SAMBAS - Malaysia ternyata tidak hanya mengusik Indonesia terkait tapal batas dan urusan TKI saja. Lebih dari itu, negeri jiran ini diam-diam merekrut remaja Indonesia untuk kuliah di Malaysia. Kewarganegaraan merekapun jadi abu-abu.
Direktur Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) Tedi Heryanto mengatakan, remaja yang direkrut kebanyakan dari Desa Aruk, Kecamatan Sajingan, Kabupaten Sambas.
"Jumlah persisnya saya tidak tahu, yang jelas banyak," katanya disela peresmian penegerian Poltesa oleh Mendikbud Mohammad Nuh kemarin.
Tedi mengatakan, modus yang digunakan pemerintah Malaysia adalah dengan menawarkan beasiswa penuh untuk para remaja yang putus sekolah.
Tawaran ini cukup menggiurkan karena di titik tersebut tidak ada kampus. Jarak Desa Aruk dengan pusat Kabupaten Sambas sekitar 80 km dengan jarak tempuh perjalanan darat sekitar empat jam.
Menurut Tedi, pemerintah Malaysia menjaring mahasiswa Indonesia melalui Inti College. Di Indonesia sistem itu setingkat D1 dan D2. Dia mengatakan pusat kota operasional Inti College tadi adalah Biawak, negara bagian Sarawak.
Tedi mengatakan rekrutmen mahasiswa Indonesia oleh Malaysia secara sembunyi-sembunyi itu tidak bisa diteruskan. Sebab bisa mengancam disintegrasi bangsa. Para remaja tadi bisa punya anggapan kuliah di negeri orang lebih murah, bahkan bisa gratis, dibanding di negeri sendiri.
Setelah diresmikan menjadi kampus negeri, Tedi mengatakan Poltesa harus bisa menjadi sabuk penjaga persatuan bangsa. "Sebagaimana pesan Mendikbud dalam pidatonya tadi," kata dia.
Untuk urusan biaya, Poltesa menarik uang kuliah Rp 1,5 juta per orang per semester. Saat ini jumlah mahasiswa Poltesa 521 orang dan mempunyai 55 orang dosen. Kampus yang berdiri di atas lahan seluas 10 hektar itu, memiliki tiga fakultas. Yakni informatika, agrobisnis, dan teknik mesin.
"Jagoan kami adalah fakultas teknik mesin," katanya. Para mahasiswa sudah bisa merekayasa mesin pengolah gambut dan sejenisnya. Tedi mempunya misi jika tiga tahun lagi, pelajar Malaysia berbondong-bodong kuliah di Sambas.
Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Achmad Jazidie menuturkan, pemerintah akan menggrojok besar-besaran beasiswa di kampus perbatasan. Dengan cara ini, tidak ada lagi remaja lokal yang kepincut kuliah di Malaysia.
Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan PTN dan PTS di perbatasan memiliki tugas mulia. "Tidak hanya mencetak SDM unggul, tapi juga harus bisa menjaga marwah (harga diri) bangsa," ujar menteri asal Surabaya itu.
Nuh mengatakan zaman dulu bangsa Malaysia yang kuliah ke Indonesia. Saat ini seyogyanya kampus-kampus Indonesia di perbatasan kembali dilirik masyarakat Malaysia. Kondisi ini jauh lebih terhormat ketimbang Indonesia terus menerus mengirim TKI ke Malaysia. (wan)
Direktur Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) Tedi Heryanto mengatakan, remaja yang direkrut kebanyakan dari Desa Aruk, Kecamatan Sajingan, Kabupaten Sambas.
"Jumlah persisnya saya tidak tahu, yang jelas banyak," katanya disela peresmian penegerian Poltesa oleh Mendikbud Mohammad Nuh kemarin.
Tedi mengatakan, modus yang digunakan pemerintah Malaysia adalah dengan menawarkan beasiswa penuh untuk para remaja yang putus sekolah.
Tawaran ini cukup menggiurkan karena di titik tersebut tidak ada kampus. Jarak Desa Aruk dengan pusat Kabupaten Sambas sekitar 80 km dengan jarak tempuh perjalanan darat sekitar empat jam.
Menurut Tedi, pemerintah Malaysia menjaring mahasiswa Indonesia melalui Inti College. Di Indonesia sistem itu setingkat D1 dan D2. Dia mengatakan pusat kota operasional Inti College tadi adalah Biawak, negara bagian Sarawak.
Tedi mengatakan rekrutmen mahasiswa Indonesia oleh Malaysia secara sembunyi-sembunyi itu tidak bisa diteruskan. Sebab bisa mengancam disintegrasi bangsa. Para remaja tadi bisa punya anggapan kuliah di negeri orang lebih murah, bahkan bisa gratis, dibanding di negeri sendiri.
Setelah diresmikan menjadi kampus negeri, Tedi mengatakan Poltesa harus bisa menjadi sabuk penjaga persatuan bangsa. "Sebagaimana pesan Mendikbud dalam pidatonya tadi," kata dia.
Untuk urusan biaya, Poltesa menarik uang kuliah Rp 1,5 juta per orang per semester. Saat ini jumlah mahasiswa Poltesa 521 orang dan mempunyai 55 orang dosen. Kampus yang berdiri di atas lahan seluas 10 hektar itu, memiliki tiga fakultas. Yakni informatika, agrobisnis, dan teknik mesin.
"Jagoan kami adalah fakultas teknik mesin," katanya. Para mahasiswa sudah bisa merekayasa mesin pengolah gambut dan sejenisnya. Tedi mempunya misi jika tiga tahun lagi, pelajar Malaysia berbondong-bodong kuliah di Sambas.
Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Achmad Jazidie menuturkan, pemerintah akan menggrojok besar-besaran beasiswa di kampus perbatasan. Dengan cara ini, tidak ada lagi remaja lokal yang kepincut kuliah di Malaysia.
Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan PTN dan PTS di perbatasan memiliki tugas mulia. "Tidak hanya mencetak SDM unggul, tapi juga harus bisa menjaga marwah (harga diri) bangsa," ujar menteri asal Surabaya itu.
Nuh mengatakan zaman dulu bangsa Malaysia yang kuliah ke Indonesia. Saat ini seyogyanya kampus-kampus Indonesia di perbatasan kembali dilirik masyarakat Malaysia. Kondisi ini jauh lebih terhormat ketimbang Indonesia terus menerus mengirim TKI ke Malaysia. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biaya Kuliah di Indonesia Semakin Mahal
Redaktur : Tim Redaksi