medis Israel sukses membantu proses persalinan seorang warga. Sebagai ungkapan terima kasih kepada tim medis Israel yang mendirikan klinik darurat di Kota Bogo, Pulau Cebu, tersebut, sang ibu menamai bayinya Israel. ’’Mazel Tov. Bayinya laki-laki,’’ ucap Reuven Keidar, salah seorang dokter yang membantu proses persalinan.
Kemarin National Disaster Risk Reduction and Management Council melaporkan bahwa jumlah total korban tewas 3.633 jiwa. Sebagian besar dari mereka adalah warga Tacloban. Sebanyak 1.179 warga tercantum dalam daftar korban hilang. Sekitar 12.500 orang tercatat sebagai korban luka. ’’Sebanyak 2,5 juta warga masih menantikan bantuan pangan,’’ terang PBB. (AP/AFP/hep/c16/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Protes Pemidanaan Band Punk, Paku Kantong Testis
Redaktur : Tim Redaksi