BACA JUGA: Menanti Kolaborasi Eks Bhinneka Solo
Rendahnya kualitas pemain impor tersebut dianggap membuat mereka hanya menjadi pelengkap untuk menghindarkan klub dari denda penyelenggaraSalah satu yang paling vokal mengkritisi kebijakan itu adalah Bantul Yuso Tomkins
BACA JUGA: Tahan Sakit, Kobe Kalahkan LeBron
"Katanya, pemain asing bertujuan meningkatkan mutu ProligaBACA JUGA: Momentum Bangkit Udinese
"Apalagi, pemain yang didatangkan tersebut bukan first class di negaranya," lanjutnyaPemain bukan first class, lanjut Putut, tidak hanya memiliki skill pas-pasanLebih buruk lagi, mereka punya attitude yang sering tidak baikKarena merasa sebagai pemain asing, mereka suka bersikap sombong, arogan, dan minta diistimewakanYang dikhawatirkan Putut, gejala itu menular kepada pemain-pemain muda.
"Banyak di antara mereka yang merasa hebat karena berasal dari daratan Eropa atau AmerikaMereka minta fasilitas lebih, makanan dan tempat menginap yang berbeda dengan anak-anak lokal," papar pelatih yang menukangi Yuso sejak bernama Yuso Gunadarma itu"Tapi, balasannya apa? Mereka tidak mau latihan pagi dan menurut kepada pelatih," keluhnya
Karena alasan itu, hingga sekarang Yuso belum memutuskan apakah akan menggunakan pemain asing atau tidakSelain keuangan manajemen memang tidak mencukupi, Putut tidak ingin memakai pemain asing untuk menghindari sanksi dari Proliga
"Buat apa pakai pemain asing kalau kualitasnya jelek? Saya tidak keberatan didenda Proliga karena tidak pakai pemain asing," tantangnya
Denda untuk satu tim yang tidak memakai pemain asing Rp 100 jutaSementara itu, dana Rp 40 juta sudah bisa dipakai untuk mendapatkan seorang pemain asingMisalnya Palembang Bank Sumsel yang mendatangkan pemain asal MyanmarHarga pemain dari Tiongkok atau Eropa mungkin lebih mahal beberapa puluh juta rupiah
Memang, jika membandingkan besar denda dengan biaya merekrut pemain kelas bawah, mengimpor pemain akan lebih menguntungkanTetapi, dalam jangka panjang, hal itu bakal menimbulkan efek buruk jika terus terjadiSeperti kekhawatiran Putut, sisi negatif dari impor pemain tersebut makin lama bisa berakumulasi menjadi masalah
Saat ini memang merupakan periode sulit untuk mencari pemain asing berkualitas yang harganya cocok dengan kemampuan tim-tim peserta ProligaSalah satu tempat belanja pemain murah dan bagus adalah Tiongkok, yang pada waktu bersamaan tengah menghelat kompetisi voli internalPilihan lain adalah pemain dari negara-negara Asia TenggaraNamun, kualitas mereka tetap jauh di bawah punggawa lokal
Direktur Proliga Hanny Surkatty mengakui bahwa mencari pemain asing layaknya membeli kucing dalam karungTim tidak tahu kualitas pemain itu secara langsung karena biasanya dihubungkan oleh agenJika menyewa pemain kelas dunia, jelas harganya mahal
Namun, faktanya, kehadiran pemain mancanegara tetap ditunggu oleh penontonLagi pula, kebijakan tersebut diterapkan sejak dua tahun lalu dan cukup suksesDi samping itu, beberapa tim-tim yang jeli, seperti Surabaya Bank Jatim, selalu menemukan pemain berkualitas dengan harga standar"Itu bergantung bagaimana mereka mencari pemain sajaHarga bisa disiasati," ucap Hanny(na/vem/ang)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Melandri Siap Mental untuk Menganggur
Redaktur : Tim Redaksi