Di ibukota Filipina, Manila, narapidana di penjara yang sangat padat ini memanjatkan doa untuk hal-hal kecil.

Misalnya agar tidak turun hujan, atau agar mereka bisa membeli makanan untuk melengkapi ransum yang seadanya, atau agar kasus mereka akan segera disidangkan di pengadilan.

BACA JUGA: Calon Jihadis Mengaku Mutilasi Istri di Depan Anak

Setiap kali hujan di Penjara Kota Quezon, berarti tempat untuk tidur di udara terbuka yang begitu berharga, akan hilang.

Ruang diperjualbelikan di sini - tapi kenyataan sederhananya adalah bahwa akibat perang melawan narkoba yang dilancarkan pemerintah membuat ruang di penjara tidak cukup.

BACA JUGA: Seorang Ibu di Victoria Koma Setelah Terserang Flu Saat Hamil

Di penjara Quezon City, ribuan napi menghuni ruangan yang dimaksudkan menampung ratusan orang.

ABC RN/Lateline: Ginny Stein

Penjara Kota Quezon misalnya, dibangun untuk menampung 262 narapidana. Pada hari saya berkunjung, penjara itu dihuni 3.095 orang.

BACA JUGA: Pekerjaan yang Tidak Akan Punah Di Masa Depan

Penjara itu penuh sesak.

Sekitar 70 persen narapidana berada di sini karena pelanggaran narkoba - terjerat dalam perang yang dilancarkan Presiden Rodrigo Duterte terhadap narkoba.

Ribuan orang terbunuh dalam tindakan keras tersebut, terutama pengedar narkoba, pengguna dan kurir obat terlarang.

Tapi puluhan ribu lainnya dijebloskan ke dalam penjara.Dipenjara karena bersama seorang pemakai

Petugas penjara mengizinkan saya berkunjung, untuk menunjukkan kesulitan yang dihadapi, baik pihak berwenang maupun narapidana karena melonjaknya jumlah tahanan.

"Biro kami, mereka memberikan apa yang bisa kami berikan," kata Leslie Indiana, kepala penjara tersebut.

"Kami memberi mereka kebebasan. Kebebasan untuk berkomunikasi dengan narapidana lainnya," jelasnya.

Para napi memiliki kebebasan untuk bergerak di sekitar bagian dalam penjara, namun kenyataannya adalah karena tidak tersedia cukup ruang di dalam sel untuk mengunci mereka semua.

Di dalam saya bertemu dengan napi pembunuh, kurir narkoba dan pengguna. Ruangan sangat terbatas, tempat tidur diperjualbelikan dalam penjara.

ABC RN/Lateline: Ginny Stein

Di luar penjara, saya bertemu dengan seorang ibu yang sedang menunggu kesempatan bertemu anaknya yang menunggu untuk menghadapi persidangan. Dia memiliki 30 peso di tangannya - nilainya kurang dari satu dolar.

Hanya itu yang dia miliki, tapi dia ingin memberikannya kepada anaknya sehingga sang anak bisa membeli makanan tambahan di dalam.

Anaknya itu sudah berada di dalam selama empat bulan, didakwa sebagai kaki tangan setelah temannya di sampingnya ditemukan memiliki narkoba di sakunya.

Saya melihat saat tahanan menghadiri persidangan mereka diborgol dan dilepaskan dari penjara. Dalam perjalanan mereka mengambil makan siang: kantong plastik berisi sebagian kecil pasta, dibumbui dengan saus tomat, dan dua roti kecil. Makan siang para napi: pasta dengan saus dan dua roti kecil.

ABC RN/Lateline: Ginny Stein

Para tahanan mencabik kantong plastik begitu mereka menerimanya.

Kondisi penjara yang tak tertahankan menjadi semakin sulit karena para tahanan bisa menunggu bertahun-tahun sebelum kasus mereka divonis.

Banyak di antaranya yang tidak memenuhi syarat mendapatkan pembebasan dengan uang jaminan atau karena tidak mampu membayar uang jaminan.

Ibu yang saya temui itu mengatakan uang jaminan pembebasan anaknya ditetapkan sebesar 6.000 peso. Itu sama dengan $ 145. Dia tak mampu mengumpulkan uang sebesar itu.

Anaknya, yang didakwa melakukan pelanggaran yang di Australia tidak akan membuat orang ditangkap, harus menunggu sampai kasusnya disidangkan.Lebih dari 700.000 kasus menunggu

Sejak Presiden Duterte berkuasa, populasi penjara meningkat secara dramatis.

Di seluruh Filipina terjadi peningkatan 22 persen penghuni penjara. Namun dampaknya paling dirasakan di ibukota.

Badan Penindakan Narkoba Filipina menangkap 96.703 orang yang dicurigai sebagai pelaku, pengguna dan peracik narkoba antara Juli 2016 dan awal Agustus 2017. Begitu masuk, para napi bisa menunggu tahunan untuk diadili.

ABC RN/Lateline: Ginny Stein

Sebanyak 94 persen orang yang terjerat dan saat ini berada di balik jeruji besi masih menunggu hari pertama persidangan mereka di pengadilan.

Kantor pembela publik, badan bantuan hukum yang berada di bawah Departemen Kehakiman setempat, mengatakan pihaknya memiliki lebih dari 700.000 kasus yang menunggu disidangkan.

Dengan 1.665 pengacara yang bekerja untuk kantor tersebut, berarti rata-rata seorang pengacara menangani 426 kasus.

Pemerintah mengatakan akan menyewa 750 pengacara baru selama dua tahun ke depan untuk membantu menangani kasus-kasus tersebut.

Tapi rekrutmen membutuhkan waktu, sama halnya dengan proses hukumnya. Sistem penjara di Filipina sudah penuh sesak.

ABC RN/Lateline: Ginny Stein

Di Filipina, persidangan biasanya memakan waktu beberapa tahun untuk dimulai. Selesai dalam dua atau tiga tahun, ditambah dua atau tiga tahun lagi jika diajukan banding.

Sementara itu, penangkapan dan pembunuhan masih terus berlanjut.

Setiap hari, menurut polisi, lebih dari 100 orang ditangkap karena pelanggaran narkoba.

Sedangkan jumlah korban tewas kurang jelas.

Karena menghadapi kecaman internasional, pihak polisi tidak lagi bersedia memberikan data statistik tersebut.

Tonton kisah Ginny Stein dari Manila pada Rabu dan Kamis di Lateline Pukul 9.30pm AEST di ABC News dan Pukul 10.30pm di ABC TV. Dengarkan program Background Briefing melalui podcast pada Jumat atau di Radio National Pukul 8am Minggu.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengungsi Myanmar Bakar Bank di Melbourne Karena Motif Balas Dendam

Berita Terkait