Banyak Banget Dokter yang Gugur Karena COVID-19, Sebegini Jumlahnya

Rabu, 28 Juli 2021 – 20:41 WIB
Ilustrasi - Sejumlah tenaga kesehatan mendorong peti mati berisi jenazah dokter Oki Alfin yang meninggal akibat COVID-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9/2020). ANTARA FOTO/FB Anggoro/wsj.

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah dokter yang meninggal dunia karena terpapar COVID-19 cukup banyak.

Jumlahnya sejak pandemi hingga 27 Juli kemarin, mencapai 598 orang.

BACA JUGA: Bunda Harus Tahu Dampak tak Mau Menyusui Bayi, Di antaranya Terkait Ekonomi

Demikian dikemukakan Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mahesa Paranadipa Maikel.

Dokter Mahesa khawatir angka masih akan terus bertambah.

BACA JUGA: Stok Vaksin COVID-19 Menipis, Bamsoet Ingatkan Kemenkes

Berdasarkan data statistik Tim Mitigasi IDI, dokter umum terbanyak. Jumlah yang meninggal dunia mencapai 319 orang, di mana lima orang di antaranya guru besar.

Kemudian dokter spesialis sebanyak 270 orang (29 Guru Besar) dan residen sebanyak 9 orang.

BACA JUGA: Fraksi PPP DPR Tak Akan Gunakan Fasilitas Isoman di Hotel Berbintang, Begini Alasannya

Sementara itu, berdasarkan gender sebanyak 84 persen atau 502 dokter merupakan laki-laki dan 16 persen sisanya perempuan.

Berdasarkan wilayah, jumlah kematian dokter tertinggi berasal dari Jawa Timur yakni 127 orang.

Kemudian DKI Jakarta (92 orang), Jawa Tengah (89 orang), Jawa Barat (83 orang) dan Sumatera Utara (41 orang).

"Melihat angka ini, kami di kalangan dokter tersayat hati kami melihat banyaknya guru-guru kami yang harus gugur, saudara dan adik-adik kami," ujar dr. Mahesa Paranadipa Maikel dalam konferensi pers daring yang digelar Tim Mitigasi IDI, Rabu (28/7).

Untuk itu dr. Mahesa meminta bantuan dari masyarakat untuk ikut serta menekan angka penularan COVID-19, termasuk para dokter.

Caranya, melalui penerapan protokol kesehatan ketat dan vaksinasi.

Kedua hal ini dinilai penting untuk juga melindungi kelompok rentan terpapar penyakit akibat SARS-CoV-2 itu dan berisiko mengalami kondisi parah.

Dia juga meminta dukungan pemerintah dari sisi sumber daya agar tenaga kesehatan bisa tetap melayani kebutuhan masyarakat.

"Kami mohon semua dengan kemampuan yang anda miliki tolong bantu agar bisa menekan angka penularan, agar beban kesehatan bisa berkurang hari demi hari," ucapnya.

Terkait vaksin COVID-19 ketiga bagi tenaga kesehatan, saat ini sudah diberikan kepada 3.800 tenaga kesehatan di 14 rumah sakit vertikal yang berada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan.

Saat ini, vaksinasi dalam proses distribusi ke daerah-daerah.

Sementara itu, Ketua IDI wilayah Aceh dr. Safrizal Rahman mengatakan 10 orang dokter meninggal dunia di Aceh hingga Rabu ini.

Angka kematian dokter yang juga relatif tinggi tercatat di Kepulauan Riau.

Dr. Rusdani dari IDI Kepulauan Riau mengonfirmasi kasus kematian dokter mencapai tujuh orang hingga saat ini.

Dari jumlah itu, salah satu dokter berada dalam kondisi hamil delapan bulan.

Sementara itu, total kasus dokter yang terkonfirmasi positif mencapai 167 orang.

Di Jambi, Ketua satgas COVID-19 IDI wilayah jambi, dr. Nirwan satria mencatat tiga orang dokter spesialis (bedah, saraf dan ortopedi) yang meninggal dunia dari 90 orang dokter yang terkonfirmasi positif COVID-19 hingga Rabu ini.

Nirwan juga mengonfirmasi masuknya varian Delta Plus di wilayah kerjanya, yang diketahui cepat menular ketimbang virus aslinya.

Sebagai salah satu langkah mendeteksi dini kasus sekaligus membantu melindungi tenaga kesehatan di sana, pihak IDI setempat bekerja sama dengan laboratorium pusat diagnostik di Universitas Andalas, Padang rutin melakukan swab.

"Persiapan kami, mengedukasi kami semua bagaimana melindungi diri masing-masing dengan mengenakan masker yang benar, menjaga jarak, menjaga mata, hidung dan mata dari paparan," tutur Nirwan.

Di Sumatera Selatan, perwakilan IDI setempat Dr. Trisnawarman menyebut sebanyak 3 orang dokter meninggal dunia dari 154 orang yang terkonfirmasi positif hingga hari ini.

Sementara angka keterisian ICU, sudah mencapai angka 88 persen khusus di wilayah Palembang.

Trisnawan mengatakan, demi mengantisipasi pasien yang tertolak di rumah sakit, maka sejumlah tempat seperti wisma atlet dan asrama haji disiapkan sebagai tempat isolasi pasien bergejala ringan.(Antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler