jpnn.com, MAMUJU - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Alief Satria mengaku kecewa lantaran mayoritas pengungsi pascagempa menolak untuk melakukan rapid maupun swab test guna memetakan penyebaran Covid-19.
Terlebih lagi, kata Alief, penolakan tidak hanya dilakukan warga tetapi juga oleh para tokoh masyarakat.
BACA JUGA: PAN Pecat AA yang Mencabuli Anak Kandung saat Istri Kedua Positif COVID-19
“Resistensi bukan hanya di kalangan masyarakat, tetapi di kalangan tokoh masyarakat, sementara korbannya ada di mana-mana," ungkap Alief dalam rapat bersama gubernur Sulbar dan perwakilan pemerintah kecamatan dan desa di kompleks Kantor Gubernur, Sabtu (23/1).
Alief membeberkan bahwa resistensi terhadap pelaksanaan rapid test maupun swab test di lokasi pengungsian disampaikan pengungsi dengan berbagai alasan.
BACA JUGA: 3 Terduga Teroris Diringkus Densus 88 Antiteror di Aceh, Barang Buktinya Ngeri
Kondisi itu diakui Alief membuat tim medis kesulitan untuk memetakan penyebaran virus Corona di tempat-tempat pengungsian bencana.
Di sisi lain, Dinkes Sulbar juga telah meminta penambahan tempat-tempat karantina bagi masyarakat yang menunjukkan gejala maupun terkonfirmasi positif guna mengantisipasi terjadinya kasus-kasus baru.
BACA JUGA: Waduh, Wali Kota Rahma kok Melantik Tersangka Korupsi Jadi Pejabat?
"Karena protokol kesehatan selama pascagempa tidak disiplin," ungkap Alief.
Dinkes Sulbar sendiri telah menambah jumlah alat rapid test antigen maupun swab test pascagempa Sulbar. Termasuk bantuan dari labkesda untuk mengoptimalkan sumber daya.
Selain terhadap para pengungsi, kata Alief, pelaksanaan rapid dan swab test Covid-19 juga sudah dilakukan secara masif untuk para sukarelawan.
Karena Alief mengharapkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat agar tim medis bisa melakukan rapid test antigen dan swab test, sehingga upaya pemetaan Covid-19 minimal di 15-20 persen wilayah bisa dilakukan.
Berdasarkan data Satgas COVID-19 Provinsi Sulbar, akumulasi jumlah kasus positif per tanggal 22 Januari 2021 sebanyak 2.894 kasus. Angka itu meningkat dari data sehari sebelumnya yakni sebanyak 2.790 kasus.(antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam