DAMPAK semburan lumpur juga menghantam pilar-pilar pendidikan di kawasan Siring, Jatirejo, dan Renokenongo di Porong maupun sekolah-sekolah lain di Kecamatan Tanggulangin dan Jabon. Dinas Pendidikan (Dispendik) Sidoarjo mencatat, 25 sekolah tenggelam oleh lumpur. Ada pula yang proses belajar-mengajarnya kacau karena berdekatan dengan tanggul lumpur.
Yang tragis, di antara 25 sekolah itu, baru satu yang direlokasi. Yakni, SMPN 2 Porong. Sekolah yang dulu berada di Renokenongo tersebut kini pindah ke Lajuk, Porong. "Yang lain, masih ada sekolah swasta yang melaksanakan proses belajar mengajar di bekas gudang toko bangunan," ungkap Kepala Dispenduk Agoes Boedi Tjahjono.
Sekolah itu adalah RA, MI, MTs, dan MA Kholid bin Walid, yang sekarang menempati toko bangunan warga di Glagaharum. Sekolah lain yang masih bertahan ialah Yayasan Jawahirul Ulum Besuki, Jabon.
Bangunan MI, MTs, dan SMK tersebut hanya berjarak 100 meter dari tanggul. Bangunannya rusak di sana-sini. Siswanya yang masih berjumlah 225 anak harus belajar di tengah bau lumpur yang menyengat.
"Dicat atau dibenahi juga percuma. Karena itu, kami tetap bertahan. Tapi, pada tahun ajaran baru nanti, kami pindah ke bangunan baru di Panggreh, Jabon," tutur guru matematika SMK Jawahirul Ulum Sri Handayati.
Sejauh ini, banyak SD yang belum direlokasi. Pertimbangannya, soal anggaran. Kalau dibangun lagi, juga harus dipertimbangkan siswanya. Warga sudah hidup terpencar. "Untuk itu, kami mengutamakan SMPN 2 Porong," ujar Agoes. (fim/c7/roz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Berhenti Pakai Sepatu Luar Negeri
Redaktur : Tim Redaksi