jpnn.com - JAKARTA - Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan, inkosistensi menjadi salah satu penyebab anjloknya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama.
Inkosistensi yang dimaksudnya adalah ketika pria yang akrab disapa Ahok itu tiba-tiba memutuskan maju pilkada lewat jalur partai politik.
BACA JUGA: Sandiaga: Mari Antar Ahok dengan Terhormat
"Ya ini merupakan taktikal error dari tim suksesnya Ahok. Karena penurunan tingkat elektabilitas terjadi dikarenakan Ahok meninggalkan jalur independen," kata Rico dalam keterangan pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (5/10).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Median, penurunan tingkat elektabilitas Ahok terasa tajam saat dia memutuskan meninggalkan jalur independen.
BACA JUGA: Kelompok Relawan Jokowi Ini Ogah Dukung Ahok
Sebanyak 71,2 persen responden menginginkan Ahok maju dari jalur independen. Sedangkan 23,1 persen responden tidak mempermasalahkan Ahok maju dari jalur partai politik.
Banyaknya responden mendukung jalur independen dikarenakan Ahok sudah berjanji sebanyak 30,6 persen, tidak tergantung partai sebanyak 16,8 persen, bebas dalam memimpin 9,8 persen, karena relawan Ahok sudah mengumpulkan 1 juta KTP sebanyak 9,6 persen, tidak perlu bayar mahar sebanyak 8,4 persen serta tidak perlu nego dengan partai politik sebanyak 8,2 persen.
BACA JUGA: Tak Masuk Timses Ahok, Nusron Punya Cara Lain
"Jadi publik menganggap mantan Bupati Belitung Timur ini sudah terlanjur berjanji maju melalui jalur independen. Publik sudah punya rekaman dalam ingatan mereka. Namun pada Juli 2016, Ahok memutuskan maju melalui jalur politik. Nah jalur independen ini melukai tingkat elektabilitas Ahok," ujarnya.
Akibat keputusan tersebut, banyak pemilih Ahok yang mempertimbangkan untuk mencabut dukungan terhadap mantan anggota DPR RI ini. Ada sebanyak 30,4 responden yang mempertimbangkan mencabut dukungan terhadap Ahok. Dan ada 24,8 persen responden tetap mendukung Ahok seangkan 44,8 persen masih pikir-pikir untuk mengalihkan dukungannya ke pasangan calon yang lain.
Rico mengungkapkan bagi pemilih yang ragu dan tidak memilih Ahok, ada dua isu yang mengkhawatirkan mereka bila Ahok terpilih lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kedua isu tersebut adalah penggusuran sebanyak 27,2 persen dan sentimen agama sebesar 6,6 persen. Juga ada isu semakin menindas rakyat kecil 4,6 persen dan semakin arogan sebanyak 2,6 persen.
"Bagi anda yang masih ragu-ragu dan belum memilih Ahok, isu yang dikhawtirkan akan terjadi lagi bila Ahok terpilih kembali jadi Gubernur DKI adalah penggusuran. Ternyata pengusuran secara masif terakhir ini menjadi kekhawatiran tertinggi. Jawaban ini kita dapat dalam survei kita ajukan pertanyaan terbuka," paparnya.
Median melakukan survei terhadap 500 responden warga DKI Jakarta yang memiliki hak pilih. Dengan margin error sebesar 4,4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Hasil survei menunjukkan dinamika politik yang terjadi selama masa pengambilan data, yaitu 26 September sampai 1 Oktober. Jadi kita mulai tiga hari setelah batas akhir pendaftaran calon ke KPU DKI, pada tanggal 23 September," jelas Rico. (rmol/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mas Agus dan Empok Sylvi Terpaksa Berpisah
Redaktur : Tim Redaksi