Banyak Gunung Meletus, Pariwisata Bali-Lombok Tetap Pupuk Optimisme

Senin, 09 November 2015 – 17:59 WIB
Turis di Pantai Kuta. Foto: Radar Bali

jpnn.com - JAKARTA – Dunia pariwisata di Bali dan Lombok tengah mendapat cobaan berat. Hal itu tak lepas dari banyaknya gunung yang meletus dalam beberapa waktu terakhir.

Di antaranya ialah erupsi gunung Raung, Gamalama, Sinabung dan Barujari yang merupakan anak gunung Rinjani. Situasi makin diperparah dengan kabut asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan.

BACA JUGA: Cegah Harga Cengkih tak Anjlok Biar tak Senasib Tembakau

Salah satu yang paling aktif ialah gunung Barujari yang ada di sisi timur kaldera Rinjani. Gunung itu memiliki kawah seluas 170x200 meter dan berada di ketinggian 2.296-2.376 meter di atas permukaan laut.

Barujari sangat aktif “batuk”. Di antaranya ialah pada 1944, 1966, 1994, 2009, dan 2015. Tim Crisis Center Kemenpar mencatat, sejak Sabtu (7/11) lalu, aktivitas Barujari terus meningkat. Tremor dengan amplitude maksimum 55 mm lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya yang berada di kisaran 48 mm dengan tinggi semburan sampai 2.500 meter.

BACA JUGA: Cihuy... Bayar Tiket Garuda Bisa di Alfamart Lho

Hal itu membuat Bandara Internasional Lombok (BIL) tutup. Bandara Ngurah Rai pun setali tiga uang. Alhasil, turis yang sudah di Bali tak bisa mewujudkan keinginannya.

“Baik wisman maupun wisnus menjerit semua, sedih, kecewa, marah. Tapi mau berkeluh kesah kepada siapa? Kejadian alam tak ada yang bisa menolak,” ujar Anak Agung Yuniarta Putra, Kepala Dinas Pariwisata Bali, Senin (9/11).

BACA JUGA: Ini Nominal Kontrak Baru yang Ditandatangani Kemenhub

“Kami hanya bisa berdoa, bersujud pada Sang Pencipta semoga bencana ini segera reda, dan suasana kembali normal. Seperti Anda ketahui, kami bersama Kementerian Pariwisata sedang gencar-gencarnya promosi di seluruh dunia, dan Great Bali menjadi salah satu lokomotifnya. Saat ini sudah mendekati peak season akhir tahun. Kami sedih, yang datang bukan wisatawan, tapi bencana,” tambah Anak Agung.

Kesedihan Agung memang bisa dimaklumi. Pasalnya, rata-rata sebanyak sepuluh ribu wisman ke Bali setiap hari. Ketika Gunung Raung “batuk”, pariwisata Bali langsung terpukul.

 

 

 

 

 

 

 

 

Selama hampir tiga pekan, bandara lebih banyak tutup. Kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata itu pun langsung anjlok sebelas persen.

“Sebagai orang pemerintahan, kami sangat terpukul, target kami terganggu. Dan kalau Bali tidak tercapai, nasional pasti terkena imbasnya. Kami tak enak hati dengan Pak Menpar Arief Yahya yang concern mengurus promosi Bali,” ungkap Anak Agung.

Bencana yang ditimbulkan Gunung Raung kembali terulang saat Gunung Barujari erupsi. Padahal, akhir tahun sebenarnya merupakan peak season bagi pariwisata Bali.

“Di saat industri panen, eh, ternyata erupsi gunung Barujari. Sementara tahun ini tinggal 2 bulan kurang. Sulit bagi kami mengejar target yang dicanangkan Pak Menpar. Alam itu tidak mudah diutak-atik, sementara akses menuju Bali masih terganting flight. Safety regulation tidak memungkinkan menerobos debu vulkanik gunung,” jelas Anak Agung.

Dispar Bali, PHRI, Angkasa Pura I, dan Kementerian Pariwisata memang sudah antisipasi dengan mengaktifkan kembali Crisis Center di Bandara Ngurah Rai. Mereka menyiapkan bus bagi yang mau overland ke Surabaya dan Banyuwangi. Mereka juga menghibur para wisman yang batal terbang dan terdampar di bandara dengan musik.

“Termasuk melobi PHRI untuk memberi diskon khusus dan complimentary kepada wisman yang betul-betul terjebak erupsi,” aku Anak Agung yang merasakan aktivitas Tim Crisis Center itu terus dipandu Menpar.

Tim peduli wisatawan yang dinamai Crisis Center baru kali ini menjadi teman yang bisa berempati dengan kebutuhan wisatawan. Mereka menerapkan soft campaigne yang simpatik.

Kampanye itu membuat wisatawan tidak merasa lonely, tak kesepian, tidak ketakutan, tak kehilangan harapan dan tidak larut dalam kesuntukan. “Kami sangat terbantu oleh keberadaan Tim Crisis Center itu,” jelas Anak Agung.

Hal senada terdengar dari Taufan Rahmadi, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Mungkin ini cara Tuhan memberi pelajaran buat kita semua untuk terus bekerja keras dan berinovasi dalam menghadapi gempuran tantangan di Kemenpar,” ujar Taufan.

Meski begitu, dia tak mau menyerah. Baginya, menyalakan lilin jauh lebih mulia ketimbang mengutuk kegelapan. Dia menemukan inspirasi baru tentang Lombok sebagai destinasi gejala alam.

“Bagaimana erupsi ini justru dijadikan megnet untuk mendatangkan wisatawan, terutama yang ingin melihat, baik proses gunung batuk-batuk mengeluarkan abu vulkanik, sampai pasca erupsi, menjadi seperti apa. Sebuah fenomena alam yang patut dikaji dan menjadi bahan yang unik untuk dipelajari. Ini adalah objek bagi yang hobi trekking,” jelas Taufan. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Perketat Pengawasan Pengadaan BBM, ISC Jangan Nakal!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler