jpnn.com - Berburu hewan liar di hutan itu biasa. Tapi coba bayangkan, bagaimana dengan berburu buaya di sungai. Basri, 49, warga Gang Nurul Jannah, Tanjung Selor Hilir, Kalimantan Utara sudah melakoni itu sejak usianya 10 tahun. Sang bapak ini pun selalu menang saat duel dengan buaya selama bertahun-tahun.
BACA JUGA: HEBOH! Pejabat Bunuh Diri di Kantor, Tinggalkan Surat Isinya Seperti Ini
IWAN KURNIAWAN, Tanjung Selor
—————————————————————
BACA JUGA: Kasus Bonaran Situmeang Tuntas, Sukran Segera jadi Bupati Definitif
SEJAK belia, Basri atau akrab disapa Buy keranjingan mengikuti jejak buaya. Padahal, saat itu dia masih duduk di kelas 2 sekolah dasar (SD). Kini Buy pun menekuni pekerjaannya itu, mungkin jauh lebih menantang.
BACA JUGA: Dapat Rapor Merah, Ini Hukuman Berat untuk Pejabat Pemkot Semarang
“Sejak usia 10 tahun saya sudah berburu buaya dengan perahu sendiri,” aku Buy di sela kesibukannya menguliti kulit buaya hasil tangkapannya.
Kepada Prokal (JPNN Group), bercerita bahwa di awal-awal berburunya, dia hanya mendapat buaya size kecil berukuran 1 hingga 1.5 meter.
Lama menjadi pemburu buaya, kemampuannya pun terasah. Kini, Buy melatih anak, keponakan dan keluarganya agar lihai menggulung buaya seperti dirinya.
“Saya sudah punya penerus. Yang mengikuti jejak saya menjadi penangkap buaya itu sudah ada sekitar 10 orang,” sebut pria keturunan Bulungan dengan senyum khasnya.
Buy beralasan, dengan menurunkan bakat kepada keluarganya, agar pekerjaan berburu yang dianggap langka itu tidak sampai punah.
Selama 39 tahun menjadi pemburu buaya, Buy bersyukur belum pernah mengalami kecelakaan di tengah pekerjaannya. “Selama saya berburu, bersyukur tidak ada masalah,” aku Buy.
Apakah buaya-buaya itu tidak melawan? Buy pun mengatakan, yang namanya mau dibunuh buaya-buaya itu pasti melakukan perlawanan. Dan bahkan, kekuatan fisik buaya jauh lebih kuat daripada manusia.
“Jika dibandingkan, kekuatan manusia kira-kira 20 persen, buaya 80 persen,” nilainya.
Tapi karena sudah memahami teknik menangkap buaya, lanjut Buy, ia sudah mengetahui kelemahan buaya.
“Jadi, tidak ada masalah dalam menangkap buaya, meski hanya seorang diri,” serunya.
Buy mengaku, buaya yang sudah ditangkap hingga kini jumlahnya sudah tidak terhitung. “Sudah banyak, mungkin ratusan atau ribuan dengan ukuran kecil dan besar,” sebut Buy dengan raut wajah tegang.
Untuk tangkapan terbaru, lanjut Buy, dia baru saja menangkap binatan buas itu di Salangketo. Tepatnya di Sungai Sebelabau pukul 04.00 dinihari kemarrin (30/9). Ia berhasil menjinakkan buaya pada pukul 06.00 pagi.
“Dalam dua jam, buaya itu berhasil saya taklukkan,” kata Buy sembari menunjuk hasil tangkapannya.
Kata Buy, tangkapannya kali ini memang belum begitu besar. Panjangnya hanya sekitar 5 meter saja. Beda dengan tangkapan di awal 2014 lalu, panjangnya mencapai 9 meter.
Selain itu, tangkapan memang tidak disengaja, karena awalnya ia dan keponakannya awalnya berniat pergi mencari tiram.
“Tapi saya bawa tombak, mana tau ketemu buaya. Sekalinya ketemu, makanya langsung kami bertiga tangkap. Hitung-hitung rejeki. Tapi lumayanlah juga, sampai jari-jari tidak bisa bengkok karena perlawanan cukup sengit,” ulas Buy.
Dari buaya tangkapan tersebut, Buy mengaku hanya mengambil kulit dan tangkurnya saja, untuk dagingnya dipersilakan kepada siapa saja yang mau mengambilnya, karena tidak dijual.
“Yang mau ambil dagingnya silakan ambil, saya tidak menjualnya,” tutur Buy di atas punggung buaya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-gara Ini, Pejabat Pemkot Semarang Dapat Rapor Merah
Redaktur : Tim Redaksi