Bapanas Minta Bulog Pasok Kedelai ke Pengrajin Tahu dan Tempe secara Terorganisasi

Kamis, 15 Juni 2023 – 11:26 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi saat menghadiri Rapat Anggota Tahunan (RAT) Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) di Jakarta, Rabu (14/06/2023). ANTARA/HO-NFA.

jpnn.com - JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/Nasional Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan, yakni Perum Bulog, memasok kebutuhan kedelai ke pengrajin tahu dan tempe secara terorganisasi melalui wadah koperasi.

Dia mengatakan pihaknya menginginkan terbangunnya satu ekosistem yang mana para pengrajin tahu dan tempe tidak lagi kesulitan mendapatkan bahan baku.

BACA JUGA: TP PKK Pusat Teken MoU dengan Bapanas dan PT Nestle Demi Wujudkan Kebas Stunting

“Nah, kehadiran negara melalui kolaborasi bersama BUMN pangan dalam membangun sistem harus dilakukan, sehingga ada jaminan pasokan kepada para pengrajin dan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai," ujar Arief di Jakarta, Kamis (15/6).

Arief juga meminta Bulog berperan sebagai offtaker yang menyerap hasil panen petani yang dikoordinasikan melalui kelembagaan Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo).

BACA JUGA: Ini Penyebab Serapan Gabah dan Beras Bulog Masih Rendah

Menurutnya, skema closed loop ini merupakan bagian dari tata kelola ekosistem kedelai nasional yang sedang dibangun saat ini untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, salah satunya menempatkan BUMN pangan sebagai sentral dari tata niaga kedelai nasional.

“Melalui skema tersebut, BUMN bersama koperasi akan mempersiapkan stok minimal untuk dua hingga tiga bulan ke depan, sesuai dengan hasil prakiraan neraca komoditas pangan guna memperkuat cadangan kedelai,” ucapnya.

BACA JUGA: Dari Gunungkidul, Mentan Syahrul Yasin Limpo Siapkan Kedelai Lokal untuk Indonesia

Adapun berdasarkan Prognosa Pangan, kebutuhan nasional kedelai saat ini mencapai 2,8 juta ton, sedangkan produksi kedelai dalam negeri masih berada di kisaran 300 ribu ton, sehingga masih dibutuhkan 2,5 juta ton.

Arief menuturkan meskipun neraca kedelai nasional masih defisit, hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi para produsen kedelai untuk meningkatkan produksi domestik mengingat besarnya kebutuhan tersebut.

Selain itu, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, NFA juga telah menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) Kedelai melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022.

Adanya regulasi ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan harga di tiga lini rantai pangan, dan meningkatkan gairah menanam bagi petani yang diikuti dengan upaya penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk Kedelai dengan menempatkan BUMN sebagai standby buyer. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler